Chereads / Erase adn delete / Chapter 5 - Mencoba Berontak

Chapter 5 - Mencoba Berontak

Seorang gadis dengan tubuh ramping dan rambut lurus berwarna hitam yang terurai dengan kedua tangan yang memeluk map terlihat berjalan cepat.

Taksi online yang dinaikinya sudah dua kali mengalami mati mesin mendadak. Menurut keterangan sang driver, hal ini baru pertama kali terjadi.

Kejadian pertama sempat berhenti, lalu si driver turun dan mengecek mesin depan. Karena jarak yang masih jauh menuju rumahnya, terpaksa gadis itu menunggu.

Kejadian kedua, mobil itu kembali berhenti ketika sudah memasuki jalanan komplek menuju rumahnya. Mungkin sekitar dua ratus meter lagi gadis itu bisa sampai rumahnya.

Ponselnya yang kehabisan batre dan juga dia yang tidak membawa charger, membuatnya kesulitan menghubungi ibunya untuk menjemput.

Suasana malam itu tiba-tiba terasa berbeda dari sebelumnya. Entah mungkin karena dirinya baru pertama kali pulang selarut ini hingga tidak tahu kondisi jalanan komplek menjelang tengah malam.

Rasa takut gadis itu sepertinya tak berlebihan. Sebuah mobil sport yang cukup mentereng dan sepertinya hanya dimiliki orang-orang berduit dari kalangan borjuis saja yang bisa membelinya tiba-tiba berhenti beberapa meter di depannya.

Gadis itu berusaha positif thinking dengan memikirkan kalau laki-laki yang kini bahkan sudah keluar dari dalam mobil itu adalah tetangganya yang juga penghuni komplek ini.

Namun pikiran positif gadis itu nyatanya meleset. Laki-laki yang bahkan wajahnya tak terlihat itu membekapnya dan menyeretnya ke dalam mobil.

"Toloong!" teriak gadis itu berontak.

"Diam lo atau gue mutilaasi tubuh lo saat ini juga!" bentak laki-laki yang kini sedang melajukan mobil sporty-nya.

Meski telah diancam, gadis itu tetap berontak bahkan dia menggigit keras tangan laki-laki jahat itu. Gadis itu berlari ke arah driver taksi online yang sedang membetulkan mesin sambil mendengarkan musik lewat hansfree-nya untuk mengusir rasa sepi dalam hidupnya.

Para satpam komplek pun tiba-tiba saja entah kemana malam itu. Sepertinya mereka sedang tertidur nyenyak di pos satpam.

Teriakan minta tolong gadis itu hanya sia-sia saja. Laki-laki itu kembali berhasil menguasai tubuh gadis itu. Dia menampar pipi gadis itu dengan keras beberapa kali hingga gadis itu sedikit lemas.

Laki-laki itu kembali menyeret gadis yang telah lemah tersebut.

"Saya mau dibawa kemana? Tolong jangan bawa saya," mohon gadis itu sambil menangis.

"Entar juga lo bakal tahu. Udah diem aja!" bentak laki-laki itu lagi.

Baru saja gadis itu didudukkan di jok belakang, gadis itu kembali berontak hingga mobil sport itu tampak bergoyang-goyang dari luar. Siapa pun akan mengira kalau di dalam mobil itu sedang terjadi pergumulan dahsyat antara dua orang beda jenis dalam balutan gairah.

Dengan sangat terpaksa, laki-laki itu kembali menampar gadis itu hingga gadis tak berdaya itu tak sadarkan diri. Laki-laki itu mengacak frustasi rambut kecoklatannya melihat itu. Jari telunjuknya dia dekatkan ke lobang hidung gadis itu. Laki-laki itu masih bisa bernafas lega sebab gadis yang diculiknya itu masih bernafas meski agak tersendat.

**

KINGSLEY HOTEL

Seorang wanita yang menjadi receptionist hotel tersebut terlihat menyerahkan lock card pada seorang laki-laki duplikat-nya Dewa Hermes itu.

"Selamat beristirahat, Pak," senyum manis receptionist itu dibalas senyum ramah oleh laki-laki berwajah tampan yang tak lain adalah Arsen Kingsley.

Mudah baginya untuk bisa menginap di hotel milik keluarganya tersebut. Tinggal setor wajah yang sudah pasti sangat dikenal para karyawan hotel tersebut. Kini lock card sebuah kamar tipe president suit yang sudah pasti kedap suara sudah ada di tangan Arsen.

