Bagas mengangkat telapak tangannya sebatas siku bahunya pun ikut terangkat.
"Maaf, bukan bermaksud kurang ajar, atau ikut campur dengan urusanmu, waktu itu aku pernah 'tak sengaja' mendengar dirimu bertengkar di telpon. Dan aku bisa menduga bahwa itu cowok mu, setelah kamu menyebut - nyebut soal LDR dan komitmen, maaf aku juga ngga bermaksud untuk menguping, aku tak sengaja mendengarnya." Tatapan mata Bagas menunjukkan rasa penyesalan yang mendalam.
"Sok tahu!" Maya menatap Bagas dengan sinis.
"Sorry ... Sorry, memang bukan urusanku, tapi seandainya itu terjadi Tikatara aku dan Vita, aku pasti akan mendukung dia, bukan malah meninggalkannya berjuang sendiri. Itu baru namanya cowok sejati." sindir Bagas, seperti berbicara dengan dirinya sendiri.
Tapi tentu saja itu hanya sebuah sindiran semata, perilaku Bagas ke Vita justru jauh lebih parah, selingkuh bukankah perbuatan yang lebih kurang ajar.
"Masih mau diteruskan tantangan nya ataukah aku batalkan saja!" Ancam Maya. Wajahnya sudah menampakkan ketidak senang - an, harusnya dia benar - benar membatalkannya, bukan malah memberi pilihan yang seolah- olah dia masih ingin melakukan tantangan itu. Rasa penasaran terhadap Kendra yang sepertinya membuat hati Maya ragu untuk langsung membatalkan tantangan Bagas, meski dirinya sekarang dalam keadaan kesal dan marah, karena Bagas sudah terlalu lancang ikut campur urusan pribadinya.
Dan ucapan Bagas sepertinya sukses membuat kekalutan Maya makin membuncah, resah akan hubungannya yang menggantung dengan cowok nya membuat Maya semakin gundah.
"Oke ... oke, maaf, zip! Nih mulutku sudah aku kunci, maaf ya cantik ... maaf, mulutku memang kadang susah di kontrol." Bagas sampai ber-akting menampar mulutnya sendiri dengan pelan, belum puas, dia sampai menjura di hadapan Maya, melihat hal itu emosi Maya pun sedikit mereda.
"Awas saja kalau sampai ada yang tahu?" Ancam Maya, matanya berkilat menatap Bagas dengan sinis. Tentu dia merasa tak nyaman, masalah pribadi yang terjadi harusnya tetap menjadi rahasianya, kini ternyata sudah diketahui orang lain, meski itu baru Bagas, tapi tetap saja dia khawatir jika nantinya rahasia itu akan tersebar.
Zip! Bagas memberi isyarat seolah mengunci mulutnya. Hanya matanya saja yang melotot bergerak ke kanan dan ke kiri seolah bahasa isyarat
Bagas benar - benar jago menangani hati seorang wanita, buktinya Maya yang awalnya benar-benar kesal dan marah dibuatnya, kini luluh. Dan senyum setengah terlihat tersungging di bibirnya saat melihat tingkah konyol Bagas
"Masih mau ikut tantangan nya kan?" Bagas mengembangkan senyumnya, Maya menatapnya dengan ragu-ragu, bimbang kembali menggelayutinya.
"Aku gandakan hadiah nya kalau begitu, andai bisa membuatnya baper dalam waktu singkat, menjadi empat bulan free bayar kos, gimana?" Bagas memancingnya dengan tawaran yang lebih besar, ketika melihat ada keraguan dalam pancaran mata Maya. Empat bulan sewa kos jika diuangkan bisa mencapai enam jutaan itu, hanya untuk membuat Kendra naksir Maya, Bagas berani mengeluarkan uang sebesar itu? Tunggu kalau dia kalah bukankah dia sudah berencana bahwa hadiah deri tantangannya Kendralah nantinya yang secara tak langsung akan menanggung sendiri. Sudah hatinya di buat patah hati, uangnya juga ikutan amblas. Bagas memang keterlaluan!
Maya tersenyum sinis, sehebat apa sih cowok bernama Kendra, sampai Bagas berani menggandakan taruhan nya kalau dia sukses menyelesaikannya hanya dalam waktu yang singkat? Tapi tentu saja bukan hadiah tujuannya sekarang, rasa penasaran terhadap Kendra mengalahkan semua iming - iming hadiah yang Bagas tawarkan.
Meski dengan sedikit keraguan akhirnya Maya mengangguk pelan.
"Oh, iya satu lagi, selaku pemberi tantangan, aku berhak ikut campur agar semuanya berjalan se alami mungkin, untuk membuat kesan bahwa semua ini terjadi bukan karena kebetulan. Dan karena ini hanya sebuah permainan, aku harap kamu menikmati nya, menikmati prosesnya, dan menikmati kemenangannya." Bagas tersenyum, sambil mengedipkan mata.
