Gladis ternyalang kaget ketika mendapati pria itu, "Bukankah kau adalah pria yang berdiri di tong sampah waktu itu," tanyanya menoleh pria itu.
"Iya, aku adalah pria itu! Aku tidak menyangka bila gadis sepertiku mempunyai ingatan yang begitu kuat," balasnya tersenyum seraya berjala mengitari Gladis.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Gladis mulai curiga dengan pria itu.
Pria itu menatap Gladis dengan sorot mata tajam, dia meminta gadis itu untuk duduk dan mengikuti perintahnya bila tidak dua temannya, Reno dan Boy akan mati.
"Apa maksudmu? Siapa kau sebenarnya?" tanya Gladis spontan.
"Kau tak perlu tahu siapa aku! Cepat ikuti perintahku," gertaknya seraya menempelkan senjata tajam ke leher Boy.
Gadis itu langsung tertegun dan menuruti perintah pria berjubah hitam itu dengan topeng di wajahnya. Gladis duduk dan membiarkan pria itu mengikat tubuhnya.
"Kau gadis pintar! Aku senang sekali dengan gadis sepertimu ini," pujinya terus menatap wajah cantik Gladis.
Pria itu hanya mengikat tubuh Gladis saja, tetapi tangan dan kaki gadis itu tidak ikut diikatnya. Dengan sangat lama pria itu duduk di sebuah kursi kerajaannya seraya menampilkan sebuah foto-foto beberapa gadis yang disekapnya. "Jika kau tak menuruti keinginanku maka kau pun akan berakhir seperti gadis-gadis ini." Dia berjalan mendekatinya sambil duduk di samping Gladis, lalu meminta Gladis mengajukan pertanyaan padanya. Jika Gladis bisa mengajukan pertanyaan yang bagus maka pria itu akan membebaskannya hidup-hidup, jika tidak maka dia akan tewas.
Hal itu membuat Gladis menelan salivanya, keringat dingin mengucur deras di keningnya. Dengan sangat lama Gladis berpikir keras agar bisa terbebas dati pria yang tak waras itu, sudah bisa dipastikan bahwa pria di depannya ini tengah mengalami gangguan jiwa.
"Sebelum aku mengajukan pertanyaan, bolehkah aku tahu alasan anda melakukan ini?" tanya Gladis menatapnya dalam.
Pria itu langsung bangun dari duduknya dan menatap Gladis dengan penuh makna, tak bisa diartikan. Entah marah atau senang. Gadis itu tidak bisa menebaknya karena pria itu meman sulit ditebak.
"Bagus!! Kau memang gadis yang pintar, alasanku melakukan ini adalah karena semua gadis- gadis ini terlalu percaya diri dengan kecantikanya sehingga ia lupa bahwa pria yang ditolak bisa saja melakukan hal yang diluar nalar untuk menakhlukkannya," tuturnya denga raut wajah yang marah.
"Apakah tidak bisa diselesaika dengan baik-baik?" tanya Gladis dengan suara lembut agar pria itu tak berpikir bila Gladis saat ini sedang menginterogasinya.
Dia beranjak dari duduknya seraya menatap Gladis. Pria itu menunjuk ke sebuah foto seorang artis terkenal tak lain adalah Claritta. "Lihat gadis ini! Dengan arogan sekali dia menolakku waktu sebelum terkenal padahal aku yang membantunya masuk ke dalam agensi pemotretan, gadis tak tahu diri berpacaran dengan artis lain dan meninggalkanku," ketusnya sembari mengepalkan jemarinya kesal.
Dia juga mengatakan alasan dia melakukan hal tersebut karena Claritta terus saja menolak, mengejek, dan menghujatnya karena dirinya yang miskin. Apakah pria miskin tidak pantas memiliki kekasih dan bahagia, pria itu berusaha menjadi apa yang gadis itu mau hingga akhirnya dia memergoki bahwa Claritta berbuat hal yang hubungam suami istri sama artis tersebut di saat pria bertopeng itu sudah menjadi pembisnis.
Namun, semua sirna ketika dia menyaksikan bahwa gadis yang dicintainya melakukan hal yang tak semestinya. Dunia seolah terbelah, bak disambar petir dia benar-benar terluka karena itu.
"Aku tidak menyangka bila pria ini bisa mencintai Claritta dengan tulus? Sebenarnya siapa dia?" gumam Gladis sangat penasaran.
