Chereads / Sehelai Mahkota Untuk Ratu / Chapter 17 - Bab 17

Chapter 17 - Bab 17

"Mau makan dimana?" tanya Brama menoleh sekilas ke arah Ratu.

"Terserah saja," jawab Ratu dengan tatapan tetap mengarah keluar jendela mobil.

Brama menganggukkan kepalanya sambil berpikir tempat yang akan dia tuju. Dengan tangan memegang kemudi, sesekali Brama melirik ke arah Ratu.

Melihat sosok Ratu, gairahnya bangkit. Sudah sejak lama Brama penasaran dengan sosok Ratu. Namun kesempatan untuk mendekatinya baru datang.

Setelah beberapa hari yang lalu Aksara datang dan memohonnya untuk mau bekerjasama dengan perusahaan milik keluarga Ratu. Perusahaan yang sedang tertimpa masalah dan membutuhkan investor baru.

Brama tentu tak menyia-nyiakan hal itu. Melihat peluang untuk bisa mendapatkan Ratu. Masalah perusahaan, bukanlah hal yang sulit. Brama dengan mudah bisa mengembalikan perusahaan itu agar stabil kembali.

Dan Aksara tanpa pikir panjang menyetujui syarat yang Brama ajukan. Yaitu Ratu sebagai imbalannya.

Brama tersenyum sinis. Betapa ambisi mengorbankan nurani. Tapi, itu menguntungkannya. Setelah mendapatkan Ratu, Brama akan mengambil alih perusahaannya.

Aksara tidak akan menyadari itu. Pikiran tuanya mulai berkabut karena ambisi. Hingga tidak bisa jelas membedakan, mana yang bisa diajak berkawan, dan mana lawan.

Mobil yang dikemudikan Brama berhenti di lobi salah satu hotel mewah. Hotel yang di lantai dasarnya dijadikan restoran berstandar internasional.

Tanpa bertanya, Ratu keluar dari mobil. Pun dengan Brama yang kemudian menyerahkan kunci mobil pada salah satu petugas valet.

Brama menyusul Ratu dan meletakkan tangannya melingkari pinggang gadis itu.

Mendapatkan perlakuan itu, Ratu berjengit. Dirinya merasa risih. Spontan Ratu menepis tangan Brama.

"Tolong jaga tangan anda, Pak Brama," ucap Ratu tegas.

Brama menyeringai.

"Tentu! maafkan saya," jawab Brama.

Ratu menghela nafas sebagai jawabannya. Terlihat dari gesture tubuhnya, Ratu merasa tidak nyaman bersama dengan Brama.

Jika pertemuan mereka sebelum-sebelumnya terasa biasa saja. Untuk sekarang Ratu merasa lain, karena ini bukan pertemuan bisnis.

Brama dan Ratu akhirnya duduk di salah satu meja VIP. Menanti pesanan mereka datang.

Brama berulangkali mencoba menarik perhatian Ratu dengan mengajaknya bicara. Namun Ratu seolah tak menggubrisnya. Membuat Brama semakin tertantang untuk menaklukkan gadis di hadapannya itu.

Setelah makanan datang, mereka bersantap dalam diam. Ratu bahkan dengan sengaja makan secara asal dan terkesan berantakan. Membuat Brama merasa geli karena bisa menebak siasat Ratu.

Ratu makan dalam porsi besar agar terlihat tidak anggun di mata Brama. Mengunyah dengan keras agar laki-laki itu jengah.

"Mau nambah lagi?" tanya Brama dengan menahan senyum.

"Boleh," jawab Ratu tetap pada siasatnya.

Padahal, perut Ratu sudah terasa penuh dan begah.

"Emh, sepertinya terlalu kenyang jika aku memesan makanan berat lagi. Ku pesankan minuman tambahan saja ya," kata Brama.

Ratu mengacuhkannya. Ratu fokus pada perutnya yang kekenyangan.

"Saya ke toilet dulu," pamit Ratu.

"YESS!!!...." sorak Brama dalam hati.

Saat Ratu tak terlihat lagi, Brama mengambil bungkusan kecil dari saku jasnya. Dituangnya isi bungkusan itu ke dalam minuman Ratu yang baru saja diantar oleh pelayan.

Setelah memastikan larut dengan mengaduknya menggunakan sendok, Brama duduk bersandar sambil memainkan ponselnya. Seolah tak pernah melakukan apapun. Tanpa Brama sadari, sepasang mata mengawasinya dengan tajam.

Beberapa menit kemudian, Ratu kembali. Sedikit lemas setelah mengeluarkan separuh isi perutnya karena kekenyangan.

Ratu pun langsung mengambil minuman yang ada di hadapannya dan meneguknya hingga tandas untuk mengurangi rasa mual.

Brama tersenyum menang. Sebentar lagi, rencananya akan berhasil.

"Kita pulang?" tanya Ratu kemudian.

Entah kenapa tiba-tiba tubuhnya terasa lelah mengantuk. Bahkan Ratu mulai menguap pelan.

"Baiklah. Sepertinya kamu capek," kata Brama perhatian.

