(Adegan dalam bab ini sedikit kasar. Harap di skip saja bila tak sanggup membacanya)
Laki-laki berwajah tampan itu kini terdiam sambil duduk di depan sofa single tepat di depan ranjang. Bir kaleng sudah tidak ada lagi di tangannya.
Dia sedang menatap lekat pada gadis yang masih tak sadarkan diri yang kini terlentang di atas ranjang. Berkali-kali laki-laki itu menelan salivanya.
Setelah meminum bir yang sudah dia oplos dengan sebutir obat kuat, kini tubuhnya terasa panas, keringat hangat membanjiri tubuh atletisnya. Perlahan dia buka kaosnya.
"Shit! Bisa-bisanya gue sampe minum obat laknat gini. Terus harus gue lagi memulai," keluh Arsen.
Sebuah handycam sudah sejak tadi dalam keadaan on.
"Ugh …."
Sebuah lenguhan meluncur sari bibir tipis sang gadis. Perlahan tubuhnya bergerak seiring dengan kedua bola matanya yang perlahan ikut terbuka. Pergerakan gadis itu sangat bisa membangkitkan sesuatu dalam diri Arsen.
Perlahan Arsen yang sudah bertelanjang dada beranjak berdiri lalu melangkah mendekati gadis yang hendak bangun dari mode rebahannya.
Dia terpaku sejenak saat menyadari kalau gadis yang diculiknya ternyata memiliki wajah yang sangat cantik. Kulit putih halus bak pualam dengan tubuh tinggi ramping yang menggoda. Sayangnya wajah putih dan sangat cantik itu harus ternoda akibat beberapa lebam di pipi kanan dan kirinya akibat tamparan Arsen sebelumnya.
"Siapa kamu?" sentak gadis itu saat kedua bola mata bulatnya menatap ke arah Arsen yang sedang berfantasi. Belum lagi dia sedang dikuasai efek minuman beralkohol dan pil perangsang tingkat tinggi.
Gadis itu begitu ketakutan. Seketika dia beringsut mundur hingga tubuhnya membentur sandaran ranjang. Gadis itu menatap wajah tampan bak Dewa Hermes di hadapannya itu laksana malaikat pencabut nyawa.
Arsen melangkah mendekati gadis yang ketakutan itu.
"Tolong! Tolong!" isak tangis gadis itu bercampur teriakan minta tolong menggema di sekitar kamar kedap suara itu.
"Percuma lo teriak. Gak akan ada orang yang bakal dengar," sentak Arsen.
Arsen bergerak cepat memegang kedua kaki gadis yang hendak kabur dari arah sisi ranjang yang berlawanan dengan Arsen. Arsen menarik paksa kedua kaki jenjang yang terbalut celana jeans pensil warna hitam itu.
Setelah menarik Arsen membalikan tubuh gadis itu hingga terlentang dan Arsen segera menindih gadis itu.
"Arght! Jangan! Aku mohon!" pilu gadis itu.
Gadis itu berusaha berontak dan melepaskan diri dari tindihan Arsen. Sebelah tangan Arsen menyatukan kedua pergelangan tangan gadis itu dan menggenggamnya dengan erat dengan tangan kirinya lalu dinaikan ke atas hingga membuat gadis itu tak berdaya. Arsen yang sudah dalam mode turning on, terus mengenduskan hidung mancungnya pada leher jenjang gadis itu.
Tangannya kanannya mencengkram kerah kemeja yang digunakan gadis itu. Dalam satu tarikan kasar, kancing kemeja itu berhamburan. Masih dengan tangan kanan itu, bra warna biru muda yang membungkus bukit kembar ranum milik gadis itu pun ditariknya dengan kasar. Dengan liar dan kasarnya, Arsen melahap habis bukit kembar yang belum pernah terjamah itu.
"Jangan! Aaaarght! Ibuuuu … Tolong aku!" teriakan dan isak tangis penuh permohonan gadis itu sama sekali tak Arsen hiraukan. Otaknya sudah dikuasai minuman beralkohol dan obat perangsang tingkat tinggi.
Puas mengobrak-abrik bagian atas tubuh gadis itu. Kini gantian, tangan kanan Arsen yang memegang kedua tangan gadis itu dan masih di posisi sama yaitu di atas. Arsen seperti orang kesetanan yang tidak terkendali.
Gadis itu sudah sekuat tenaga meronta dan memberontak, namun rasanya hanya kesia-siaan belaka yang dia dapat. Tenaga dari iblis berwujud manusia tampan yang kini tengah memaksa untuk menurunkan celana jeans pensilnya itu sungguh seperti tak ada bandingan.
