Chereads / GAME is OVER / Chapter 23 - Tantangan atau jebakan?

Chapter 23 - Tantangan atau jebakan?

Tak ada yang tahu apa yang sebetulnya disembunyikan Bagas. Bahkan Bagas sendiri kadang sampai lupa, dia sedang menyembunyikan apa? Karena sangat hebatnya dia dalam menyembunyikan sesuatu. Hebat atau pikun?

***

"Sia - sia kan menurut kamu, kalau dia have fun menjalaninya? Apa hakmu mencampuri urusan dia?" Ujar Maya, pilihan hidup orang, untuk apa kita ikut campur untuk mengurusi nya.

Bagas tersenyum.

"Itu yang membedakan posisi kita hanya sebagai sahabat atau sudah menganggapnya sebagai sauMaya. Sebatas sahabat, tentu saja aku tak akan begitu peduli dengan dia. Dia mau melakukan apa aku tak akan banyak turut campur. Tapi ketika aku sudah menganggap dia seperti sauMaya, tentu aku sedikit banyak akan turut campur urusan dia, aku tentu mau sauMayaku memiliki tujuan hidup, bukan menghabiskannya dengan sesuatu yang sia - sia." Jelas Bagas, terdengar bijaksana, meski yah diksinya absurd.

Otak kalau sudah tersambung, asumsi Bagas tak bisa dibantah, meski itu terlihat menggelikan. Sebuah retorika semu belaka yang tercetus atau memang ada niat mulia di baliknya, hanya Bagas yang tahu. Dan jika itu ada diotak Bagas semua bisa jadi abu - abu.

Jalan pikiran orang satu itu tak bisa ditebak, kali ini pun tak ada yang bisa menebak, dia ingin menjebak Kendra dengan mengumpankan Maya? Ataukah menjebak Maya dengan mengumpankan Kendra?

"Tapi aku takut kalau sampai dia beneran baper, terus ngejar - ngejar aku gimana?" Tanya Maya, alis nya sampai melengkung ke bawah pertanda khawatir.

Double Strike! Bagas bersorak dalam hati.

Dalam benak Maya, membuat baper seseorang mungkin hal yang mudah. Tetapi kelanjutannya setelah itu, tentu Maya tak mau ambil resiko. Dikejar-kejar cowok yang tak disukainya, tentu akan sangat mengganggunya, meski pun baginya tampang Kendra lumayan cakap. Ttapi Maya bukan tipe cewek yang suka berpindah ke lain hati, meski cowok itu berwajah rupawan sekali pun, seperti Kendra misalnya, dan Maya juga tak punya perasaan apa -apa ke dia.

Bagas mengerutkan kening nya, air mukanya seketika menampakkan keseriusan.

Awalnya Bagas pesimis Maya akan menerima tantangan keduanya. Maya setuju diajaknya berkenalan dengan Kendra saja sebetulnya sudah lebih dari cukup buat Bagas. Tantangan kedua sifatnya hanya tambahan, rencana dia hanya mengenal-kan Maya ke Kendra; membuatnya akrab; yang selanjutnya tinggal dia panas - panasin salah satunya agar bisa lebih dekat, dan sesudahnya ... yah biar mereka berdua yang putuskan, lanjut sebagai sahabat-an saja atau ke yang lebih complicated, selingkuh mungkin? Astaga pikiran Bagas sudah terlalu jauh.

Dan ketika Maya menyetujui tantangan keduanya, tentu pekerjaan Bagas menjadi semakin mudah. Dan Maya seolah percaya diri, bisa membuat Kendra terbawa perasaan ke dia?

Bagas tersenyum sinis. Mungkin patut dicoba.

Kalau pun rencananya gagal, dan ternyata Maya menang, tak masalah baginya kehilangan uang pizza dan uang kos untuk kamar Maya selama dua bulan

Dia akan relakan itu demi sahabat se - gilanya, yang sudah Tikaggapnya seperti sauMaya. Dan mungkin nanti kalau semua sudah kembali normal, pelan - pelan dia akan cari pengganti uang kekalahannya itu ke Kendra, tuh kan Bagas mana mau rugi.

Tapi Bagas bukan manusia bodoh, dia membuat itu semua dengan perencanaan yang matang, menyelami karakter Maya, membuatkan rencana cadangan andai rencana yang ini gagal, dia akan beralih ke rencana yang lain.

Ibarat Game creator, konsep permainan Bagas ini di buat se minim mungkin bug. Dan plot twist yang hanya dia saja yang tahu hasil akhirnya seperti apa, bahkan Kendra pun tak diberitahukannya dan tak akan diberitahukan soal ini semua.Entah kejahilan apa yang sebetulnya Bagas rencanakan, membuat Kendra patah hati? Atau benar - benar ingin mencarikannya seorang kekasih?

Kendra, dia sudah tahu karakternya, dan rencananya tak akan meleset.

Maya lah yang ia khawatirkan, sebab dia belum tahu Maya itu seperti apa? Maya terlalu tertutup dan misterius. Hanya satu yang dipegang Bagas dan yakin ini berhasil, Ego Maya.

Minimal satu bulan saja Maya bertahan dalam permainan ciptaannya, hasil akhir dia sudah bisa memprediksinya. Game-nya akan completed hingga final, dan yakin tak akan menjadi Game Over di pertengahan permainan.

