Setelah dua puluh menit berlalu Pak dosen kembali berkata.
"Oke sekarang dengar, saya akan membacakan nama mahasiswa yang masuk kelas bimbingan saya, Airis, Egi, Winda, Rendy, Anjar dan kamu Agus, oke ... sekarang bagi nama-nama yang telah saya sebutkan tadi tolong segera masuk ke Aula A." Nampak si Rendy membatin.
'Kok nama gue bisa masuk sih? Ah, ada-ada saja!' keluhnya.
"Win Anjar itu suka sama kamu ya?" tiba-tiba Airis bertanya seperti itu pada Winda sahabatnya, dan Winda nampak tersenyum lalu berucap.
"Biasa aja, kenapa? Kamu suka ya dengannya?" tanya balik Winda dan nampak Airis juga balik tersenyum.
"Kamu cocok dengan Anjar," ucap Airis, dan Winda kembali tersenyum. Lalu kemudian Pak dosen berkata.
"Di Aula ini kalian bisa berlatih apa saja yang kalian inginkan, untuk Rendy kamu kan non muslim ..." mendengar itu nampak Airis terkejut. 'Apa dia non muslim!' ucap Airis dalam hati.
"Iya Pak, ada apa Pak?" ucap Rendy merespon perkataan Pak Dosen.
"Ah lupa saya, sebentar saya tinggal dulu," tutur Pak Dosen dengan segera beranjak. Nampak Anjar bertanya pada Winda.
"Win, kamu bisa dansa?" dan Winda pun mengangguk.
"Mau kah dansa denganku?" lanjut tanya Anjar, dan nampak Winda tersenyum.
"Tapi aku lupa caranya hehehe ..." ucap Winda lirih.
"Biar aku ajari," timpal Anjar. Lalu mereka pun berdansa, Rendy melihat piano, tak sabar rasanya jari-jarinya ingin memainkan piano itu, lalu kemudian iapun mulai memainkan piano tersebut, nampak Airis dan Egi terpana melihat permainan piano dari Rendy, mereka tidak menduga samasekali kalau temannya itu pandai memainkan piano.
Kemudian Agus datang dan langsung membawakan lagu yang ia ciptakan sendiri, Egi dan Airis bernyanyi "Cinta yang datang kini telah membawaku bahagia ... sambut aku dengan cintamu kasih ... jangan kau khianati cinta ini ... yang tulus dari hati ... aku mencintaimu ... mencintaimu selamanya ...."
Lalu tiba-tiba Pak Dosen datang dan kemudian langsung tepuk tangan.
"Hebat sekali, hebat kalian," seru Pak Dosen, lalu tiba-tiba Winda berkata.
"Maaf Pak, aku boleh pulang? Soalnya tiba-tiba perutku sakit," Winda beralasan, dan Pak Dosen pun tersenyum sambil mengangguk dan berkata "Ya .."
Kemudian Winda langsung keluar sambil tersenyum dan berkata dalam hati.
'Yes, menyebalkan." Dan lalu Rendy menyahut.
"Aku juga ingin pulang Pak." Lalu Pak Dosen pun berkata.
"Ya sudah sekarang kalian boleh pulang semua ..."
Rendy nampak menarik tangan Airis.
"Heh, lepasin, apaan sih lo?!" sergah Airis, dan Rendy malah membentak.
"Diam lo! Dengar, Kakak gue mau pergi, dia ingin berpesan dengan lo, ayo ikut aku," ujar Rendy.
"Ya udah tapi lepasin!" sahut Airis sambil membanting tangan Rendy dengan lumayan keras sambil berkata.
"Iya-iya gue ikut."
Kemudian mereka pun langsung masuk ke dalam mobil sedan warna putih, didalam mobil nampak Airis berucap dalam hatinya.
'Widih, mobilnya udah ganti lagi.' Selesai Airis membatin nampak Rendy berbicara dengan temannya di ponsel.
"Iya-iya nanti gue ladenin lo balapan, jangan khawatir, pasti gue datang." Airis nampak terkejut dan kemudian Rendy mematikan ponselnya.
"Kenapa lo lihat-lihat?" tanya Rendy, dan Airis diam sejenak kemudian berkata.
"Ke ge eran banget sih lo, baru di lihat juga, belum dicium." Lalu tiba-tiba Rendy menghentikan mobilnya dengan mendadak, dan Airis pun tertawa.
"Eh siapa juga yang mau nyium?" ucap Airis dengan sedikit menarik mundur tubuhnya, lalu Rendy menatap wajah Airis dan kemudian langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Airis.
