Semakin menghampiri mobil tersebut, Reno dan Gladis semakin penasaran dengan empunya mobil. Apakah mobil itu musuh ataukah teman mereka. Tidak ingin menunggu lama lagi maka Reno langsung mengerem mobilnya tepat di depan mobil tersebut dengan jarak beberapa senti meter saja.
Pria tampan itu langsung saja berjalan keluar dari mobil dan langsung menghampiri mobil tersebut. Mendengar suara khas seseorang yang sangat dikenalnya maka Reno langsung saja mengetuk pintu mobil tersebut.
"Boy, apa yang kau lakukan di dalam?" tanyanya dengan sebal.
"Aku sedang mengganti pakaian seragamku karena tadi aku sedang bertugas," ujarnya tersenyum lalu langsung memimpin jalan karena Boy tahu bahwa si pelalu itu pasti akan lewat jalan pintas.
Sama seperti halnya, Reno. Ternyata Boy juga begiru pintar mengemudikan mobil hingga mereka sampai di lokasi tujuan. Benar-benar aneh, tak ada jejak siapa pun di jalam itu membuat Reno dan Gladis saling beradu pandang. Mereka saling berpendapat, "Lalu di mana pak Daniel? Kenapa dia tidak ada di sini?"
Merasa aneh dengan apa yang terjadi, Gladis meminta Reno menghentikan mobilnya karena Gladis mencium aroma meencurigakan dari jalan tersebut. Siapa tahu saja mereka bisa menemukan bukti bahwa Daniel pergi ke mana dan bagaimana bisa menghilang bak ditelan mobil.
Menapaki jalanan yang sepi, gadis itu memeriksa jalan dan hanya ada satu bekas ban mobil dan itu terlihat jelas karena takut terjadi sesuatu pada lak Daniel jadi Gladis menyuruh Boy untuk menelepon pak Daniel dan menanyakan keberadaannua di mana.
Namun, Boy terlihat resah dan itu sudah bisa ditebak sekali oleh Gladis bahwa sang atasan tidak menjawab panggilan telepkn mereka. "Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan pak Daniel??" gumamnya sangat penasaran sekali.
"Kenapa pak Daniel tidak menjawab telepon ya?" timpal Boy terus saja mencoba menghubungi pak Daniel namun pria itu juga tidak mereapon pangilan tersebut.
Kemudian, Reno mengambil jalan tengah dan langsung mengajak mereka melanjutkan perjalanan karena sudah terlihat jelas bahwa hanya ada satu bekas ban mobil. Tifak ingin sampai melepaskan kesempatan tersebut, mereka menemukan sebuah mobil putih yang terparkir di sebuah rumah yang sudah lama tidak dihuni jadi membuat Reno melangkah keluar dan mengajak Gladis saja untuk memeriksa keadaan di rumah teraebut.
"Hati-hati!" seru Boy menatap dua orang itu.
Memandangi punggung dua orang itu yang kian lama kian menghilang maka Boy Hanya bisa menarik nafas panjang dan berdoa agar si pelaku bisa tertangkap seraua menegur kan Kerjanya dan menelepon Daniel hingga akhirnya pria itu pun mengangkat panggilan telepon.
"Bapak di mana saat ini?tanya apa dengan ada suara yang datang.
Reno sedang ada di jalan mengejar si pelaku.
["Apakah kalian sudah menemukannya?"]
"Sudah, Pak! Aku sudah menemukannya karena Bapak tinggal maju saja dari jalan yang telah aku kirimkan tadi karena aku ada di depan rumah tersebut saat ini untuk menunggu Gladis dan juga Reno,"- tuturnya panjang lebar.
["Baiklah, kau tunggu saja karena sebentar lagi karena aku akan sampai."]
"Baik, Pak," jawab pria itu langsung akhir panggilan teleponnya.
Boy terus memandang jam tangannya, dua orang tadi sudah hampir 10 menit dan tidak keluar dari rumah itu membuat Boy mulai sedikit gelisah karena tidak ada kabar dari dua orang itu, "Haruskah aku melihat mereka atau harus berdiam di sini gumam Boy bermonolog sendiri.
