Dia menelisik tajam ke setiap sisi kaca, menoleh ke kanan dan ke kiri membuat Gladis sedikit bingung dan mulai meneliti setiap ruas-ruas kaca bila saja menemukan sebuah tombol yang bisa dijadikan untuk menekan kaca-kaca tersebut karena Gadis itu yakin sekali bahwa pria itu sudah pasti membuat suatu hal yang sangat misterius dan tersembunyi mengingat apa yang pernah dilakukan di Villa waktu itu.
Aku yakin pasti ada tombol untuk bisa keluar dari ruangan ini ucap Gladys meneliti setiap sudut namun sayangnya ia tidak juga menemukan tombol tersebut hingga dengan sangat terpaksa Gadis itu pun langsung terduduk lebah di atas lantai dingin itu sambil memeluk kedua lutut tetapi ia bukanlah seorang perempuan gadis yang mudah patah semangat dan di posisi seperti itu ia terus saja berpikir keras agar bisa menemukan jalan keluar dari ruang kaca sempit ini sedangkan dana full yang tidak jauh beda dengan apa yang ada di dalam pikirannya pun mulai mencari sesuatu yang tersimpan di dalam saku celananya Daniel menyimpan sebuah ponsel dan menelepon anak buahnya yang lain untuk segera datang karena tempat mereka disekap.
Daniel benar-benar tidak menyangka jika seseorang yang telah menangkap mereka ini adalah pria yang begitu pintar sehingga sangat sulit untuk menangkapnya banyak sekali pertanyaan yang Mengusik di kepala dan bagaimana cara menangkap pria itu.
Sial Kenapa sulit sekali menangkap pria itu Ketus dana terus mengepalkan jemari.
Bertahan hampir satu jam lamanya di ruangan kaca itu memuat Daniel begitu besar karena tidak menemukan titik terang agar bisa keluar dari ruang kaca tersebut memeriksa setiap orang yang ada di ruang kerjanya disebut selalu memberi sebuah pertanyaan andai saja ada salah satu dari kalian bisa menjawab pertanyaanku maka aku akan membebaskan kalian semua."
"Pertanyaan apa itu?" tanya Gladis karena ia pikir dengan cara itulah mereka bisa bebas namun mereka harus bisa menjawab pertanyaan pria itu.
Tidak ingin mengecewakan sesama rekan kerjanya yang merasa sesak di dalam ruangan kaca yang tidak ada ventilasi sedikit pun membuat Gladis harus bisa melakukan itu demi menolong temannya dan gadis itu juga tidak mau sampai mereka semua berakhir tewas di rungan kaca itu.
Gladis mencoba bangun dari duduknya sambil menatap pria itu. "Aku akan mendengarkan pertanyaanmu dan semoga saja aku bisa mendapatkan jawabannya," ucap Gladis menatapnya dengan tatapan yang begitu dalam.
"Baiklah, jika kau ingin!" serunya merasa tertantang.
Kini pria dengan topeng di wajahnya itu langsung membuat sebuah teka-teki. "Melewati jalan penuh dengan luka."
Ucapan pria itu sontak membuat Gladis mengernyitkan dahinya karena sedang berpikir keras untuk memecahkan teka-teki tersebut. "Bukankah itu hidup!" Namun, gadis itu tidak ingin sampai salah dalam menjawab pertanyaan tersebut sehingga membuat rekan kerjanya dalam bahaya.
"Seandainya jawaban kami salah! Apakah akan ada sanksi atau hukuman?" tanya Gladis ingin memastikan.
Pria itu langsung saja beranjak dari duduknya dan menatap tajam ke arah Gladis. Mengedarkan sepasang bola matanya ke wajah cantik perempuan di depannya itu hingga membuatnya terdiam sejenak lalu memikirkan sesuatu.
"Baiklah, aku akan memberikan kesempatan 3 kali agar kalian bisa menjawab pertanyaanku itu dengan telat dan tidak ada batas waktu," balasnya tersnyum tipis.
