Reno menghentikan lamgkah kaki pria tua itu, kemudian dia menunjukkan sebuah foto yang tersebar di sosial media. Claritta seorang artis mengakhiri hidupnya karena frustasi. Pria bernama Dodi itu langsung saja menyanbar ponsel anak buahnya lalu memastikan apa yang dikatakan Reno benar atau tidak. Terlihat jelas wajahnya sangat marah, gertakkan gigi serta umpatan kesal karena berita tersebut.
"Bagaimana bisa ada orang yang menyebarkan foto Claritta, jika pak Menteri tahu bisa bahaya," gumamny terus mengepalkan kedua jemarinya.
Mengatur nafasnya perlahan agar amarahnya sedikit redam, pria itu langsung meminta Daniel ke tempat kejadian perkara di mana kasus Claritta. Berawal dari kasus tersebut, mereka menemukan sebuah pembunuhan yang begitu direncanakan dengan baik, rapi, cermat, dan pasti bersih tanpa meninggalkan jejak. Bila tidak dengan kejeliaan mata maka pihak kepolisian pasti mengatakan korban melakukan bunuh diri dengan sengaja.
Namun, otak pintar Daniel dan Gladis langsung bisa menemukan satu bukti nyata bahwa artis bernama Claritta itu murni dibunuh. Pelaku boleh memanipulasi pembunuhan tersebut, tetapi tidak dengan Daniel, dia terus berusaha mencari bukti dari hal yang terkecil dan yang membuatnya yakin bahwa sang artis dibunuh adalah ada satu tanda jari seseorang di tangan dan leher Claritta.
"Tersangka memamg pintar, tetapi dia melupakan satu hal yaitu sidik jarinya." Daniel langsung meminta anak buahnya untuk memeriksa sidik jari tersebut.
Gladis menatap dalam wajah Claritta yang sangat mengerikan, matanya melotot tajam bahkan ada bekas tamparan di pipi mulus artis tersebut. Sebuah insting mulai menggelayuti pikirannya, Gladis berpikir bila kematian artis itu ada sebuah keganjalan, "Sepertinya gadis ini disiksa terlebih dahulu sebelum ia tewas, kenapa dengan kukunya?" tebak Gladis seraya menggunakan sarung tangan lalu menyentuh jemari gadis itu.
Melihat Gladis yang nampak begitu serius dengan penyelidikan membuat Daniel berjalan ke arahnya dan menanyakan hal itu dan jawaban Gladis sungguh membutnya begitu tertarik hingga pria itu ikut menyentuh jemari si korban lalu memotretnya.
"Kau benar, sepertinya gadis ini sempat melakukan perlawanan," sambung Daniel ikut berkomentar.
Dia membuka sedikit selimut yang menutupi tubuh perempuan itu, matanya terbelalak kaget ketika melihat bagian pahanya penuh dengan luka lebam dan bekas ikatan tali yang sudah membiru.
"Pak, lihat ini!!" ucap Gladis sambil menarik tangan pria di depannya.
Sontak saja Daniel langsung mendekat dan membuat sepasang bola matanya melotot hendak keluar menyaksikan bila organ intim gadis itu mengeluarkan darah segar.
"Apa? Kenapa kasus ini sama seperti gadis yang kita temukan di gudang tadi," ujar Daniel memotretnya dan kemudian melihat hasip pemotretannta tadi sewaktu di gudang.
Pria itu langsung memeriksa kedua pergelangan tangan korban ada bekas membiru bekas ikatan tali. Daniel benar-benar yakin bahwa itu adalah pelaku yang sama. Bukan hanya Daniel, Gladis juga berpendapat sama. Banyak sekali kesamaan dari kedua korban tersebut. Tidak mungkin itu hanya kebetulan semata.
Tak lama kemudian, ponsel Daniel berdering. Segera saja dia menggangkat panggilan tersebut karena Boy yang meneleponnya. Alangkah terkejutnya Daniel ketika menyudahi panggilan tersebut dan melihat hasil pemotretan anak buahnya itu.
"Bagaimana bisa ada satu korban lagi dengan motif pembunuhan yang sama," gumam Daniel langsung menyodorkan ponsel tersebut kepada Gladis.
Usai melihat itu, banyak sekali kesamaan di ketiga korban yang ditemukan membuat Gladis menghela nafas beratnya. "Ini sungguh menarik sekali!" serunya tersenyum tipis.
