Chereads / GAME is OVER / Chapter 27 - Kacau

Chapter 27 - Kacau

"Mau melarutkan nya sampai kapan? Kecuali Kendra mau terima dijadikan batu pijakkan. Ketika langkahnya kembali normal, Kendra ditinggalkan." Kendra tak sejauh itu memikirkannya, keresahan dia hanya sebatas maju atau mundur.

Kendra hanya terdiam, di maknai kata-kata mbak Dina dengan dalam.

Mengetahui dia punya cowok setelah apa yang mereka jalani selama ini saja Kendra sudah merasa sakit, tak bisa dibayangkan jika Kendra membiarkannya dan suatu saat, apa yang di ucapkan mbak Dina menjadi kenyataan. Ketika langkahnya kembali normal Kendra ditinggalkan.

Tentu saja ini semua terlalu berlebihan Kendra pikirkan, dia baru mendengar kabar Maya sudah punya cowok saja asumsinya sudah begitu liar, hingga sangat meresahkan hatinya, mengkonfirmasi langsung ke yang bersangkutan mungkin akan lebih bisa meredam kegelisahannya.

Itu kenapa mbak Dina heran, Kendra yang biasanya tak seperti biasa. Reputasi Kendra hancur...karena bermain dengan hati!

***

Jam kantor baru saja selesai sepuluh menit yang lalu.

Motor Kendra sudah melaju di jalan Legian - Seminyak. Ia ada janji untuk mengantarkan Maya ke kantor ekspedisi sore itu, tak terlalu buru-buru pun juga tak terlalu santai.

Mungkin sekarang lah saatnya, dia harus mendapatkan jawabannya

"Melarutkan nya sampai kapan?" Kata-kata mbak Dina kembali terngiang.

Ponsel Kendra bergetar dalam kantong celana 3/4 nya, Kendra menghentikan laju motornya,

menepi kemudian merogoh ponselnya, sebuah panggilan.

"Halo Nay, ini sudah di jalan daerah Oberoi." Jawab Kendra segera, khawatir Maya telah menunggunya lama.

"Ngga apa - apa ngga usah buru-buru, cuam mau ngasih tahu, ke kantor expedisinya mungkin sejam lagi, ini mendadak ada file yang harus aku ketik untuk dikirim ke pusat," ujar Maya dari seberang.

" Oh ... terus gimana? Aku pulang dulu atau aku tunggu di kantor Maya?" Tanya Kendra.

"Pulang aja dulu, mandi - mandi dulu, nanti aku kabari lagi kalau sudah selesai."

"Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu." Jawab Kendra.

"Ok bye." Sambungan pun terputus.

Kembali Kendra lanjutkan perjalanannya, merubah tujuan awal dari ke kantor Maya menjadi pulang ke kosan.

Setelah parkir, Kendra bergegas menyeberangi halaman menuju tangga naik yang terletak di tengah-tengah bangunan. Dilihatnya lampu depan kamar Maya masih belum menyala, disebelah nya, lampu kamar Tika terlihat sudah menyala dengan pintu yang kamar sedikit terbuka.

Kendra tak meneruskan jalannya menuju tangga, melainkan lurus melewati halaman hingga ke kamar Tika, kemudian melompati birai depan teras kamar Tika.

Dengan halus dia ketuk pintu kamar Tika.

Ternyata Tika sedang tiduran tengkurap di kasur busa nya, matanya serius menatap layar ponsel di hadapannya, saat mendengar ketukan, dia menoleh, dan saat mengetahui Kendra dibalik pintu kamarnya senyum Tika langsung terkembang.

***

17:45

Dengan terburu-buru Kendra mandi, ia khawatir Maya akan menelepon nya ketika dirinya belum bersiap.

Pukul enam kurang lima menit, ponsel Kendra akhirnya berbunyi, sigap dia angkat dan menyambungkan nya.

"Halo Nay?" Jawab Kendra segera.

"Nay pala lu peang, ini Bagas cuk!" Sial, gara-gara main samber Kendra sampai tak sempat melihat siapa yang menelepon nya.

Dilihatnya nomor yang memanggilnya ternyata nomor kantor.

"Bangke, napa cuk, gua lagi nunggu telepon dari Maya." Sungut Kendra kesal.

"Si Vita kirim makanan lewat ojol, gua lupa ngasih tau dia kalau gua lembur, bisa tolong terima dulu cuk, bentar lagi gua pulang." Pinta Bagas.

"Ngga bisa cuk, gua juga ada acara, ini aja nunggu telepon dari Maya?"

