Chereads / Sehelai Mahkota Untuk Ratu / Chapter 22 - Bab 22

Chapter 22 - Bab 22

01 Mei 2000

Selamat ulang tahun yang pertama, putriku sayang! Walaupun kamu Ratu, tapi kamu tetap putri kecilku. Maafkan Mama tidak bisa sepenuhnya bersamamu. Kelak kau akan mengerti, Nak!

01 Mei 2001

Selamat ulang tahun ke dua anakku, cintanya Mama. Kamu tumbuh begitu menggemaskan. Andai keadaan tidak seperti sekarang, mungkin Mama akan senang sekali menghabiskan waktu bersamamu.

01 Mei 2002

Selamat ulang tahun ke tiga, Nak! Melihatmu tumbuh sehat, membuat Mama bahagia. Walaupun Mama tidak bisa untuk menunjukkan kasih sayang Mama. Tapi percayalah, kau adalah harta mama paling berharga.

01 Mei 2003

Selamat Ulang tahun ke 4 sayangku! Tak terasa kami sudah semakin besar dan tumbuh dengan cerdas. Mama bangga denganmu, Ratu!

Ratu menemukan sebuah diary yang berisi ucapan selamat ulang tahun dari mamanya semenjak ulang tahun pertamanya. Bahkan sampai ulang tahun ke 22. Mamanya selalu menuliskan ucapan yang membuat Ratu merasa sesak.

Sesak karena tak pernah mengetahui betapa besar kasih sayang dari mamanya.

Tak hanya itu, di dalam tas, Ratu juga menemukan sebuah kotak perhiasan. Penasaran, Ratu pun membukanya. Isinya membuatnya ternganga dan haru.

Di dalam kotak perhiasan itu, terdapat 22 kalung dari berbagai ukuran dan model. Setiap kalungnya memiliki liontin yang berisikan fotonya. Dari bayi, hingga dewasa.

'Mama memilih kado kalung ini, agar kamu selalu merasa mama dekat dengan hatimu'

Begitu tulisan secarik kertas yang turut berada di kotak perhiasan.

Ratu tergugu. Kenapa mamanya menyembunyikan kasih sayangnya? Selama ini Ratu telah salah duga. Ternyata Nabila begitu peduli padanya.

Didekapnya 22 kalung itu di dada. Kalung yang menjadi tanda sayang mamanya. Bahwa mamanya tak pernah mengabaikannya. Hanya cara mamanya saja yang berbeda.

Setelah beberapa saat, Ratu mengambil sebuah amplop yang juga ada di dalam tas. Di bukanya amplop itu dan menemukan lembaran kertas berisi tulisan tangan Nabila.

Ratu pun membacanya.

"Dear Ratu, anakku...

Semoga saat kamu membaca surat ini, Mama masih mempunyai sisa umur untuk meminta maaf padamu.

Ratu, anakku sayang...

Mungkin kamu membenci Mama. Bahkan mengutuk Mama. Maafkan Mama Nak. Maaf jika terus menyebabkan luka di hatimu.

Maafkan Mama selalu mengabaikannya dan terkesan tak peduli padamu. Padahal, sejujurnya, Mama ingin memeluk dan menghabiskan sepanjang waktu bersamamu, putriku.

Ratu, sepanjang usiamu, tak pernah Mama berhenti mengamati. Walau dalam kediaman Mama.

Ratu, setiap kali melihatmu, Mama merasa bahagia. Mempunyai putri yang sangat cantik dan juga pintar. Tapi di saat yang sama, bayangan masa lalu menghantui Mama.

Mama selalu teringat bagaimana kejamnya orang yang selama ini kau panggil Papa, tega merenggut kehidupan Mama. Menjebak Mama yang kemudian ingin menguasai semua harta kakekmu.

Aksara, pria bejat itu menjebak Mama dengan sebuah sandiwara dan mulut berbisanya. Seolah Mama telah berhubungan layaknya suami istri hingga terpergok kakek nenekmu.

Padahal Mama tak tahu apa-apa. Mama hanya dijebak. Kamu bisa membayangkannya, Nak? Di saat Mama bahagia dengan usaha untuk meraih cita-cita, justru harus kandas karena pernikahan akibat jebakan.

Mama harus kehilangan cita-cita Mama. Terasing oleh keluarga karena Kakek dan nenekmu lebih percaya permainan kata Aksara. Tak ada satupun yang membela mama.

Maafkan Mama Nak, jika mengabaikannya...

Setiap teringat bagaimana perlakuan kasar dari Aksara atas tubuh Mama, seolah rasa jijik memenuhi hati. Hingga membuat Mama tak mampu berada di dekatmu. Karena trauma masa lalu Mama.