Setengah jam kita berlalu akhirnya pak Daniel pun tiba di sana ada langsung bertanya kepadanya. "Kenapa dia belum masuk? Apakah terjadi sesuatu hal kepada Gladis dan juga Reno?"
Boy langsung menanggapinya dan mengatakan bahwa Reno yang telah memintanya untuk tetap di sini ketika saja suatu hal yang terjadi pada mereka sehingga dengan patuhnya ia menuruti apa yang dikatakan Reno padanya.
Daniel langsung meminta Boy untuk ikut dengannya karena inging memeriksa apakah Reno dan Gladis baik-baik saja atau tidak. Setelah melangkah masuk, langkah terkejutnya mereka ketika mendapati Reno dan Gladis yang sudah diikat di sisi tiang-tiang ruangan tersebut membuat pria tampan itu terus-menerus menghela nafasnya dengan kasar.
"Apa yang terjadi?" tanya Daniel melihat ke arah Gladis, tetapi melihat raut wajah perempuan itu yang terus saja menggelengkan kepalanya membuat Daniel dan Boy menghentikan langkahnya secara tiba-tiba.
"Mungkin nggak ada suatu hal yang Gladis katakan," gumamnya dalam hati, seolah ingin memecahkan Pa yang sedang terjadi.
Bukan hanya itu saja kini mereka pun ikut terjebak hingga kaki mereka terikat dengan tubuh menggantung terbalik ke bawah. Kali ini mereka terperangkap membuat seorang pria yang telah menggunakan baju serba hitam itu langsung saja menatap mereka dengan sorot mata tajam.
Daniel yangs sejak tadi berusaha keras melepaskan tali ikatan di kakinya dengan menggunakan pisau di dakam saki celannya itu tanpa diketahui sanh pelaku karena mengingat bahwa pria misterius itu terus saja memperhatikan Reno yang sejak tadi ingin dimasukkannya ke dalam ruanhan kaca.
Gerak-gerik Daniel tidak terbaca oleh si pelaku hingga dengan gesit pria itu langsung saja melepaskan ikatan kaki yang mengait di kaki Boy dengan pisau tajamnya. Seteah memastikan Boy baik-baik saja akhirnya mereka berdua lekas menolong Gladis.
Sedagkan Reno yang kini telah ada di dalam ruangan kaca tersebut langsung saja membuat Daniel mulai naik darah dan hendak memukul pria berjaket hitam itu. Namun sayangnya, di empunya tubuh itu malah menghindarinya.
Entah bagaimana bisa, dia seah tahu bahwa Daniel akan menyerangnya dan membuatnya hampir dipukuli kini merka berdua berkelahi dengan saling beradu kekuatan. Tidak disangka ternyata si pelaku memang pintar sekali berkelahi sehingga Daniel dan dia memiliki kekuatan yang sama.
Boy dan Gladis pun ikut membantu Daniel dan mereka berdua langsung saja menendang pria tinggi itu dengan dua tendangan bersamaan sehingga membuat tubuh pelaku tersungkur ke lantai.
"Rupanya kalian ingim bermain keroyokkan ya? Baiklah," gumamnya langsung bangun dari jatuhnya tadi dan mendekan sebuah tombol yang sejaktadi terus saja di pegangnya.
Tiba-tiba saja ruangan yang kosong melompong tadi memiliki banyak sekat kaca yang menjukang secara tiba-tiba hingga mereka bertiga berpisah membuat sang pelaku tertawa geli lalu satu-persatu kaca tersebut menutupi tubuh mereka hingga mereka berada di dalam sebuah ruangan kaca yang begitu sempit.
"Rasakan kalian!" teriaknya histeris.
Daniel berusaha mendobrka kava tersebut sayangnya kaca tersebut lebih kuat dari tenaganya sehingga pria itu tidal bisa menembus kaca dan dengan sangat terpaksa harus menunggu sampai bala bantuna datang.
Gladis merasa ada sebuah cara agar bisa terbebas dari ruangan kaca tersebut karena pelaku itu memiliki otak yang pintar, sudah pasti tidak akan mudah ditemukan. Mengingat apa yang terjadi di villa membuat Gladis teringat sesuatu.