Boy langsung mendekati Daniel lalu disusul oleh Gladis, gadis itu langsung duduk berjongkok, ia merasa bersalah karenanya Daniel terluka. Ia mengambil sapu tangan di dalam saku celananya lalu mengikatnya di lengan kiri Daniel. Mereka langsung membawa Daniel menuju rumah sakit.
"Maafkan aku, Pak! Semua terjadi karena Bapak telah menolongku," ucap Gladis merasa bersalah.
"Tidak, aku memang harus menyelamatkanmu! Mana mungkin, aku membiarkanmu terluka," jawab Daniel tersenyum kecil.
Mereka menyuruh Dokter untuk menangani Daniel segera mungkin melihat banyak darah yang terus mengalir di tangannya. Ketiga orang itu begitu khawatir dengan keadaan sang atasan, takut bila Daniel kenapa-kenapa. Begitu juga dengan Gladis matanya terus saja berlinang senbari berdiri di depan pintu ruangan, bagaimana tidak, beliau lah yang telah menyelamatkan Gladis, jika saja pria itu tidak menyelamatkannya maka Daniel tidak akan terluka.
"Semoga pak Daniel tidak apa-apa," tandas Gladis seraya menghela nafas beratnya.
Cukup lama akhirnya pria berjas putih pun keluar dari ruangan Daniel dan mengatakan bahwa pria itu baik-baik saja. Semua orang sedikit lega mendengar itu, tetapi tudka dengan Gladis karena ia masih merasa bersalah, kaki dan tangannya begitu gemetar ketika memasuki ruangan Daniel dirawat dan ia langsung mohon maaf.
"Tak pelru khawatir! Aku ini pria yang kuat, luka kecil ini sudah jadi makananku sehari-hari," balasnya terkekeh karena tidak ingin gadis di depannya merasa bersalah.
***
Suasana kota yang begitu mendung karena musim hujan akan segera tiba, Daniel dan Gladis terus menyelidiki kasus yang lama tertunda. Namun, satu kejadian tragis menimpa seorang gadis pekerja supermarket. Sudah dua hair inj gadis itu tidak pulang ke rumahnya. Orang tuanya melaporkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian dan sampai hari ketiga ini belum ada kabar keberadaannya.
"Apakah ini kasus baru lagi, Pak?" tanya Gladis sangat penasaran.
"Mungkin, tak perlu terkecoh masalah lain. Kita harus menemukan siapa pembuat peti tersebut yang mengatasnamakan RJ Group," balas Daniel tetap berjalan menyelusuri daerah terpencil di sudut kota.
Gadis itu langsung menunduk dan mengikuti langkah pria di depannya. Memeriksa perumahan kumuh yang tidak ada orang yang menempatinya membuat Daniel menggertakkan giginya. Rumah yang kesepuluh ini adalah rumah terakhir yang mereka periksa, tetapi masih belum bisa membuahkan hasil.
Daniel terduduk lemah di bawah pohon seraya beristirahat karena mereka sudah cukup jauh berjalan kaki untuk sampai ke tempat tersebut. Langkahnya terhenti tatkala mencium bau yang begitu menyengat dari bilik gudang kecil di ujung jalan.
"Gladis, apakah kau mencium bau busuk?" tanya Daniel menoleh ke arahnya sambil terus menutup hidungnya menahan aroma bau tersebut.
"Iya, Pak! Sepertinya aroma itu berasal dari situ," tunjuk Gladis langaung mendekati asal bau tak sedap itu.
Gadis itu mencoba mengintip dari pintu gudang yang sedikit rusak dan memang terbuka separuh, langkahnya terhenti tatkala melihat seorang gadis yang menggantung dirinya di dalam gudang tersebut dengan mata melotot dan lidahnya keluar sontak saja Gladis langsung menjerit histeris.
Buru-buru Daniel langsung berlari mendekatinya dan ternyalang kaget melihat itu, pria itu langsung menelpon rekan sesama polisi dan mengatakan telah menemukan sebuah mayat di gudang tersebut. Daniel langsung mendekati mayat tersebut sambil terus memotretnya, mendapati banyak luka lebam di sekejur tubuhnya yang sudah membiru membuat Daniel nampak penasaran sekali.
