Gladis sontak mengatakan bahwa mereka mengubah rencana karena salah satu anak buah mereka melihat si pria bertopeng lewat di jalan raya daekat hotel di mana Claritta dibunuh sehingga mereka menginginkan Daniel untuk datang sekarang ke lokasi itu.
"Baiklah, aku akan pergi sekarang," ucapnya langsung menatap Gladis dan langsung mengambil jaket kesayangannya.
Sebelum melangkah pergi, Daniel menghentikan langkahnya tatkala melihat Gladis yang ikut berjalan di sampingnya, "Kau mau ke mana?" tanya Danel langsung menoleh ke arah gadis cantik itu.
"Aku mau ikut Bapak," jawabnya polos.
Daniel melarangnya untuk ikut, tetapi gadis itu sellalu saja memaksa sehingga membuat Daniel tak bisa menolak keinginan gadis itu untuk ikut dengannya. Mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga mereka bisa sampai dengan waktu yang sangat cepat, hnaya 20 menit saja pdahal jarak tempuh harusnya mereka bisa sampai hampir satu jam namun mengingat apa yang dikatakan Reno dan Boy tadi maka Daniel harus segera cepat sampai di sana.
"Ayo, Dis," ajak Daniel searaya meliriknya.
Mereka berjalan bersama masuk ke dalam hotel dan terlihatdua pria itu sedang menunggu kedatangannya, Daniel berjalan tegap ke arah sana dan bertanya, "Apakah pria itu masih ada di sini?"
"Iya, Pak. Dia masih ada di dalam kamar yang bersebelahan dekat dengan kamar Claritta," jawab Reno melirik Daniel.
"Apa? Kenapa dia ada di sana?" gumam Daniel mengerutkan dahinya.
Boy langsung mengatakan bahwa pria itu pernah menginap di hotel ini bahkan dia menjdai pengunjung tetap di sini dan parahnya lagi di saat kejadian pria itu ada di sana.
"Bagaimana bisa kita melewatkan itu?" tanya Daniel mulai geram.
"Sebaiknya kita tak perlu berdebat dan tetap mengawasi pergerakannya jangan sampai dia kabur dan lolos dari incaran kita," ucap Gladis menengahi ketiga pria itu.
Danile langsung mengangguk dan tetap berdiri di ruang perekam CCTV untuk tetap memantau pria itu, sedangkan Gladis dan Boy pergi ke bagian recepsionis untuk meminta informasi dari pemilik kamar tersebut.
Setiba di sana Boy langsung meminta gadis berseragam itu untuk memberikan berkas data pengunjung di kamar tersebut dan setelah mencari gadis itu langsung memberikan selembar kertas tersebut kepada Boy.
Mata dua orang itu langsung membulat sempurna ketika membaca selembar kertas itu krena dia menggunakan data informasi kartu indentitas perempuan yang bernama Rahma. "Jadi selama ini dia tidak pernah menggunakan identitasnya! lantas siapa perempuan yang bernama Rahma ini?" tanya Boy sontak menatap Gladis.
Mereka berdua saling beradu pandang satu sama lain dan ketika setelah itu mereka langsung berlari secepat kilat menuju ke ruangan di mana Daniel berada sedangkan Gladis langsung menelepon bagian intelijen negara untuk melacak di mana gadis yang bernama Rahma itu berada.
"Gawat, Pak! Kemungkinan pria bertopeng itu ke sini untuk melakukan pembunuhan lagi," sambung Boy dengan nafasnya yang tersenggal.
"Apa? Bagaimana bisa kau tahu itu?" tanya Daniel langsung terbelalak kaget.
Tiba-tiba saja Gladis masuk dan langsung mengatakan bahwa gadis bernama Rahma itu sedang berada di hotel inileb dulu. Gadis itu juga sangat khawatir karena selama ini pria bertopeng itu selalu saja memesan kamar hotel dengan nama korban dan mayatnya di bawah ke tempat kejadian perkara.
"Telepon anggota yang lain sekarang juga!" titah Daniel langsung memberi perintah.
"Baik, Pak," jawab reno langsung mengangguk.