"Tapi kenapa aku ngga yakin ya kamu bisa membuat Kendra baper? Aku malah khawatir kamu yang terbawa perasaan ke Kendra?" Bagas menatap Maya lekat - lekat. Tatapan nya menunjukkan cemooh ke hadapan Maya. Sebuah serangan psikis untuk memprovokasi Ego Maya.

Maya yang awalnya malas meladeni, apalagi berkeinginan untuk mengikuti semua rencana Bagas, mulai terbujuk.

Ketika Bagas menyebutkan bahwa dialah yang bakalan terbawa perasaan ke Kendra.

Ego Maya mulai mengambil peran, perasaan diremehkan mulai membuatnya sedikit gelap mata. wajahnya tentu saja tak bisa dibilang jelek, karena dia memang memiliki wajah di atas rata- rata jika dibanding dengan staff cewek yang ada di kantornya, jadi tak mungkin jika ada cowok yang ketika didekatinya tak langsung jatuh hati kepadanya.

"Siapkan saja pizza-nya, dan jangan lupa dua bulan untuk bayar kos!" Ucapnya tegas, dengan nada kesal, matanya sampai terbuka lebar.

Ini bukan lagi soal hadiah, tapi lebih kekeinginan untuk menunjukkan bahwa siapa dia sebenarnya hingga direndahkan sedemikian rupa sampai dikira tak bisa menundukkan Kendra. Dan dia yakin bahwa Kendra yang akan ditundukkan nya, bukan dia yang ditundukkan Kendra.

Bagas tersenyum puas, umpan nya termakan penuh.

"Langkah awal kenalan biar aku yang kasih jalan, takutnya kamu kesulitan," Bagas terkekeh, membuat Maya semakin merasa sebal, ingin rasanya dia bungkam mulut itu dengan gumpalan tisu, yang sedari tadi telah ia sobek - sobek sedemikian rupa akibat menahan kesal.

"Dan lagi membuat mu mau berkenalan dengan Kendra sepertinya sudah tak istimewa lagi sekarang, membuat Kendra baper? ... ." Bagas meletakkan telunjuk ke hidungnya,

"... sepertinya jauh lebih menantang!" Bagas mengangguk - anggukkan kepalanya.

Muka Maya yang putih berubah bersemu memerah.

"Ada batas waktunya untuk bikin dia baper?" Tanya Maya. Bukan tak ada maksud, jika ternyata ada batas waktunya, dia seolah ingin sekalian menunjukkan bahwa dia mampu menundukkan Kendra sebelum batas waktu berakhir.

"Tak ada batas waktu, selama Kendra belum menyatakan perasaan hatinya ke Maya, tantangan jalan terus, tapi kalau ternyata dalam satu minggu Kendra sudah 'nembak' Maya, tantangan berakhir, ingat Kendra harus mengungkapkan perasaannya. Dan jika saat itu terjadi Maya tinggal bilang saja ke aku, agar rencana ketiga bisa aku jalankan." Bagas tersenyum licik

"Rencana ketiga?" Mata Maya terbelalak, dia merasa di jebak, jika ada rencana selanjutnya tentu dia akan mau terlibat lagi di dalamnya.

"Oh tenang ... tantangan kita hanya sampai Kendra baper dan nembak Maya, bilang saja ke Kendra, aku butuh waktu untuk menjawabnya, dan rencana ketiga, Maya sudah tidak ikut di dalamnya," jawab Bagas.

"Aku tak bertanggung jawab atas apa pun yang terjadi ke Kendra, dan asal kamu tahu aku sudah punya cowok!" Pesan yang tegas, Maya seolah ingin menggaris bawahi statusnya, dan juga akan ketidak terlibatan dia jika terjadi sesuatu ke Kendra atas tentangan itu.

Andai Kendra benar - benar jatuh cinta, sedangkan ini hanyalah permainan, tentu Maya sendiri nanti yang menjadi repot untuk meladeni Kendra.

"Tentu ... Tentu, Kendra adalah tanggung jawabku." Bagas tersenyum miring, "oh, cowok yang ngga mau diajakin LDR itu? Dan kamu masih menganggapnya sebagai cowok?" Sindir Bagas, senyumnya kini berubah mengejek.

Maya melotot, ucapan Bagas seperti tak berkenan di-hatinya. Rasa kesal nya kembali membuncah, makhluk jahil satu itu tidak hanya meremehkan nya tapi juga meledek hubungan dia dengan cowok nya.

"Dari mana kamu tahu soal itu!" Bentak Maya, dia tak pernah bicara dengan siapa pun disini perihal hubungan dia dan cowok nya. Tak mungkin juga teman - teman kantor di Jakarta membocorkan nya, cik Linda? Jelas tak mungkin, dia tak pernah ikut campur urusan pribadi orang.

Mata Maya melebar, wajahnya merona merah menahan marah. Wajah kalem dan anggunnya berubah menjadi sangat menakutkan, mungkin sesaat lagi Bagas akan segera menerima tamparan tangan atas ketidak sopanan dia, karena telah berani mengungkit bahkan meledek masalah pribadinya, yang seharusnya tak ada seorang pun dikantor barunya ini tahu akan hal itu.