Bahkan kematian kakek dan nenekku pun atas campur tangan Aksara. Bagaimana Mama bisa menjafi orangtua yang baik jika berpasangan Aksara?

Hidup Mama hancur karena pria itu. Dan maaf jika harus berimbas kepadamu.

Mama harap, kamu mau memaafkan Mama.

Ratu, anakku...

Satu yang harus kamu tahu. Seluruh harta keluarga Sanjaya adalah milikmu setelah umurmu menginjak 23 tahun. Harta yang ditinggalkan kakekmu, bukanlah murni milik Aksara.

Mama harap, jika Mama meninggal. Kamu mau merebut apa yang menjadi hak mu. Karena wasiat dari kakekmu, hanya kamu yang berhak mengambil alih.

Tapi berhati-hatilah Nak...

Aksara sangat kejam dan licik. Bahkan tak peduli siapapun selain dirinya sendiri. Jangan percaya siapapun, selain dirimu, dan juga Dion. Semua bukti kejahatan Aksara ada di tangan Dion.

Dion tak seperti yang selama ini kamu kira. Kau akan menyukainya nanti jika tahu bagaimana Dion sebenarnya.

Ratu, anakku...

Maafkan Mama yang tak pernah terbuka padamu. Bahkan berkali-kali Mama meminta maaf pun tak akan cukup untuk menebus semua kesalahan Mama.

Mama ingin kamu aman. Dengan tidak memperhatikanmu dan berpura-pura membencimu, Mama pikir akan menjauhkan dari keserakahan Aksara. Karena jika Mama dekat denganmu, Mama takut Aksara menganggapmu sebagai ancaman dan menyakitimu.

Ratu, anakku...

Sekali lagi maafkan Mama. Mungkin saat kamu baca surat ini Mama sudah tiada, atau Mama akan sangat bersyukur jika bisa menatapmu untuk terakhir kalinya.

Tetaplah ceria dan semangat. Berlakulah sesuai hati nuranimu. Semoga kamu selalu bahagia, Nak.

Peluk cium, cinta dan kasih Mama untukmu

Mama Nabila"

Ratu terisak setelah membaca surat dari mamanya. Kenyataan yang menghancurkan hatinya. Bagaimana dia bisa hidup dalam kebohongan besar selama ini?

Betapa selama ini mamanya begitu tersiksa. Dengan masa lalu dan juga semua kemarahannya. Kilasan demi kilasan perkataan buruknya untuk Nabila terbayang kembali.

Dan penyesalan dalam menghempas Ratu. Menyesal dengan perkataan yang buruk dan menyakitkan. Tuduhannya kepada Nabila. Dan tingkahnya yang bertujuan membuat malu Nabila. Semua menjadi penyesalan untuk Ratu.

Ratu merapikan semua benda-benda itu. Meletakkannya dalam brankas pribadinya. Namun sebelumnya, Ratu mengambil sebuah kalung yang terukir angka 22 di liontinnya. Sebuah kalung dengan liontin berbentuk love yang bisa di buka. Ada foto Ratu disana. Fotonya saat pertama kali mengenakan hijab yang diambil sembunyi-sembunyi. Sepertinya mamanya belum lama memasukkan foto itu.

Kemudian Ratu berdiri di depan cermin. Melihat ke arah kalung itu terpasang. Sangat cantik melingkari lehernya. Membuat hatinya menghangat. Dan merasakan dekat dengan mamanya.

"Terima kasih, Ma," gumam Ratu dengan mata berembun.

Ratu segera bersiap dengan memakai kembali jilbabnya. Dia harus kembali ke rumah sakit. Tidak ada kata esok. Karena Ratu tak ingin lagi menyia-nyiakan waktu bersama mamanya. Sudah cukup pulahan tahun dalam kesalahpahaman. Kini waktunya menebus waktu kebersamaan yang hilang percuma.

Setelah memastikan semua siap, Ratu kemudian turun dari kamarnya. Yang ada di pikirannya saat ini cuma satu, Nabila. Bahkan patah hati karena Yusuf pun teralihkan. Dan memang seharusnya begitu.

Ratu harus kuat agar bisa memberikan semangat pada Nabila. Ratu harus kuat agar bisa menyelesaikan semua masalah keluarganya. Jika wasiat kakeknya benar adanya, maka hanya menghitung waktu saja sampai dia berumur 23. Beberapa Minggu lagi.

"Mau kemana kamu?"

Ratu yang baru saja hendak memasuki mobilnya terperanjat.