"Apakah kau menemukan sesuatu?" tanya Gladis langsung menghampirinya.
"Iya, Mbak. Ini!" seru gadis itu sambil menunjukkan sebiah benda pipih berwarna hitam ke arahnya.
"Ini yang aku cari sejak tadi! Akhirnya," ulas Gladis begitu bahagia ketika menemukan barang berharga tersebut.
Gadis itu lantas memeriksa ponsel tersebut dengan senyuman lebar yang terukir dari sudut bibirnya. Memandangi ponsel mewah yang harganya di atas rata-rata membuat Gladis begitu penasara tentang isi di dalam ponsel tersebut. Namun, sayangnya ponsel tersebut terkunci.
"Dikunci lagi!" serunya sebal.
Tangan seseorang langsung merampas benda pipih tersebut dari tangan Gladis sehingga membuat matanta terbelalak kaget dan hampir saja melayangkan satu tinjunya kepada si pencuri, alih-alih terurungkan karena Daniel lah yang mengambilnya.
"Apaka kau berniat ingin meninjuku," sindir Daniel meliriknya.
"Oh, tidak, Pak," jawab Gladis tersenyum nyengir.
Pria itu langsung mengotak-atik benda pipih tersebut alhasil ponsel tersebut bisa dibuka. Mata Daniel langsung menelisik semua foto, pesan, whatsapp dan beberapa panggilan di ponsel korban.
"Kenapa tidak ada yang mencurigakan!" keluh Daniel langsung meminta Gladis memeriksanya ulang.
Gladis langsung memeriksa ponsel tersebut, butuh wajtu satu jam Gladis baru bisa menemukan ada beberapa pesan singkat yang begitu janggal. Antara Claritta dan Tama, Ya di situ jelas terlihat sekali bahwa dua pasangan itu sedang bertengkar karena Tama membawa pacar barunya.
Bukan hanya itu saja, Tama juga mengancam Claritta untuk menjauh darinya karena ada perseteruan sengit di dalam pesan singkat tersebut. "Lihat ini, Pak! Mungkinkah Tama yang telah melakukannya?" ucap Gladis memberi pendapat.
"Jangan gegabah dulu! Ada baiknya kita pergi menemui Tama dan menanyakan hal ini padanya," balas Daniel langsung menelisik Gladis.
Pergi pergi menuju kediaman Tama, sebuah artis papan atas yang terkenal playboy. Gladis menghela nafas bertanya ketika mendapati rumah mewah Tama penuh dengan Wartawan yang berkerumanan di sana, begitulah para pencari informasi yanh begitu sigap sekali lebih dulu tiba di sana. Daniel mengedarkan sepasang bola matanya seraya terus menompang dagunya. Terdiam sejenak membuatnya mendapatkan sebuah ide bahwa merela harus seegera masuk dengan cara menyamar.
"Ide bagus, Pak! Tetapi mau nyamar jadi apa, Pak?" tanya Gladis bingung.
Daniel langsung keluar dari mobil sambil mengitari mobil dan membuka bagasi belakang, entah apa yang proa itu cari hingga lama di belakang mobil. Dia hanya menemukan sebuah jaket dan satu topi saja, "Sial! Sepertinya aku tidak membawa peralatan yang biasa aku sering pakai," ketusnya sebal.
Kemudian, pria itu meminta Gladis untuk menunggu di mobil saja, biarkan dia yang mendatangi Tama dan menyelidikinya.
"Benar, Bapak ingin ke sana sendirian?" tanya Gladis menghentikan langkahnya.
"Iya, kau di sini saja dan tunggu Boy dan Reno datang, ok," titah Daniel langsung pergi meninggalkan gadis itu sendirian di dalam mobil.
Menunggu adalah hal yang paling membosankan bukan, Gladis memeriksa kembali ponsel artis tadi. Merasa ada yang aneh dengan satu pesan tersebut.
[Kematian adalah yang terbaik dan bebas dari rasa sakit hati.]
"Pesan ini kenapa ada di kotak keluar, tetapi Claritta belum sempat mengirimnya," ucap Gladis semakin bingung.