Anehnya lagi pakaian gadis itu sudah tidak karuan lagi dan ketika semua anggota kepolisian bahkan bagian penyelidikan menurunya jasad tersebut. Terlihat jelas bahwa ada darah yang masih menetes dari bawah dress yang digunakan mayat tersebut. Daniel langsung saja menyuruh Gladis untuk memeriksa hal tersebut.
Alangkah terkejutnya Gladis ketika membuka dress tersebut dan ada luka tusuk di bagian intim mayat. Matanya melotot seketika, Gladis terus saja menelan salivanya.
"Sepertinya gadis ini diperkosa lalu dibunuh," ucapnya memberi komentar.
"Benar dugaanku! Lalu kenapa dia bunuh diri," balas Daniel masih sangat penasaran karena memeriksa tempat tersebut tak ada kursi yang bisa membuat gadis itu ke ujung atas untuk memasqng tali tersebut.
"Iya, Pak! Jikalau setemah diperkosa gadis ini bunuh diri, bukankah pasti ada kursi di sana, jangan-jangan..." Gladis langsung menghentikan kata-katanya ketika Reno dan Boy datang ke sana.
"Maaf, Pak! Kami terlambat, ini adalah mayat gadis yang bekerja di supermarket itu." ujar Reno sambil menunjukan identitas mayat tersebut.
"Oh jadi nama gadis ini adalah Maya, sejak kapan dia hilang?" tanya Gladis dan Daniel bersamaan.
"Maya sudah menghilang hampir 3 hari lalu, orang tuanya juga sudah melapor dan belum ada kabar," balas Boy ikut nimbrung.
Seorang pria dingin dengan perut buncitnya langsung mendekati mereka, "Saya ingin kalian bergerak lagi karena bukan hanya mayat Maya saja ditemukan. Hari ini ada tiga mayat gadis yang ditemukan pihak kepolisiaan dengan motif yang sama," ucap pria itu yang tak lain adalah atasan mereka.
"Apa maksud, Bapak?" tanya Daniel bersuara.
Dia mengatakan bahwa tiga hari ini ada tiga orang tua yang kehilangan anak gadis mereka, semua anggota kepolisian dikerahkan untuk mencari tiga gadis tersebut, tetapi tidak ada yang bisa menemukannya dan hal itu membuat para orangtua terus protes ketika tiga mayat ini ditemukan secara bersamaan. Kami sudah bisa menghandle mereka, tetapi ada satu orang tua yang merasa tidak terima karena anaknya telah tiada begitu mengenaskan apa lagi gadia itu adalah anak semata wayang mereka.
"Apakah kalian tahu selebriti terkenal yang bernama Clarita? Dia tewas juga hari ini dan ditemukan tewas di apartemennya," tanya pria bernama Dodi itu.
"Oh Clarita si artis papan atas itu?" ucap Reno menebak karena dia begitu paham dengan artis-artis terkenal.
"Iya, betul. Dia tewas bunub diri padahal aebelumnya polisi sudah memeriksa apartemennya, tetapi kosong dan anehnya lagi gadis itu melakukan bunuh diri sama seperti mayat ini," tutur Dodi terus memijat keningnya karena Claritta adalah putri dari menteri perhutanan di kota itu.
"Saya minta kalian mulai bergerak sekarang dan cari tahu siapa pelaku pembunuhan ini! Bila perlu kita meminta bantuan kepada pihak pelayanan informasi dari kepolisian."
Dodi telah memutuskan untuk memulai lagi pergerakan dari tim The One yang dibawah naungannya karena kasus ini menyangkut nama pihak kepolisian apalagi ancaman dari menteri perhutanan itu membuatnya kalang kabut, jika tidak ditemukan pelakunya dalma waktu dekat maka jabatan Dodi dipertaruhkan.
Mendengar pria itu dirudung kekhawatiran yang begitu jelas dari raut wajahnya membuat Daniel tersenyum mengejek. Dia terus mengalah dari atasannya itu agar tetap menutup kasus yang belum selesai dan timnya dihentikan dan saatnya si Dodi merasakan akibatnya.
"Tunggu dulu, Pak," ucap seseorang ketika mereka hendka keluar dari gudang tersebut.