"Mau kemana kamu?"
Aksara yang baru saja tiba memicingkan matanya ke arah Ratu. Sedari siang di kantor Aksara mencari Ratu. Tetapi anaknya itu tidak di tempat. Padahal Aksara hendak menanyakan kemajuan hubungan Ratu dengan Brama Alfarez.
Dalam telponnya dengan pemuda itu, Aksara diminta untuk menyiapkan Ratu. Karena rencananya, Brama akan segera melamar Ratu. Tentu saja Aksara sangat senang. Dengan pernikahan Ratu, maka perusahaannya dengan dengan Alfa grup akan bersatu dan melebarkan sayap menjadi perusahaan terbesar di negara ini.
Memang tak salah dulu istrinya melahirkan anak perempuan. Karena bisa menjadi alat tukar. Beruntung Nabila tidak melahirkan anak laki-laki. Jika anaknya laki-laki, bisa jadi menjadi kerikil untuk Aksara.
Pintu sebelah supir terbuka dan menunjukkan adanya Maya disana. Sekretaris Aksara itu turun dengan anggunnya. Kakinya yang mulus berhias high heels berjalan mendekat ke arah bosnya.
Ratu menatap mereka dengan raut benci. Di saat mamanya terbaring koma, papanya sibuk memadu kasih dengan sekretarisnya. Bahkan mungkin papanya tak pernah tahu dan peduli akan keadaan mamanya.
"Mau kemana kamu? kenapa tidak ada di kantor siang tadi?" tegur Aksara lagi.
Maya yang berdiri rapat di sebelahnya menatap Ratu penuh cemooh. Seolah merasa menang karena Aksara berlaku lembut padanya.
"Bukan urusanmu!"
"RATU!" bentak Aksara. Tidak terima dengan jawaban Ratu yang kurangajar.
"Ada urusan apa mencari Ratu?" tanya Ratu dingin.
"Baiklah kalau kamu memang tidak mau bicara baik-baik. Siapkan dirimu. Brama akan segera melamarmu dalam waktu dekat!" tegas Aksara.
"Nggak! sampai kapanpun Ratu tidak akan pernah mau dengan bajingan itu!" tolak Ratu.
Aksara menggeram marah. Dia paling tidak suka adanya penolakan.
"Kamu tahu kalau Papa tidak suka ditolak bukan?" gertak Aksara.
"Dan Papa tahu kalau Ratu tidak suka dipaksa! jadi jangan memaksakan kehendak lagi. Apalagi menyangkut hidup Ratu. Sampai berbusa mengatakannya ke Papa jangan pernah mengatur Ratu lagi!" jawab Ratu dingin.
"Kalau kamu tidak mau diatur maka pergi dari rumah ini!" bentak Aksara hilang kendali.
"Pergi dari rumah ini? memang siapa pemilik sah rumah ini, Pa? siapa yang harusnya pergi dari sini?" tanya Ratu sambil menyunggingkan senyum sinis.
Sementara Aksara terkesiap. Kenapa Ratu menjadi seberani ini? Apa Ratu sudah mengetahui semua kebenarannya?
"Lancang kamu, Ratu!"
"Ya, kenapa tidak? Bicara dengan Papa hanya akan menghabiskan waktu saja. Dan Ratu cukup sibuk saat ini. Jadi lebih baik Papa kembali menikmati waktu dengan gundik Papa ini!" kata Ratu sambil menunjuk ke arah Maya.
"Kurangajar!"
Maya yang tidak terima dikatai pun melangkah mendekati Ratu untuk memberinya pelajaran. Tangan Maya terangkat hendak menampar Ratu. Tapi dengan sigap, Ratu mencengkeram pergelangan tangan Maya dan mencampakkannya.
"Jauhkan tangan kotormu dariku! najis rasanya bersentuhan dengan wanita murahan sepertimu!" gertak Ratu.
"Apa bedanya denganmu? bukannya kamu juga wanita murahan perebut suami orang? Jangan sok suci mentang-mentang sudah memakai jilbab. Nyatanya hidupmu sebelumnya pun sebagai pelakor!" balas Maya dengan berani.
"Setidaknya aku Pelakor tapi tak pernah menjual tubuhku. Sementara kamu, berapa banyak pria yang sudah menikmati tubuhmu dengan imbalan uang? Belum lagi yang kau sodorkan secara gratisan, murahan!" cibir Ratu.
Wajah Maya yang putih memerah karena amarah. Hinaan yang dilontarkan Ratu tepat mengenai sasaran.
"Kurangajar!" desis Mata.
"Sudah cukup!" bentak Aksara.
"Ratu, terserah apa maumu, yang pasti saat hari lamaran itu tiba, kamu harus siap. Karena Papa tidak menerima penolakan, atau kamu lihat sendiri akibatnya!" ancam Aksara.