"Lah emang nya Maya ke mana?" Tanya Bagas

"Dia masih lembur cuk, emang ngga ketemu? lu gimana sih ?" Satu kantor kok bisa ngga tahu itu gimana pikir Kendra

"Ngga ada cuk, gua lembur cuma bertiga doang ini, Maya udah pulang jam 5lima tadi?" Jelas Bagas, yang tentu saja membuat Kendra menjadi gelisah pikirannya langsung kemana - mana, Maya berbohong? Tapi bukannya tadi lampu teras dia belum menyala dan kamarnya pun masih gelap, apakah dia berangkat ke kantor ekspedisi sendiri? Tak mungkin Maya tak bisa naik motor, pasti ada yang mengantarkan nya, Tika? Tika di kamarnya tadi.

"Serius lu!" Nada Kendra terdengar meninggi, sebuah kebohongan yang membuatnya menjadi sedikit kesal, ditambah kabar yang ia terima dari Tika tadi, membuat emosi nya makin tersulut.

"Serius ! ... eh bentar ada yang mau ngomong ... aduh!" Terdengar Bagas mengaduh, sambil menyerahkan sambungan teleponnya ke seseorang.

"Dhit jemput sekarang ya, Maya sudah ngga tahan ini dikelilingi makhluk-makhluk jahil?" Terdengar suara tawa di belakang suara Maya.

Mendengar suara Maya, emosi Kendra yang sesaat tadi memuncak, meleleh seketika.

Hampir saja, Kendra berprasangka buruk kembali, Bagas memang somplak!, tuh anak memang minta disiram air got biar sembuh, Kendra merutuk dalam hati.

Kenapa godaan ini Kendra rasakan sebegitu masifnya? Apakah semesta tak merestuinya ataukah ini sebuah ujian?

"Sial bener tuh anak, gua celupin ke got ntar biar sembuh." Kendra ngomel - ngomel sendiri dalam sambungan teleponnya.

"Gua?" Maya terdengar risih dengan kata itu.

"A - aku Nay, aku ... ," buru-buru Kendra meralatnya.

"Ya sudah jemput sekarang ya?"

"Ok." Kendra menutup sambungan teleponnya, helaan napasnya sedikit lega.

Dengan cepat dia sambar jaket yang sudah dari tadi teronggok di kasur, kemudian mengenakannya. Wangi parfum semerbak perlahan menipis seiring berlalunya Kendra dari dalam kamarnya.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di kantor Maya.

10 menit berikutnya motor Kendra sudah terlihat di depan gerbang kantor Maya, satpam yang berjaga tersenyum ke arah nya, Kendra membalas dengan anggukan kepala.

Dari balik pintu kaca kantor, muncul sosok cewek mengenakan celana kerja panjang setinggi mata kaki warna maroon dengan kaos putih dibalut blazer warna maroon, berjalan dengan anggun menyeberangi halaman berlantai beton dengan pot besar di tengahnya, tangannya menenteng sebuah kotak persegi dengan bungkus kertas warna coklat, menuju ke tempat Kendra berada.

Pesona nya segera membutakan Kendra dari bias cahaya jingga sore itu, perhatiannya seolah teralihkan, pemandangan alam di sore menjelang malam yang tersaji tak digubrisnya.

Waktu serasa berhenti.

Sapaan ramah terucap saat dia berjalan melewati satpam, seutas senyum terlukis di sana.

Kontras oufit warna maroon yang ia kenakan dengan warna kulit putihnya membuatnya terlihat...

Ya Tuhan cantiknya !. Kendra seakan terhipnotis olehnya.

"Kok bengong? Ayuk." Maya sampai melambaikan tangannya di depan mata Kendra, matanya berkeliling mencari penyebab Kendra bengong.

Kendra berkedip, sosok itu sudah ada di depannya, menebar wangi parfum yang selama ini selalu membuat Kendra terbuai oleh aromanya

"A- astaga aku baru melihat bidadari?" Ucapnya tergagap.

"Mana?" Maya tahu Kendra pasti sedang berkhayal. Kembali matanya menyapu sekeliling.

"Tadi keluar dari pintu itu, kemuTika berjalan menyapa satpam di sana itu, terus sekarang berdiri di depanku,"jawab Kendra sambil menunjuk pintu di mana Maya keluar tadi.

"Gombal !" Maya mencubit pinggang Kendra.

Kendra mengaduh lirih, bahkan cubitan itu sekarang pun bagai candu bagi Kendra, dia seperti selalu mencari cara agar pinggangnya tercubit.

Sejenak ia lupa bahwa cewek di depannya, yang kini telah berpindah ke jok belakang motornya statusnya masih kekasih orang lain!

"Yang di Teuku Umar atau yang di Diponegoro?" Tanya Kendra sambil menyebut nama jalan di mana letak kantor ekspedisi berada.

"Yang di Teuku Umar saja." Jawab Maya, motor telah melaju pelan, meninggalkan kantor tempat Maya bekerja.

Perusahaan yang bergerak di bidang pemeliharaan, serta pengadaan barang untuk hotel, villa, dan akomodasi pariwisata lainnya termasuk restoran dan bar, mulai dari suplai minuman beralkohol hingga amaneties untuk hotel.