Chereads / GAME is OVER / Chapter 22 - What if

Chapter 22 - What if

Satu atau Dua bulan setelah kedatangan Maya.

***

Jam santai begitu mereka menyebutnya.

Di kantor Bagas ketika waktu sudah menunjuk pukul 11:50, dan pekerjaan sudah selesai, tinggal menunggu jam istirahat.

Biasanya mereka habiskan dengan mengobrol, atau main ke divisi lain, atau kalau yang sudah bawa bekal makan, bisa langsung menyantap nya, tanpa takut di tegur atasan.

Asal pekerjaan benar-benar sudah selesai, atau tanggung untuk di selesaikan.

"Maya mau aku kenalin dengan cowok ngga? Cakep loh." Ucap Bagas yang ternyata sudah kelayapan ke tempat ruang kerja Maya.

Sebuah ruangan lebar dengan beberapa partisi penyekat, yang terletak di sebelah kanan dekat pintu keluar masuk ke dalam ruang penyimpanan barang.

"Siapa?" Tanya Maya acuh, matanya masih fokus menatap layar Laptop nya. pekerjaannya sebetulnya hanya tinggal mengedit atau merevisi huruf pada sebuah daftar barang untuk di pesan, detail dengan jenis, kuantitas, bentuk dan harganya, untuk dikirim ke kantor pusat di Jakarta

"Teman sebelah kamar aku, dia jomblo akut," jawab Bagas, dia melirihkan nada suara dan sedikit tertawa saat menyebut kata jomblo akut.

"Ah Bagas bisa saja, ngga mau ah Maya ke sini bukan mau nyari cowok, tapi fokus untuk kerja." Ujar Maya

"Ya bukan untuk dijadikan cowok juga kali, cuma kenalan doang," bujuk Bagas

"Cuman kenalan doang, kenapa ngga dia sendiri, kenapa harus lewat kamu?" Tanyanya curiga.

"Nah itu dia masalahnya nih anak kalau sama orang baru apalagi cewek, pembawaannya agak segan."

Maya diam, menatap Bagas lekat-lekat dia tahu cowok di hadapannya itu jahil nya sudah masyhur. Maya menggeleng, dia tak mau menjadi korban ke isengan Bagas.

Maya melanjutkan kerjanya, mengetik untuk mengorek-si sesuatu di Laptop nya.

"Ah Maya ngga asyik, padahal cuma kenalan doang dan kalau mau ada hadiah nya loh?" Tuh kan benar pasti ini bagian dari rencana jahil nya.

Bagas sudah mau beranjak pergi, usahanya gagal pikirnya.

Maya menghentikan aktivitasnya, nalurinya mengatakan kalau sudah menyangkut hadiah pasti ada suatu rencana di dalamnya, sebetulnya bukan hadiah yang menggelitik ke-ingin tahuan-nya, ia hanya ingin tahu alasan kenapa dia yang dilibatkan.

"Kamu ngga kasihan apa sama teman kamu? Sampai hati kamu mau menjahilinya ?" Maya tak langsung menuduh Bagas yang mencoba menjahili dirinya, tapi mengumpamakan sahabatnya yang akan dia jahili, dengan harapan dia akan mengatakan maksud yang sebenarnya. Karena jelas sebagai seorang sahabat dia tak akan mau menjahili teman karibnya sendiri.

Beberapa teman kos nya, apalagi Tika selalu mewanti-wanti agar Maya jangan terlalu berurusan dengan Bagas, kalau tak mau jadi korbannya, kecuali urusan kerja titik,

Bagas diam sejenak senyumnya ter kembang lebar.

KemuTika menarik kursi dari meja sebelah nya yang kosong dan duduk menghadap Maya.

"Bukan mau ngerjain sih, ini lebih ke apa ya ... ? memberi motivasi ke dia untuk cepat cari pasangan." Alasan yang sangat absurd, dan lagi apa urusannya dengan Bagas, hak pilihan hidup orang juga, ngapain dia mau ikut campur.

Tapi kemuTika Bagas menjelaskan panjang lebar soal kebiasaan Kendra yang setiap malam minggu nya seperti apa. Hanya menghabiskan waktunya berkumpul dengan ketiga temannya, atau keseharian sepulang dia bekerja, yang hanya diam di kamar bermain game atau bermain gitar di teras depan kamar, seolah tak ada usaha untuk mencari pasangan, minimal cewek yang bisa ia ajak untuk bermalam minggu, mimik mukanya menunjukkan keseriusan.

"Cewek kan banyak di kosan? Ada Shinta, Tika, Lusi, terus siapa itu yang pakai kacamata ... Maya ya? Kenapa harus aku?" Ujar Maya. Pandangannya penuh selidik.

"Masalahnya, semua yang Maya sebutin itu sudah ngga masuk kriteria. Kalau enggak, tentu salah satu dari mereka sudah jadi cewek nya sekarang." Karang Bagas, seperti ingin meyakinkan.