Ratu tak mengindahkan ancaman Aksara dan memilih memasuki mobilnya. Kemudian menjalankannya dengan laju keluar dari halaman.
Aksara mendengus kesal. Matanya masih menatap tajam ke arah mobil Ratu menghilang.
"Saayaaannnggg!" rengek Maya yang sudah mendekati Aksara.
Sekretaris dengan pakaian mini dan membentuk tubuh itu melingkarkan tangannya ke lengan Aksara.
Aksara menghembuskan nafas panjang dan menatap ke arah Maya. Menatap wajah cantik dengan make up sempurna dan bibir merona penuh yang mengundang nafsunya.
"Iyaa, ada apa?" tanya Aksara serak.
"Sebelll!" keluh Maya.
Aksara terkekeh dan menarik Mata memasuki rumah. Di bawanya sekretarisnya itu menuju kamar pribadinya. Di hempaskannya Maya ke atas ranjang.
Niatnya semula ke rumah untuk mengambil berkas-berkas laporan yang belum semua diselesaikan. Tapi, sepertinya bersenang-senang dahulu lebih mengasyikkan. Mendinginkan kepalanya yang baru saja berdebat dengan Ratu.
Aksara langsung menyerang bibir Maya yang juga meresponnya tak kalah bersemangat. Aksara memagut dan mengecap rasa bibir Maya. Mencari-cari kenikmatan di sana.
Maya mendesah keenakan. Permainan Aksara memang selalu luar biasa walaupun sudah berumur. Tapi mampu membuat Maya ketagihan dan menjeritkan namanya berulangkali karena kepuasan.
Tangan Aksara dengan lihai pun bergerilya ke tubuh Maya. Memainkan bagian-bagian sensitif gadis itu. Membuat Maya menggelinjang karena nikmat.
Mereka bertukar peluh dan Saliva. Melepaskan hasrat dunia yang begitu menggelora. Menikmati setiap inci dari tubuh lawannya. Hingga di akhir permainan, Maya menjerit keras, sedangkan Aksara melenguh penuh kepuasan.
"Kamu selalu luar biasa, Mas!" puji Maya setelah permainan mereka selesai.
Aksara yang terbaring dengan separuh tubuh masih menindih Maya itu hanya tersenyum. Nafasnya masih terengah.
"Kamu pun luar biasa. Selalu mampu membuatku puas," balas Aksara.
Maya tersenyum sambil mengeratkan pelukannya.
Bagaimana dia tidak terpesona dan jatuh dalam pelukan Aksara? pria matang dengan harta dan juga tahta. Selama menjalin hubungan dengan Aksara, semua kebutuhan Maya terpenuhi. Hidupnya bergelimang kemewahan.
Aksara begitu memanjakannya. Memenuhi semua keinginannya. Maya hanya perlu memuaskan Aksara di ranjang. Dan semua berjalan lancar. Bukan hal sulit untuk Maya. Karena sebelumnya, Maya telah sering menjadi teman ranjang untuk pria lain.
Sebelum akhirnya jatuh ke pelukan Aksara. Dan Maya tak ingin berpindah lagi. Karena Aksara merupakan paket lengkap. Memenuhi kebutuhan materi dan juga kebutuhan biologisnya.
"Kapan kamu akan menikahi ku, Mas?" tanya Mata di sela cumbuan Aksara. Gadis itu memejamkan mata keenakan.
Karena lagi-lagi, Aksara menginginkan tubuh Maya. Padahal mereka baru saja mendapat kepuasan beberapa menit yang lalu. Stamina Aksara memang tidak perlu diragukan lagi.
Aksara menghentikan kegiatannya memainkan bukit kembar Maya. Walaupun tangannya masih bergerak di liang Maya. Membuat Maya mendesah tak karuan.
Salah satu pemandangan yang disukai Aksara. Saat Maya terpejam dengan wajah penuh kenikmatan sambil meracaukan namanya.
"Maassss...," desah Maya.
Aksara terkekeh. Dia tahu maksud panggilan Maya. Antara menginginkan cumbuannya berlanjut tapi juga ingin Aksara menghentikannya karena menuntut sebuah jawaban.
"Kenapa kamu ingin ku nikahi? bukankah begini lebiha mengasyikkan? Toh, aku memperlakukanmu melebihi terhadap istriku," jawab Aksara.
"Tapii... , Aku ingin menjadi satu-satunya untukmu," rajuk Maya. Bibirnya mengerucut. Membuat Aksara gemas dan kemudian melumatnya.
"Sudahlah, May. Cukuplah kita begini, aku janji, semua kebutuhanmu akan aku penuhi. Asalkan...," Aksara tak melanjutkan kalimatnya. Karena nafsunya sudah kembali naik saat mendengar desahan Maya. Hingga mereka pun mengulang kenikmatan dunia yang tiada tandingannya itu.