"Kumohon jangan. Ini hanya akan kupersembahkan untuk calon suamiku saja," gadis itu sudah lemah tak berdaya dalam kungkungan Arsen yang sudah gelap mata.
Sementara handycam terus merekam adegan demi adegan setiap detail kejadian tindak pelecehan yang dilakukan Arsen pada gadis cantik yang bahkan tak dia ketahui namanya itu.
"Persetan dengan calon suamimu. Aku butuh pelepasan saat ini juga!"
Kesulian melepas celana jeans gadis itu dengan satu tangan, Arsen melepaskan genggaman tangan kanannya dari kedua pergelangan tangan gadis tersebut. Dia menarik celana jeans tersebut berikut dengan kain terakhir yang menutupi area sensitif gadis itu.
Merasa mendapat celah, gadis itu kembali berontak dengan menendang Arsen hingga Arsen terjungkal ke bawah. Dia menarik sprei untuk menutupi tubuhnya yang sudah polos lalu dengan sisa-sisa tenaganya dia berlari ke arah pintu kamar.
Tremor terasa di seluruh tubuh terutama kedua tangannya. Untuk sekedar membuka kunci pintu kamar, rasanya gadis itu cukup kesulitan. Tanpa disadari sang gadis, Arsen sudah berdiri dengan tatapan nyalang sambil melepaskan celana jeans-nya. Kilatan matanya penuh kebuasan seperti mata singa yang siap menerkam mangsanya.
"Ini benar-benar memacu adrenalin gue. Gue suka! Hahaha …."
Arsen benar-benar berada dalam pengaruh minuman beralkohol yang sudah dioplos dengan pil perangsang tingkat tinggi.
Gadis itu berbalik saat merasakan ada bahaya di belakangnya. Dia berinisiatif untuk menggedor pintu kamar itu saja. Mungkin gadis itu tidak tahu kalau kamar itu tipe kamar president suit di mana kamar tidur tersebut tidak langsung berhubungan dengan bagian luar atau koridor hotel melainkan masih harus melewati ruang tamu yang cukup luas.
"Tolong!" tangannya menggedor-gedor pintu kamar itu.
Dari arah belakang Arsen mendekap erat tubuh gadis itu. Kedua tangannya naik ke atas dan meremas aset kembarnya sedikit kasar hingga membuat gadis itu terpekik.
Singkat cerita kini gadis itu sudah kembali berada di atas ranjang kembali dengan Arsen yang sudah menindihnya di atasnya.
"Gue udah gak tahan!"
"Aku mohon jangan!" kali ini suara sang gadis benar-benar lemah dan penuh permohonan, namun Arsen tetap tidak menggubris.
Dengan sisa tenaganya, gadis itu sekuat mungkin mengapit kedua kakinya. Namun Arsen tetaplah Arsen. Dia seperti manusia yang kerasukan. Tenaganya masih jauh lebih besar dua kali lipat dari Arsen dalam keadaan sadar. Arsen berusaha merenggangkan kedua kaki gadis itu.
Perlahan benda tumpul itu menyeruak masuk ke dalam lembah kehangatan Tiana.
"Tidak!"
Jerit gadis itu sambil menangis tak berdaya ketika tubuh bagian bawahnya mulai merasa dimasuki sebuah benda tumpul nan asing. Jerit ketidakrelaan atas perbuatan Arsen.
Rasa sakit dan perih disekitar organ sensitifnya mulai dirasakan sang gadis. Mulutnya mengutuk dan menyumpahi Arsen. Namun Arsen tak menghiraukannya. Dia sedang menikmati surga dunianya. Apalagi ini pertama kalinya Arsen menerobos pertahan seorang gadis yang masih tersegel.
"Hhhh ... Kenapa milikmu bisa seenak dan senikmat ini? Jadi, begini rasanya kegadisan seorang wanita," racau Arsen di tengah desahannya.
"Biadab! Binatang!" suara gadis itu makin lemah dan terdengar menyedihkan.
Gadis itu sepertinya sudah sangat pasrah dan tak memberontak lagi karena semua percuma. Mahkotanya sudah direnggut paksa oleh laki-laki yang tidak dikenalnya.
Empat puluh lima menit berlalu, tiba-tiba rudal nuklir Arsen berdenyut hebat. Saking nikmatnya, Arsen merasa tak mampu untuk menarik rudal nuklirnya. Hingga tak lama lahar panas itu menyembur. Tertembak langsung ke arah mulut rahim gadis itu.
"Arght ...."
Geraman Arsen yang baru mendapatkan pelepasannya terdengar penuh rasa puas.