Bagaimana tidak menarik, tiga gadis sekaligu di bunuh oelh satu pelaku yang kejam. Tidak salah lagi, bila ada orang yang melakukannya dengan sengaja.
"Pak, Lihat ini, Pak!" teriak Reno histeris ketika ada kabar terbaru yang membuat mereka terpelongo kaget.
Daniel dan Gladis langsung menoleh ke asal suara dan bertanya apa yang terjadi, Reno sontak saja membacakan semua komentar dari netizen dan para penggemar Claritta untuk meminta polisi memeriksa kekasih Claritta yang bernama Tama, rekan sesama artis juga.
"Apakah kau tahu Tama itu adalah kekasihnya?" tanya Daniel menatap Reno.
Pria beralis tebal itu mengangguk pelan bertanda iya karena memang dari gosip yang di dengarnya bahwa Claritta sedang menjalin hubungan dengan Tama seorang artis papan atas yang sedang naik daun. Namun, beredar kabar satu tahun yang lalu. Tama tak menjalin hubungan lagi dengan Claritta sejak kepergian pria itu ke Jerman.
"Apa Jerman? Lalu kenapa para netizen asal berkomentar sih," gerutu Gladis tak suka.
Daniel menghela nafas bertnya berulang kali dan kemudian meminta Reno untuk mencari tahu di mana keberadan pria yang bernama Tama itu. Setelah melihat kepergian Reno, pria itu menatap sebuah kalung yang masih terpasang di leher perempuan itu.
Dia berjalan dan memeriksanya, ya itu adalah sebuah kalung bermotif love dan di saat membalik liontin tersebut ada sebiah inisial CT di kalung tersebut membuat Daniel membuka mulutnya hingga menyerupau huruf O.
"Ada apa, Pak?" tanya Gladis sangat penasaran dengan sikap pria itu.
"Liontin ini berinisial CT," balas Daniel menoleh ke arah Gladis sembari mengerutkan dahinya.
"CT? Bukankah itu inisial Claritta dan T...? Bukankah itu Tama seperti yang dikatakan Reno tadi," tebak Gladis langsung menarik kesimpulan.
"Kau benar, tetapi--" Daniel sengaja tak melanjutkan perkataannya karena dia masih ragu untuk menyampaikannya.
"Tetapi kenapa, Pak?" tanya Gladis sangat penasaran.
Daniel masih bungkam dan sibuk memeriksa ranjang si artis tersebut, bila saja menemukan satu bukti di sana. Untuk melakukan penyelidikan dengan dugaan tanpa bukti bisa membuat seseorang yang tak bersalah jadi terseret. Maka dari itu, Daniel belum berani untuk mengungkapkannya kepada siapa pun. Dia berpura-pura tak mendengar perkataan Daniel.
Namun, siapa sangka bila Gladis pun memiliki asumsi yang sama dengan kasus tersebut, tidak ingin membuat kepala sang atasan pusinv tujuh keliling dengan pertanyaannya. Gadis itu langsung bungkam dan memutar tubuhnya sambil terus mencari bukti yang lain.
"Ponsel! Kenapa aku belum melihat ponsel korban," gumam Gladis menghampiri rekan sesama polisi untuk menanyakan hal tersebut.
"Kami belum menemukan itu Mbak Gladis dan sekarang sedang mencarinya," jawab perempuan yang ditugaskan mengumpukan barang bukti.
Memeriksa laci di sudut ruangan, di bawah nakas televisi tak juga menemukan benda pipih karena Gladis yakin pasti di dalam ponsel itu ada satu bukti. Entah kenapa gadis itu yakin sekali dengan instingnya, duduk berjongkok sambil meraba kolong ranjang korban kalau saja menemukan benda pipih tersebut.
Namun, pencariannya sia-saia karena tidak ada apa pun di bawah ranjang. Gladis sedikit kelelahan sejak tadi memeriksa apartemen artis ini karena hanya menemukan bukti bahwa dia dibunuh dan bukan bunuh diri, tetapi belum bisa menemukan siapa tersangkanya.
"Mbak Gladis," panggil seorang gadis dengan melambaikan tangannya ke arah Gladis yang sedang duduk santai merebahkan dirinya di atas sofa.
Sontak saja Gladis langsung bangun lalu berjalan ke arahnya, "Ada apa? Apakah kau menemukan sesuatu?"