Chereads / SEEKING THE TRUTH / Chapter 10 - Apa yang Harus Dilakukan?

Chapter 10 - Apa yang Harus Dilakukan?

"Apa yang harus aku lakukan? Kenapa bisa aku tidak mengenal RJ?" gumam Daniel terus menghela nafas beratnya.

Setelah acara makan bersama usai, langsung pergi meninggalkan tempat tersebut sekolah ia tidak bisa lagi menahan amarahnya yang kian membludak di dalam dadanya hingga begitu terasa sesak padahal jalan mencari pembunuh Dania sudah hampir di depan mata, tetapi semua sirna begitu saja. Pria itu berjalan lunglai dan sedikit sempoyongan karena terpengaruh alkohol namun tangan seseorang yang menyentuh pundaknya pelan membuat langkahnya terhenti.

"Bukankah Pak Daniel yang aku kenal dulu tidak begitu lemah seperti ini?" Sebuah pertanyaan menohok membuat Daniel langsung menoleh ke sumber suara.

Matanya membulat kaget ketika melihat Gladis yang mengajukan pertanyaan tersebut. Tanpa basa-basi lagi Daniel langsung memutar tubuhnya dan menatap Gladis begitu lekat dan langsung menanyakan apa maksud dari ucapan gadis di depannya itu.

Dengan begitu lugas Gladis langsung memberitahu bahwa ia adalah anak SMA yang ditinggal mati oleh orang tuanya beberapa tahun lalu tepat di saat Daniel kehilangan kekasihnya.

"Stop! Tak perlu membahas masalah Dania lagi, aku sudah tidak bisa melakukan apa pun untuknya." Daniel tak berani mendonggakkan wajahnya menatap Gladis mengingat pak kepala menghentikan misi mereka.

"Andai saja Bapak tahu, aku juga sangat ingin menemukan siapa yang telah membunuh orang tuaku," ungkap Gladis langsung masuk ke dalam mobil.

Daniel yang masih terpengaruh alkohol pun tidak terlalu memikirkan ucapan Gladia tadi. Menyetir mobil sang atasan dengan begitu pelan membuat Daniel terus memukul dadanya pelan, dia yakin sekali bisa menemukan pembunuh Dania meski saat ini halangan berdiri tegak di depannya. Dia terus mengepalkan jemarinya, meremas celananya kuat, seolah menahan sakit hatinya.

"Andai saja Bapak ingat, aku adalah putri dari Dion Mahendra, aku tidak bisa hanya diam tanpa melakukan apa-apa? Untuk apa aku sekolah di akademi Kepolisian kalau tidak mencari tahu siapa pembunuh orang tuaku," tuturnya panjang lebar namun ia harus sedikit bersabar dan menghela nafasnya ketika melihat lawan bicaranya sudah tertidur begitu pulas.

"Ya ampun, Pak Daniel. Baru juga aku mau cerita dia sudah tertidur." Gladis memandangi wajah Daniel terlihat jelas banyak luka terpendam yang ada di dalam hati Daniel.

Dia adalah tipikal polisi yang dikaguminya sampai saat ini karena begitu antusias untuk mencari pelaku pembunuhan kekasihnya.

"Sebaiknya aku memberitahunya besok pagi dan akan mengajaknya membahas masalah beberapa tahun lalu," ujar Gladis sambil melanjutkan perjalanan.

***

Ketika paparan sinar matahari memasuki sela-sela kamar memaksa Daniel membuka matanya perlahan. Bagaimana tidak saat itu cuaca begitu panas. Dia memegang kepalanya yang masih terasa pusing dan pengar.

Tok!! Tok!!

Seseorang mengetuk pintu dari balik pintu, bergegas saja Daniel langsung melangkah ke daun pintu dan sedikit terkejut karena melihat Gladis sudah tampak rapi dengan kemeja lengan panjang bermotif kotak-kotak dan celana jeans berwarna hitam pekat.

"Ini bubur untuk Bapak. Silakan diminum," ucap Gladia seraya menyapa dengan senyuman simpul.

"Terima kasih! Tetapu bolehkah aku tahu, kau akan pergi ke mana?" tanya Daniel begitu penasaran.

Gladis memberanikan diri menjawab bahwa dirinya akan pergi mencari tahu tentang RJ Group tersebut meski harus mencari dari nol lagi.