Maya hanya tak mengerti apa maksud 'berhak ikut campur'.
"Tunggu, kalau kamu ikut campur aku bisa dirugikan?" Protes Maya, bisa saja Bagas berbuat curang dengan mengatur strategi agar Kendra tak terlalu merespon nya, atau membocorkan perihal tantangan ini, agar Kendra bisa antisipasi dan tak mudah tergoda olehnya.
"Tenang saja, tak akan ada yang bakal dirugikan, tugas mu hanya membuat Kendra baper, dan tugas ku membuat semuanya berjalan dengan baik. Kamu bebas melakukan cara apa saja yang kamu anggap itu bisa membuat Kendra jatuh cinta, tapi jangan terlalu mencolok juga, agar Kendra tak curiga. Aku kasih bocoran, Kendra suka suka sekali dengan cewek yang jinak-jinak merpati, dan ingat, ending-nya harus Kendra 'nembak' kamu loh ya? Selama itu belum terjadi tantangan akan terus berjalan."
Paham. Yang dimaksud 'ikut campur' disini, Bagas seperti menegaskan bahwa dialah sutraMaya nya, dan agar permainan ini apik dan epik, dia ikut campur agar semuanya berjalan se-natural mungkin, mencegah timbulnya perasaan curiga dalam diri Kendra.
Maya mengangguk - angguk kan kepalanya, rasa kesal nya sudah hilang. Dan kini sepertinya dia sedang fokus memikirkan strategi apa yang akan dia pakai untuk menundukkan Kendra. Sejujurnya dia tak terlalu sering berurusan dengan hal percintaan, modalnya saat ini hanya wajah, dan pesona.
Tapi dia sudah terlanjur menyanggupi tentangan Bagas yang tadi seolah meremehkan dia, Bagas belum tahu kalau Maya tipikal cewek setia, yang tak akan mudah berpaling hati hanya karena tampang cakep seorang cowok, tapi mungkin itu bisa dijadikan strategi buatnya mengingat Kendra suka dengan tipe cewek jinak-jinak merpati. Pas dengan karakternya yang pendiam, tapi menghanyutkan.
Maya yakin dia bisa menundukkan Kendra dengan mudah tanpa harus melibatkan hatinya dan tak mungkin bisa tergoda, seperti prasangka Bagas.
Karena meski hubungan dia dan cowok nya saat ini sedang bermasalah, tapi komitmen nya masih ia pegang teguh.
Namun Maya belum tahu, yang membuat Kendra di gandrungi wanita selain tampang nya adalah Perhatiannya , dan juga rasa hormat nya terhadap makhluk bernama wanita.
****
"Menurut Tika Kendra itu seperti apa? Dia sudah punya cewek belum sih?" Tanya Maya di suatu siang di warung Jawa, mereka duduk hanya berdua di beranda samping warung, karena siang itu pengunjung tak begitu ramai. Maya menanyakan itu dengan wajah acuh, sambil memainkan pipet dalam gelas es jeruknya.
Tika diam menatap lurus wajah Maya. Wajahnya terlihat penuh selidik, dalam benaknya saat ini timbul prasangka Maya tertarik dengan Kendra.
"Kenapa?" Maya dibuat heran dengan tingkah Tika, adakah yang salah dari pertanyaannya? Batinnya.
"Kamu ngga sedang stalking cowok itu kan?" Tanya Tika penuh selidik.
"Hah! M-maksudnya?" Tentu saja Maya kaget, pertanyaannya di konotasi kan naksir oleh Tika.
"Kenapa tiba - tiba Maya tanya soal Kendra? Kamu naksir Kendra ya? Hayo ngaku ... ya nggapapa sih, Kendra juga masih jomblo kok?" Goda Tika. Dia sampai menyenggol bahu Maya dengan bahunya.
"Ngaco kamu ah, aku sudah punya cowok tau!" Kilah Maya.
"Oh ya? Lah terus ... itu nanya - nanya Kendra ngapain coba? Awas kepincut kamu. Cewek kalau sudah penasaran dengan cowok itu tandanya ada ketertarikan padanya." Ujar Tika. Dan itu memang benar, tak mungkin hanya sekedar bertanya kalau tak ada perhatian di sana, dan perhatian timbul karena ada ketertarikan.
Tika ternyata baru tahu kalau Maya sudah punya cowok, itu artinya rahasia yang di ketahui Bagas belum menyebar.
"Enggak lah Yan, aku cuma ingin tahu, kok kesannya dia itu dingin banget ya? Berpapasan denganku aja cuma senyum, mengangguk dan ngga berani menatap mata, ngga ngomong apa-apa juga?" Wajah Maya membias ke putus asaan.
Tika langsung ter gelak mendengar penuturan Maya. Maya sampai menatap Tika dengan pandangan heran.