Gladis mencoba mencari kesempatan untuk membujuk pria tadi agar bisa membebaskam Reno dan Boy. Namun, Gladis tak bisa sampai salah langkah apalagi melihat pria itu terluka begitu dalam bak terhunus oleh sebelah pisau tajam membuatnya harus benar-benar jangan sampai salah kaprah.
"Maafkan aku! Bolehkah aku bertanya lagi, kenapa kau menangkap dua temanku apa kesalahan mereka?" Gladis meliriknya.
Pria itu berjalan mendekati Gladis dan tersenyum padanya. "Mereka ingin sekali menangkapku! Namun, tidak mudah menangkapku maka otak mereka tak pintar sepertimu? Mana mungkin bisa menjawab pertanyaanku! Sesuai janjiku maka aku akan membebaskanmu," jawabnya sambil membuka ikatan tali yang mengikat tubuh Gladis.
"Tidak bisakah kau membebaskan mereka?" ucap Gladis menatapnya penuh harap.
"Tidak! Hanya kau yang aku bebaskan," ketusnya tak senang.
Pria itu pun mengantarkannya pergi sampai ke pintu depan dan akhirnya dia melambaikan tangannya lalu dengan sigap menutup pintu besi itu. "Sial! Aku tidak bisa menyelamatkan Reno dan Boy! Menghadapi pria itu tidak mudah," ujarnya mengepalkan kedua jemarinya
Gladis berjalan mendekati lotong villa tersebut dan mencari keberadaan atasannya, "Pak Daniel ke mana sih?" gumamnya terus mengedarkan sepasang bola matanya mencari ke segala arah. Entah beberapa kali Gladis mencarinya hingga melewati lorong itu hingga tiga kali putaran, tetapi tak menemukan Daniel.
"Kau dari mana saja? Aku sejak tadi mencarimu," tanya seseorang dengan suara khas baritonnya.
Mata Gladis membulat sempurna dan menatap pria yang dicarinya sejak tadi. "Pak Daniel, aku sejak tadi aku mencati Bapak!" serunya menatap Daniel.
Gadis cantik itu mengajak Daniel ke depan pintu besi tadi dan memberitahu apa yang baru saja terjadi padanya. "Pria itu adalah pembunuh berantai, kita harus berhati-hati karena dia begitu cerdik," ucap Gladis memberitahu.
"Lalu bagaimana bisa kau bebas sedangkan Reno dan Boy masih di dalam?" tanya Daniel sangat penasaran.
Sontak saja Gladis mengatakan bahwa ia bebas karena bisa mengajukan pertanyaan menarik yang membuat pria senang hingga bisa bebas. "Dasar aneh!" ketus Daniel mengerutkan dahinya.
"Memang pria itu aneh, banyak hal yang terjadi padanya dan aku yakin bahwa salah satu nomor ponselnya ada di dalam kontak Claritta karena pria itu dekat dengan artis tersebut," tutur Gladis panjang lebar.
Daniel meminta bantuan dari pihak kepolisian yang bergerak dibidang khusus untuk menghancurkan pintu bwsi tersebut. Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan dua anak buah kepercayaannya.
Tak butuh waktu lama, Daniel dan Gladis bisa masuk ke dalam ruangan ia disekap tadi. Tetapi sayang ruangan tersebut kosong dan tidak ada siapa pun, sungguh hal itu membuatnya sangat curiga. Mengingat pria bertopeng itu membuka pintu kecil di ujung kursi kerajaannya maka Gladis mengikuti cara pria tadi menyentuhnya.
Gadis itu tidak begitu telaten, tetapi dia mencoba mengingatnya lagi. Otaknya yang cemerlang langsung menekan tombol kecil di sudut kursi dan terbukalah pintu tersebut dan di sana nampak jelas bahwa ada Reno dan Boy berada di ruang kaca dengan ruangan berisi air yang kian lama membuat mereka tenggelam dengan posisi diikat kedua kaki dan tangannya.
Bukan hanya itu saja bahkan terdengar dengan jelas bahwa pria itu meminta untuk menjawab pertanyaanya, jika jawabannya benar maka dengan mudah dua pria otu dibebaskan.
"Kenapa burung bisa terbang ke tempat lain padahal begitu jelas ada burung lain yang menunggunya."
Sontak saja pertanyaan itu membuat semua orang kaget dan panik untuk menjawab pertanyaan tersebut.