"Untuk apa? Bukankah tim kita sudah dibubarkan?" tanya Daniel begitu ketus.

"Tim boleh dibubarkan, tetapi aku tetap akan mencari tahu siapa RJ tersebut." Gladis langsung meletakkan nampan di atas meja dan hendak pergi.

"Bukankah itu percuma saja."

Gladis tersenyum dan tak merespon ucapan Daniel. Tak peduli apa yang diucapkan pria itu. Namun, ada satu hal yang ia katakan adalah berusaha lebih baik daripada diam tak bergerak.

Kata-kata itu membuat Daniel membuka mulutnya seperti huruf o, dia begitu hingung dengan sikap gadis itu pagi ini. "Kenapa dia begitu antusias sekali! Dasar gadis aneh," umpatnya seraya memandangi punggung Gladis.

Daniel langsung menuju ke kamar mandi dan menenggelamkan tubuhnya di dalam bathup sambil terus memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah timnya dibubarkan sementara. Memijat dahinya dengan pelan membuat Daniel mulai memikirkan apa yang dikatakan Gladis tadi, ada makna tersembunyi dari ucapan gadis itu.

Mencoba mengingat kejadian semalam membuat Daniel terbelalak kaget. Dia mulai ingat apa yang dikatakan Gladis semalam meski sedikit samar dan tak terlalu mendengarkan apa yang sedang diucapkan semua. Daniel mulai mengeja dan memecahkan ucapan-ucapan Gladis bahwa sesungguhnya ia masuk Akademi Kepolisian ada tujuan tertentu.

"Sial! Kenapa aku bisa lupa apa dikatakannya semalam," keluh Daniel sebal.

Berusaha mengingatnya lagi, Daniel semakin lupa kata-kata tersebut. Beranjak dari duduknya dan mengenakan bathrobenya, pria tampan berjukit putih dengan otot kekar itu langsung keluar dari kamae mandi dan menggenakan pakaiannya. Menatap nampan yag dibawakan Gladis tadi membuatnya sedikit penasaran dengan rasa bubur penghilang pengar itu.

Dia mencoba mencicipinya dan mulai mengomentari bubur tersebut. Tak disangka gadis yang baru saja dikenalnya itu pandai memasak. Bukan hanya wajahnya yang cantik saja keahliannya dalam memasak pun boleh diacungkan jempol. Daniel berjalan keluar kamar berniat ingin mengatakan terima kasih kepada Gladis.

Namun, sudah berjalan sampai ke dapur. Tak juga menemukan gadis tersebut, mencoba mencari di tempat persembunyiannya yang begitu nyaman juga tidak ditemukan. Daniel mengerutkn dahinya ketika mendapati kamarnya kosong.

"Ke mana dia?" tanya Daniel dalam hati.

Dreetttt

Merasa ada yang bergetar di dalam saku celananya membuat Daniel langsung merogohnya lalu melihat layar ponsel ada pesan masuk dari Gladis, wanita yang baru saja cari dan ternyata gadis itu berpamitan untuk mencari informasi tentang RJ. Sontak saja Daniel langsung bergegas keluar rumah dan berlari mencari jejak Gladis.

Dia sangat berharap sekali Gladis belum jauh dari rumahnya. Semakin kencang berlari malah Daniel tidak menemukan gadis yang begitu dikhawatirkannya. Entah kenapa sejak sesuatu hal yang Baron bicarakan sewaktu mendiang masih hidup membuat Daniel takut kalau sesuaru hal buruk terjadi pada Gladis.

"Aku tidak bisa membiarkan gadis itu celaka!" seru Daniel sambil memasang headseatnya di telinga.

Beberapa kali panggilan masuk, tetapi tidak direspon Gladis sehingga membaut Daniel geram dan bertanya pada tetangga apakah melihat gadis yang baru saja keluar. Namun hal yang tak terduga terjadi ketika Daniel melihat seorang wanita yang berniat menyebrangi jalan.

Melihat itu Daniel langsung menghampiri gadis itu dan menarik tangannya. "Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Daniel melirik gadis itu.

"Aku hanya ingin mencaritahu siapa yang telah tega membua aku jadi yatim piatu seperti ini dan membuat ornag tuaku lenyap begitu brutal dengan banyak luka lebam di perutnya."

"Apa maksudmu?" tanya Daniel mengerutkan dahinya bingung.