Tidak mau menimbulkan spekulasi buruk di kalangan para karyawan, apalagi nantinya sampai mencemarkan citra baik KINGSLEY HOTEL, Arsen memilih untuk membawa mobil yang tidak dia serahkan kuncinya pada security itu ke arah lift yang berada di basement.

Arsen menoleh ke arah belakang. Gadis yang diculiknya di jalanan komplek masih tak sadarkan diri. Ada rasa was-was dalam hati Arsen takut calon korbannya ternyata telah menghembuskan nafas terakhirnya karena sejak mobil melaju dengan kencang ke arah hotel, tubuh gadis itu sama sekali bergeming.

Arsen bersandar pada sandaran jok sebelah kanan depan. Berkali-kali dia menghembuskan napasnya untuk menghilangkan rasa gugup dalam dirinya. Padahal ini bukan pertama kalinya Arsen hendak bercinta dengan wanita. Tapi caranya kali ini sangat bertolak belakang dengan prinsipnya. Pantang baginya memaksa wanita yang tidak ingin dia sentuh.

Saat ini Arsen masih memantau situasi. Dia masih menunggu suasana di basement sepi agar tidak ada yang curiga kalau dia tengah menculik wanita. Sebenarnya hati nurani Arsen masih ada saat itu, namun ketika teringat lagi dengan kondisi Ivan yang kritis membuatnya kembali membulatkan tekad dan meyakinkan hatinya kalau hal yang akan dia lakukan pada gadis di belakangnya ini adalah demi menyelamatkan nyawa sahabat baiknya.

Arsen menarik tutup dari bir kaleng yang sengaja dia beli sebelumnya. Dia tidak boleh panik dalam keadaan ini.

"Ini benar-benar konyol!" umpat Arsen pada keadaan yang membuatnya harus menerima tantangan Bastian.

Kaleng bir tampak masih berada dalam genggaman tangan kirinyat. Sementara tangan kanannya sedang mengotak-atik layar ponselnya. Dia tengah menghubungi seseorang.

"Hallo, Ar!" sapa suara seseorang di seberang telepon sana.

"Siapin duit dua puluh juta sekarang juga. Kalau bisa tiga puluh juta sekalian. Gue lagi butuh duit dan ini mendesak banget," Arsen yang dalam keadaan setengah sadar berkata setengah berteriak.

"Jadi lo terima tantangan gue? Halah … Gue pikir bentar lagi gue yang bakal nerima duit itu dari lo, Ar,"

"Banyak bacot lo! Gue butuh duit tiga puluh juta besok pagi. Awas aja kalau lo sampai ingkar janji," ancam Arsen tak main-main.

"Gampang lah. Jangan lupa bikin videonya biar gue percaya kalau lo emang udah menjalankan tantangan dari gue. Penasaran banget gue, gimana hebohnya lo ketika merkosa tuh cewek. Hahaha …."

"Bangsat lo!"

Arsen mematikan sambungan teleponnya sekaligus mematikan ponselnya agar tidak mengganggu jalan acara gilanya tengah malam ini. Arsen merasa terjebak dengan keadaan ini. Keadaan yang bahkan dia sendiri sangat menolaknya.

Setelah yakin kalau suasana basement malam itu sepi, Arsen segera menggendong gadis itu menuju lift. Wajah tampan itu tampak cemas.

Meski kesusahan, namun dia berhasil juga memasukan lock card ke dalam bagian lobang khusus lock card untuk membuka pintu. Perlahan di dorongnya pintu itu menggunakan kaki kanannya.

Hatinya merasa tenang setelah berhasil merebahkan tubuh tak berdaya dari gadis yang tadi telah dia tampar hingga berkali-kali.

Arsen kembali ke basement sekedar untuk mengambil beberapa kaleng lagi bir yang dia beli juga barang-barang milik gadis yang diculiknya.

Kini Arsen terlihat sedang duduk di sofa ruang tamu. Hingga detik ini belum ada pergerakan dari calon korbannya. Tangannya meraih kaler bir lalu menarik bagian tutupnya. Dia tidak mungkin melakukan hal bejat dalam keadaan sangat sadar. Tapi dia juga tidak boleh kehilangan kesadaran sepenuhnya karena akan sangat merugikannya.

Sesekali Arsen terkekeh sambil menegak bir kalengnya. Empat buah kaleng bekas bir tampak berserakan di lantai. Perlahan dia bangkit dan melangkah menuju kamar.