Gladis terus saja menggerutu sebal karena mendengar pria itu memiliki kelonggaran waktu namun gadis itu tahu bahwa saat ini memang si pelaku sengaja melakukan itu karena hal tersebut tergantung apa jawaban mereka. Bila ingin ceoat bebas maka mereka harua berpikir keras, jika tidak maka dalam waktu sehari saja kemungkinan mereka bisa kehabisan oksigen karena ruangan kaca tersebut tanpa ventilasi sama sekali.
Daniel juga tahu apa yang direncanakan si pelaku, tanpa disadari dia sengaja melakukan hal tersebut karena ingin membuat mereka gelisah dan sedikit ketakutan. Namun sayangnya, hal itu tidak akan termakan oleh Daniel karena dia tahu bahwa ada sesuatu yang tersimpan di dalam pertanyaannya itu.
Ingin mengulur waktu karena saat ini anak buahnya dan staf yang lain sedang dalam perjalanan menuju ke sana jadi Daniel harus berhati-hati dalam bertindak, jangan sampai si pelaku mengetahui apa yang sedang dia rencanakan. Menarik nafasnya dalam-dalam, Daniel langsung melirik Daniel dan meminta Reno y ang sedang berdiri di sebelahnya untuk memberitahu Gladis agar menjawab pertanyaan itu guna mengulur waktu.
"Tetapi apa yang akan Gladis jawab, Pak?" tanya Reno bingung.
Menurut Reno pertanyaan yang diajukan oleh si pelaku tadi sungguh tidak berbobot sama sekali dan sangat sulit untuk dipecahkan dan dia mulai sedikit ragu, apakah gadis itu bisa menjawabnya atau tidak.
"Kau tidak perlu khawatir karena aku yakin sekai Gladis mungkin bisa saja menjawab itu," sambung Daniel begitu yakin.
Jarak mereka yang sedikit dekat meski ada penghalang sekat kaca tersebut tak membuat Reno kesusahan untuk menyampaikan apa yang dikatakan sang atasan tadi padanya.
Namun, Gladis langsung menoleh dan menjawab, "Bagaimana bila aku t ahu jawabannya?"
"Jangan asal menjawab, Dis! Kalau sampai salah menjawab 3 kali, bagaimana nasib kami selanjutnya? Apakah kau tahu bahwa saat ini aku sudah sangat sesak karena tidak bisa bernafas lega?" tandasnya dengan raut wajah sedikit berang.
Sejujurnya, Reno sedikit meragukan jawaban Gladis karena dia merasa gadis yang tengah menjadi lawan bicaranya ini bukanlah gadis yang pintar. Tetapi tiba-tiba saja dia mengingat kejadian di Villa dan mulai menatap wajah Gladis dengan sangat dalam.
"Kenapa kau terus menatapku?" tanya Gladis tak senang karena cara Reno menatapnya itu sangat mengejek sekali dan seolah sedang membenci Gladis.
"Kau yakin dengana jawabnmu itu? Jika kau yakin, aku ingin tahu, apa jawabanmu itu?"
Reno sangat ingin tahu sekali, apa jawaban Gladis padahal pria tamppan itu sudah lama sekali berpikir tetapi tidak menemukan jawabannya. "Mana mungkin Gladis bisa menemukannya?" gumamnya dalam hati.
Pria itu masih saja terus berpikir dan mulai tidak sabar menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulut gadis di depannya itu, "Jika kau masih ragu, sebaiknya kau simpan saja jawabanmu itu dan aku yang akan maju," sindirnya terus menatap wajah Gladis dengan tatapan tak bersahabat.
Awalnya, Reno tidak pernah berniat ingin membenci Gladis namun ada sebuah alasan yang membuat pria tinggi itu untuk membencinya dan tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari.
"Hidup!1"
Cuma kata itulah yang keluar dari mulut Gladis hingga membuat Reno, Daniel, dan juga Boy langsung menatap gadis itu sangat histeris karena merasa jawaban Gladis itu sangat aneh.
Ditambah lagi melihat tanggapan si pelaku yang tersenyum geli sambil bertepuk tangan membuat Daniel dan yang lainnya nampak bingung.