Ratu mengangkat kedua bahunya malas.

Brama segera memanggil pelayan untuk meminta bill dan menyerahkan kartu kredit miliknya platinum miliknya.

Setelah selesai, Brama pun mengajak Ratu pulang.

Tetapi, baru saja Ratu hendak berdiri, tubuhnya limbung. Beruntung Brama dengan sigap menangkapnya.

"Hey, kamu tidak apa-apa?" tanya Brama pura-pura cemas.

"A-aku...."

Dan kegelapan pun menyambut Ratu. Gadis itu tak sadarkan diri.

Dengan sigap, Brama pun membopong tubuh Ratu dalam pelukannya. Lalu membawa Ratu menuju lift hotel yang akan mengantarkannya pada awal keberhasilan mendapatkan Ratu.

***

Brama meletakkan tubuh Ratu yang langsung terkulai tak berdaya di atas ranjang. Ya, Brama membawa Ratu ke dalam salah satu kamar hotel.

Brama sudah menyiapkan semuanya. Brama sudah mengaturnya sedemikian rupa agar rencananya berhasil. Salah jika Ratu meremehkan seorang Brama Alfarez.

Pria yang terkenal sebagai seorang cassanova itu bukanlah pria sembarangan. Pengalamannya tentang wanita sudah tak perlu diragukan lagi. Petualangannya dari pelukan satu wanita ke wanita lain tak terhitung.

Intinya, Brama adalah tipe pria yang mudah bosan dan selalu berganti wanita. Selain untuk memenuhi kebutuhan batinnya, Brama juga menggunakan wanita sebagai tantangan. Semakin sulit wanita incarannya , semakin bernafsu pula Brama untuk didapatkan menaklukkannya.

Itu dulu, sebelum dia terjerat pesona seorang Ratu. Sejak pertama bertemu dengan Ratu, Brama bukan hanya ingin menaklukkan Ratu, tapi juga ingin memilikinya. Ratu menjadi ambisi tersembunyi bagi Brama.

Karena hanya Ratu wanita yang dapat menggetarkan hatinya dan bukan hanya menarik di matanya.

"Kamu memang sangat cantik, Ratuku!" puji Brama sambil mengelus pelan pipi Ratu yang terasa halus di tangannya.

"Mungkin kamu akan marah nantinya karena aku mendapatkanmu dengan cara seperti ini. Tapi, aku tak sabar menanti untuk memilikimu. Dengan begini, kau tak bisa menolakku," gumam Brama.

Diraihnya jemari Ratu dan dikecupnya satu persatu. Brama juga mencium punggung tangan Ratu dan menghirupnya seolah candu.

"Bahkan hanya dengan mencium tanganmu terasa sangat nikmat," desah Brama.

"Seharusnya sudah sejak lama aku melakukan ini. Ternyata mudah sekali. Hanya perlu memanas-manasi si tua bodoh Frans agar mau berselingkuh dan menyebarkan berita itu sudah menjadi jalan lebar untukku, hahaha," kekeh Brama.

Sembari bicara, Brama tak berhenti menggerakkan tangannya. Bahkan jilbab Ratu sudah terlepas. Menampilkan rambut pirang sebahu Ratu.

"Nah, begini lebih baik. Tak perlu menutupi kecantikanmu dengan kain tak berguna ini!" kata Brama sambil mencampakan jilbab Ratu ke lantai.

Mata Brama menyusuri tubuh Ratu. Jakunnya turun naik menahan gairah.

"Ratu ... Ratuku!" desahnya berkali-kali menyebut nama Ratu.

Brama melepas jasnya dan melemparkannya asal. Lalu, satu persatu kancing bajunya dia lepas hingga menampakkan dadanya yang bidang. Brama tampak begitu maskulin. Ditambah dengan bulu dadanya yang lebat dan perut sixpack nya, wajar jika membuat para wanita bertekuk lutut.

Mata tajam milik Brama tak lepas dari tubuh Ratu. Perlahan, dikungkungnya tubuh itu. Lalu Brama menjatuhkan wajahnya ke dalam ceruk leher Ratu dan menghirupnya. Sungguh aroma gadis itu sangat memabukkan.

Mengangkat kembali kepalanya, tangan Brama menyentuh bibir penuh Ratu. Meraba dan merasakan tekstur lembutnya. Jarinya terus turun menyusuri rahang, dan berhenti di kancing baju teratas Ratu.

Brama menyeringai. Ratu bahkan tak bergeming dan tetap damai. Tanpa merasa terganggu dengan sentuhan yang dilakukan Brama.

Namun, baru saja Brama hendak melepas kancing itu, pintu kamarnya diketuk dari luar. Hingga Brama pun urung melepaskan kancing baju Ratu.

Dengan kesal, Brama pun bangkit dan berjalan ke arah pintu, lalu membukanya. Baru saja Brama hendak memaki orang yang mengganggu aktivitasnya, sebuah tinju keras lebih dulu mengenai rahangnya.

Bbuugghhh!!!...

"BRENGSEK!!!"