Ia mencoba mencari lagi dan matanya seketika itu melotot kaget namun tiba-tiba saja Gladis melihat seorang pria dengan tingkah yang aneh. Pria itu menggunakan jaket silver, masker yang menutupi mulutnya, dan kacamata hitam. Menelisik ke arah berlawanan pria itu langsung membuka pakaiannya dan membuangnya ke tempat sampah, ada senyuman kecil yang terukir di sudut bibirnya ketika dia melepaskan maskernya.
"Apa yang pria itu lakukan?" desis Gladis tak terlalu peduli.
Gladis mengangkat panggilan telepon ketika ada panggilan masuk di ponselnya. Menatap nama Reno yang tertera, gadis itu langsung mengatakan bahwa dia sedang berada di bawah pohon dekat tong sampah.
Melihat sebuah mobil berwarna putih mendekatinya Gladis langsung melangkah keluar sambil melambaikan tangannya. Namun, tak disangka pria aneh tadi terus memperhatikan Gladis dari kejauhan.
***
Daniel mengetuk pintu belakang rumah Tama, seolah memanggilnya untuk mengantarkan paket. Kebetulan sekali memang saat itu Tama sedang menunggu sebuah paket, tetapi semau nampak aneh baginya karena sang kurir kenapa lewat belakang, bukan lewat depan. Teringat banyak wartawan yang berkerumunan di depan rumanya pria itu langsung saja membukakan pintu karena sebelumnya Tama sudah mengintipnya terlebih dahulu.
"Mana paket yang saya pesan?" tanya Tama menatap pria itu.
Dengan sigap, Daniel langsung mendorong tubuh Tama lalu masuk dan mengunci pintu. Matanya terbelalak kaget melihat sikap sang kurir yang begitu kasar padanya. Tama langsung bangkit lalu ingin membalas apa yang dilakukan kurir tadi, tetapi Daniel langsunh menelintir tangan Tama dan bertanya, "Paket apa yang sebenarnya kau tunggu?"
"Itu bukan urusanmu," ketusnya merintih kesakitan.
"Jelas ini adalah urusanku karena kau telah tertuduh membunuh Claritta," balas Daniel menatapnya tajam.
"Bukan aku pelakunya," teriak Tama dengan nada tinggi dan ada sebuah rasa kesal yang menyelimuti dirinya.
"Apa kau bisa menjelaskan padaku bahwa kau memang bukan pelakunya?" Pertanyaan sengit diarahkan kepada pria putih, tampan dengan lesung pipi di kedua pipinya.
Tama menceritakan bahwa dia dan Claritta sudah putus satu bulan lalu dan anehnya gadis itu tidak menerima keputusan Tama karena kini Tama sudah mempunyai seorang kekasih yang bernama Putri. Hal yang membuat Tama membenci Claritta adalah ia tega terus meneror kekasihnya Tama dan membuat hubungan mereka sedikit renggang.
"Bagaimana bila anda di posisiku," ucap Tama kesal dengan tingkah laku Claritta yang diluar nalar.
Pria itu menghela nafasnya perlahan seraya terus menatap tajam ke arah Tama, dia memperhatikan cara Tama menjelaskan masalahnya begitu polos dan jujur. Sangat tidak mungkin bila Tama membunuh Claritta, tetapi ada satu hal yang membuat Daniel bingung adalah kenapa netizen Claritta menuduhnya menewaskan Claritta.
"Itulah yang membuat aku terpenjara di sini! Papa mengurungku di sini, bila kabar itu benar bahwa aku yang melakukannya maka karierku akan hancur. Aku bukan pria bodoh yang membuat karierku hancur karena itu, aku susah payah menjadi artis hingga saat ini," tuturnya panjang lebar.
Melihat cara Tama yang begitu serius mengungkapkan isi hatinya, pria itu sontak mengerutkan dahinya karena heran perihal yang menyudutkannya dan membuat karirnya bermasalah. Dituduh membunuh sang mantan kekasih lalu masih diselidiki polisi membuat Tama tampak gusar.
"Apa yang harus aku lakukan agar semua ini berakhir? Aku memang mengirim pesan kasar pada Claritta, tetapi bukan aku membunuhnya," ungkap pria itu sangat serius.
Hal itu membuat Daniel menghela nafas beratnya, entah kenapa dia tak yakin bila Tama pelakunya. Namun, suara seseorang yang menerobos masuk ke dalam rumahnya sontak saja membuat dua pria itu ternyalang kaget.