Pria tampan itu langsung meminta pemilik hotel mencari kunci serep untuk membuka kamar tersebut, mereka takut bila saja sesuatu terjadi pada Rahma. Sesampai di depan kamar nomor 30 tersebut, Daniel masih berusaha untuk bertindak santai sambil mengetuk pintu dengan pelan Daniel mengatakan bahwa ada pesenan yang datang.
Bila saja dia langsung bertindak gegabah maka hal itu akan diketahui oleh pelaku secara cepat jadi deangan cara itulah Daniel mencari cara. Sayangnya, sudah hampir ketiga kalinya mengetuk pintu seseorang di dalam ruangan tersebut tidak knjung menjawwab panggilannya sehingga dengan rasa gusarnya yang sudah sampai di ubun-ubun langsung saja meminta sang manajer hotel untuk membuka kamar tersebut.
Ketika terdengar derit pintu kamar berbunyi, Daniel langsung melangkah masuk dan menngerutkan dahinya seacara spontan ketika tidak mendapati siapa pun di dalam kamar tersebut, bahkan anehnya lagi balkon di depan intu kamar hotel tersebut terbuka lebar.
Sontak saja Daniel langsung menuju ke sana dan memeriksa apakah ada orang yang turun dari balkon tersebut. Setelah mengedarkan sepasang bola matanya dengan seksama, Daniel tidak mendapati seseorang di bawah namun ketika hendak mengalihkan pandangannya karena mendengar teriak seseorang dari kamra mandi.
Tiba-tiba saja Daniel langsung mundur dan mendapati seorang pria yang berjalan begitu lincah bak si tupai yang memanjat dari pohon satu ke pohon lain dengan sangat cepat.
"Kejar pria itu sekarang!" teriak Daniel ketika melihat ada dua anak buahnya yang memang ditugaskan untuk mengepung pintu keluar.
Tidak bisa mengandalkan anak buahnya saja, Daniel langsung berlari dengan cepat karena bntuan yang lain masih dalam perjalanan jadi dia yang harus maju dan juga diikuti oleh Reno dan juga Boy.
Sedangkan Gladis yang tengah diam terpaku di depan pintu kamar mandi bersama dua anggota polisi yang lain langsung membawa korban yang tengah tenggelam di dalam bathuop dengan kondisi mengenaskan, tubuhnya polos tanpa ada mengenakan sehelai benang pun ditabha lagi matanya yang melotot dan bibirnya yang masih mengeluarkan daragh segar.
"Apakah gadis itu masih bisa diselamatkan?" tanya Gladis kepada rekan kerjanya,
Melihat perempuan berseragam itu menggeleng, lalu menjawab, "Tidak, dia tidak bisa diselamatkan! Sayangnya dia baru saja meninggal setengah jam yang lalu, itu sih prediksiku, Dis."
"Berarti kita terlambat menyelamatkan korban? Apakah ada bukti lain yang bisa kita temukan?" tanyanya dengan raut wajah iba.
Perempuan itu menggendikkan bahunya dan terus saja menutupi tubuh korban dengan selimut hotel dan mulai memeriksa setiap ruangan di dalam kamar mandi.
Gladis memeriksa setiap laci yang ada di kamar hotel tersebut jika saja sang korban menyimpan sesuatu hal namun gadis cantik itu tidak menemukan apa pun hingga sampai mencari di bawah ranjang hotel pun semuanya nihil,
Memeriksa ponsel korban yang tergeletak di atas ranjang, Gladis langsung memeriksanya dan mendapati benda tersebut sudah ada bercak darah "Bukankha ini sangat aneh? Munginkah mereka sempat bertengkar?" gumam Gladis menebak.
Setelah diperiksa dan dibersihkan terlebih dahulu barulah Gladis memeriksa isi di dalam ponsel tersebut dan tidak ada satu hal pun yang mencurigakan dari setiap pesan, whatshapp dan jejaring sosial si korban dan mengapa tidak ada nomor ponsel pria yang mengajaknya ke hotel.
Gadis itu mencoba mengulangi memeriksa ponsel tersebut lagi dan memang benar, tidak ada pesan dari kemarin yang tersimpan, bahkan kotak keluar pun kosong. "Jangan bilang sebelum membunuhnya pria itu telah menghapus semua pesan tentangnya," gumam Gladis langsung menelan salivanya dengan kasar.