"Siapa nama temanmu?" Tanya Maya penasaran.

"Kendra" jawab Bagas pendek.

Dahi Maya mengernyit, semua cewek yang dia sebutkan tadi tampilan-nya menarik bahkan cantik-cantik kalau menurut Maya, tentu ada yang salah kalau sampai Kendra tak tertarik ke salah satu dari mereka.

"Ada kelainan mungkin temanmu," canda Maya sambil tertawa lirih, Bagas pun tersenyum

"Nah disini poin nya, dia seperti ada ketertarikan pas Maya pertama datang ke kos-an dulu, berarti dia normal dong?" Dia ingat ketika Kendra keceplosan mengatakan 'cantik' saat melihat Maya pertama kali.

"Yang mana sih orangnya?" Tanya Maya semakin penasaran. Jujur selain Bagas, cowok - cowok penghuni kos nya tak ada yang dia tahu nama - nama pastinya. Dia sudah sering bertemu, bahkan bertegur sapa dengan beberapa dari mereka, tapi nama - nama dari mereka Maya tak begitu hafal.

"Ingat ngga waktu pertama kali datang ke kos-an bareng cik Linda?" Bagas berusaha mengingatkan.

"Iya ... terus" Maya mencoba mengingat.

"Maya kan ngelihat ke atas tuh, nah ada cowok gondrong ngga pakai baju berdiri di sebelah aku, ingat ngga?" Kata Bagas memberi gambaran tentang sosok Kendra .

"Ah cowok itu, hmm." Maya menggumam sendiri, waktu itu kalau ngga salah ingat, dia sempat menganggukkan kepala ke dia. Yah lumayan pikirnya.

"Tapi kamu ngga sedang 'ngisengin' aku kan?" selidik Maya, masih ada rasa curiga dalam hatinya. Dia belum bisa seratus persen mempercayai Bagas.

Bagas angkat dua jari tangan kanannya.

"Swear ngga ada niat aku mau 'ngisengin' kamu, mana berani aku macam-macam sama orang kepercayaan bos, cuma kenalan doang kok." Bagas tersenyum, umpan nya ke Maya hampir - hampir termakan.

"Cuma kenalan doang?" Dahi Maya berkerut.

"Cuma kenalan doang," kata Bagas meniru ucapan Maya.

"Hadiah nya apa?" Maya tersenyum meledek.

Bingo the bait is bitten !

"Kalau mau - hadiah nya pizza large satu box ... yeee." Bagas bertepuk tangan sendiri.

Maya kembali mencibir, hanya pizza? Tapi ya sudahlah toh cuma kenalan doang, karena setelah itu mereka akan saling melupakan, yang pasti pizza sudah di depan mata.

Maya benar - benar tak sadar, tentu ada rencana yang lebih besar di balik 'hanya kenalan dapat pizza', se gampang itu? Tentu tidak. Itu hanya umpan dan Maya sudah menggigit nya.

"Pluus ... , andai bisa bikin dia baper? Bayar kos 2 bulan aku yang tanggung." Ini yang dimaksud ada rencana yang lebih besar dari sekedar kenalan dan pizza.

Dari sini sudah tercium ada ketidak beresan, hadiah nya menarik tapi ada 'something fishy' dari kata 'andai bisa bikin dia baper'. Kenalan saja, ok tak ada masalah dengan itu, selesai kenalan-done ! Dia bisa bersikap seperti biasa. Membuat baper? Ini artinya dia harus berusaha menarik perhatian Kendra, dan berusaha menarik perhatian mengharuskannya harus sering berhubungan dengan Kendra, belum lagi masalah orientasi seksual Kendra, kalau dia cowok normal, tentu tak akan ada masalah, nah! Kalau yang dihadapinya cowok tak normal? Tentu akan sia - sia usahanya? Atau paling tidak butuh waktu yang lama dan usaha yang lumayan sulit, itu juga belum tentu berhasil, orientasi yang berbeda ketika disuguhi sesuatu yang tak di minati, tentu akan sia-sia jatuhnya. Maya sempat bimbang.

Tapi free kos dua bulan? Tiga juta free ! Bisa dipakainya untuk keperluan lain.

"Ih jahat kamu ya, dia teman kamu loh masak mau kamu kerja-in?" Mendengar tantangan kedua, Maya jadi tak enak hati, selain bukan kebiasaannya merayu cowok apalagi sampai bikin baper, Maya merasa kasihan dengan cowok bernama Kendra, seandainya dia tahu perasaannya hanya di jadikan ajang taruhan oleh Bagas.

"Dia bukan cuma sahabat Nay, dia sudah aku anggap seperti sauMaya, dan sebagai sauMaya aku ngga mau melihat dia menghabiskan waktunya hanya untuk hal yang sia-sia."

Wajah Bagas terlihat serius. Aktor papan atas sekali pun akan kalah jika beradu akting dengannya saat ini.