"Gue yang akan cium lo," ucap Rendy, dan seketika itu juga mata Airis pun melotot, lalu Rendy memegang janggut Airis, dan Airis menutup matanya rapat-rapat dengan berkata.
"Jangan Rendy," ucap Airis dan Rendy pun tertawa.
"Hahaha ... tampang seperti lo gak pantas untuk gue." Rendy pun langsung menjalankan kembali mobilnya dan Airis nampak terdiam, Rendy melirik sambil memutar musik dengan keras.
"Kecilin dong musiknya ..." pinta Airis dengan agak berteriak, dan sepertinya Rendy pura-pura tak mendengar dan malah menganggukkan kepalanya menikmati alunan musik kesukaannya itu, Airis lalu menutup telinganya.
"Ini ni lagu keren, kamu gak suka?" tanya Rendy masih dengan agak berteriak.
"Iya aku gak suka," balas Airis, dan Rendy malah makin mengeraskan suara musiknya.
"Tolong dong matikan musiknya ...! Please ..." pinta Airis dengan penuh harap.
"Oke-oke gue matiin." Kemudian Airis pun menyandarkan kepalanya di kaca mobil, lalu tiba-tiba hp Airis berdering.
"Kok gak diangkat?" sahut Rendy bertanya.
"Gak penting, biar saja bunyi terus," jawab Airis dan nampak Rendy melirik dan kemudian berkata.
"Dari Adik kamu tuh .." ucap Rendy lagi, dan rupanya Airis malah membentak Rendy.
"Udah gue bilangin biarin aja, gak penting!" Lalu tiba-tiba Rendy meraih hp Airis dan langsung mengangkat teleponnya.
"Halo Rin, ini gue Rendy, tenang aja Kakakmu aman kok," ujar Rendy dan kemudian langsung mematikan ponsel tersebut, dan Airis langsung menatap Rendy dengan senang.
"Kenapa? Mau marah? Marah aja," celetuk Rendy, dan tiba-tiba saja mata Airis menitikkan air mata.
"Hiks, hiks, hiks ..."
"Kenapa kau ... kenapa tiba-tiba menangis?" tanya Rendy.
"Lo gak perlu tahu, dan lo gak perlu masuk ke dalam kehidupanku, biarlah aku saja yang udah terlanjur masuk di kehidupan lo, tapi tenang sepertinya gue tidak ingin melanjutkan ini semua, karena gue akan bayar uang pengganti tiga juta itu," ujar Airis menjelaskan keinginannya.
"Widih ... bener ...? Emang lu dapat uang dari mana?" tanya Rendy.
"Lo gak perlu tahu Ren gue dapetnya dari mana, dan terserah kalau lo menyangka yang enggak-enggak ke gue, gue gak peduli, tapi gue yakin bahwa gue menghadapi semua ini tidaklah sendiri, karena gue yakin bahwa Alloh selalu menyertai gue dan mengerti semua yang gue butuhkan." Tidak lama kemudian mereka pun sampai di tujuan yakni bandara.
"Udah sampai nih, ayo turun," ucap Rendy, lalu mereka pun masuk dan bertemu dengan Donita dan Rama, lalu mereka pun berjabat tangan
"Airis, ini Kakak mau pamitan sama kamu, Kakak akan pergi ke Kalimantan dalam waktu yang cukup lama, makanya ini Kakak mau pesan sama kamu .. tolong jagain Rendy ya? Dia itu anak yang nakal, bilangin dia jangan main balapan mobil lagi, dan tolong bantu dia agar dia bisa segera masuk Islam, udah itu pokok pesan kakak." Donita nampak meneteskan air mata, begitu juga dengan Airis.
"Kakak percaya sama kamu, tolong jawab, kamu benar sayang kan sama Rendy?" mendapat pertanyaan seperti itu Airis nampak diam, dan belum dijawab tiba-tiba terdengar suara panggilan.
"Mohon perhatian, bagi penumpang pesawat Garuda dengan nomor penerbangan JT 65789 jurusan Kalimantan harap segera memasuki ruang tunggu." Lalu Donita berkata, "Ya udah Kakak sudah tahu kok jawaban kamu, kalau begitu Kakak berangkat ya? Awas Ren, kalau sampai Kakak denger kamu jatuh karena balapan! Kakak berangkat," ucap Donita sambil mengangkat jari telunjuknya, lalu mereka pun berjabat tangan.