"Baru tadi pagi, gak tau tiba-tiba saja Rendy mengungkapkan cinta, lalu aku ingin tahu keluarganya setelah itu baru aku akan jawab pertanyaannya," tutur Airis, dan Rendy pun langsung melotot saat Airis berkata seperti itu, "Maka dari itu aku mengujinya dulu, apakah dia itu serius atau tidak? Karena cinta kan dibina dari dua hati yang saling memahami, walaupun tanpa cinta tapi apa salahnya mencoba untuk mencintai?" Mendengar kata-kata Airis seperti itu Donita dan Rama langsung terkejut kemudian saling menatap, lalu kembali Airis melanjutkan kata-katanya.
"Cinta tak perlu ketampanan atau kekayaan, Rendy memang keren dan kaya tapi bukan itu yang kucari, namun ketulusannya mencintaiku." Rendy nampak membatin.
'Heh dasar, pintar sekali dia ngomong seperti itu.' Kemudian Rama pun langsung menyahut.
"Lalu sekarang kau mau gak pacaran dengan adik iparku ini?" kembali Airis melepaskan senyum manisnya. " Aku akan coba untuk mencintainya, dan kalau untuk sekarang menurutku baiknya kita berteman saja dulu," jawab Airis, kemudian Donita berdiri dan sepertinya ia hendak pergi namun segera dicegah oleh Rama.
"Donita, duduklah, Airis sedang bicara tolong hargai." Dan kemudian Airis nampak berpamitan.
"Udah ya Kak, udah mulai sore aku mau pulang dulu." Mereka pun tersenyum, lalu Airis keluar dengan Rendy mengikuti dibelakangnya.
"Kenapa kamu ngomong seperti itu? Heh ...!" tanya Rendy sambil menggerutu, dan nampak Airis tersenyum. "Kamu gak tau sih keadaan keluargaku ... ya udah lah sana pulang," ujar Rendy, dan Airis pun berkata.
"Makasih sayang ... bye .. bye ..." Airis nampak melambaikan tangannya, dalam hatinya Airis nampak tertawa, dan kemudian setelah itu Rendy melangkah masuk ke rumah.
"Kamu bilang apa sama Airis?" tiba-tiba Donita bertanya seperti itu, dan kemudian yang menyahut Rama.
"Ini adalah masalah kita berdua, Rendy kamu masuk," pinta Rendy. "Donita, sekarang aku mau tanya sama kamu, apakah kamu masih menjalin hubungan dengan Andika?"
"Apa urusanmu?" jawab Donita dengan entengnya dan kemudian langsung beranjak pergi, lalu Rama pun langsung menarik tangan istrinya itu.
"Dengar ya, urusannya adalah karena aku suamimu," jawab Rama.
"Iya terus kenapa?" sergah Donita, lalu Rama pun melepaskan tangan istrinya itu.
"Lho kok kamu bisa ngomong gitu sih? Bukannya hal yang wajar dan bahkan sudah seharusnya aku memperhatikan dan mengerti semua urusanmu, mikir dong!" tegas Rama, dan Donita tidak menjawab sepatah pun bahkan dengan acuhnya perempuan itu meninggalkan suaminya begitu saja.
Lalu Rama pun merasa jengkel dan kemudian berteriak keras sambil membantingkan tubuhnya ke sofa.
"Hheeh ...! Rendy nampak bingung melihat rumah tangga kakaknya yang nampak sedang tidak baik itu, lalu dia nampak berucap lirih.
"Rumah mewah tapi keluarga tidak bisa berkumpul semua sibuk cari duit terus,, jenuh juga lama-lama aku disini." Sementara itu Airis terlihat sudah tiba di rumah, Rina yang sudah tiba duluan langsung bertanya.
"Kok baru tiba, dari mana saja sih Kak Airis?"
"Bukan urusanmu," jawab Airis dengan muka agak manyun dan kemudian langsung masuk kamar. "Aku benci dunia ini ... heeh! Astaghfirullah ya Alloh ...!" ucap Airis setelah berada di kamar.
Keesokan harinya acara makan bersama di keluarga itu akan segera berlangsung, nampak semua anggota keluarga telah berkumpul hanya Airis yang masih berada di ruang tamu.
"Airin ... panggil Kak Airis," pinta Pak Arief, dan segera Airin pun langsung menghampiri kakaknya dan berkata.
"Kak Airis ayo makan, sudah ditunggu lho." Airis menatap Airin dan tiba-tiba dia berucap.
"Ih kenapa sih aku ini ...? Ya Alloh ..."
"Kenapa Kak, pusing ya?" tanya Airin sambil memperhatikan kakaknya yang nampak kesakitan itu.
"Enggak kok," jawab Airis sambil tersenyum, lalu mereka berdua pun segera bergegas menuju ke ruang makan, setibanya di situ mama tirinya langsung menyambut.
"Nih sayang," ucap sang mama sambil mengambilkan makanan.
"Maaf Tante aku tidak suka itu," jawab Airis dengan gaya agak cuek, dan kemudian gadis itu hanya mengambil tempe goreng, nampak ayahnya menatap Airis.
"Airis, panggil mama jangan dengan sebutan Tante!" Airis pun hanya tersenyum dan kemudian berkata.
"Oh iya maaf, lupa kalau aku sudah punya mama lagi, hehehe ... maaf ya Tan ... saat ini aku masih belum bisa panggil anda dengan sebutan Mama, lalu Airis berdiri, dan Rina pun langsung berkata.
"Heh, hargai dong orang tua!" serunya sambil mendorong Airis.
"Ih, apaan sih cuma Adik tiri juga, gak usah bentak-bentak dan juga jangan sok perhatian gitu deh, lebay lo," timpal Airis dengan ketusnya dan kemudian gadis itupun langsung keluar. Sementara itu Rina yang masih gregetan juga langsung pamitan dengan orang tuanya.
"Ya udah Pa, Ma .. kalau gitu Rina berangkat sekolah dulu ya ..."
"Ya udah hati-hati ..."
"Iya Ma, assalamualaikum ..." Akhirnya acara sarapan pagi itu berjalan tidak mulus, lalu setibanya di kampus dan setelah pembelajaran dimulai disela-sela pembelajaran nampak sang dosen bertanya pada para mahasiswanya.
"Adakah mahasiswa disini yang memiliki cita-cita yang berhubungan dengan kesenian? Kamu Winda?" gadis yang bernama Winda itu nampak tersenyum.
"Iya Pak, saya suka sekali nari balet."
"Ada lagi selain nari?" tanya dosen lagi.
"Mmm ... iya Pak ada, selain nari balet saya juga melukis."
"Bagus, bagus sekali, lalu kalau kamu Anjar, apa hobi dan cita-citanya?" kembali sang dosen bertanya.
"Kalau saya hobinya nulis novel Pak."
"Kalau kamu Egi?" Egi pun menjawab.
"Menciptakan lagu Pak, ya kalau tidak puisi lah." Pak dosen manggut-manggut.
"Lalu kalau kamu Airis?"
"Penulis, dan yang pasti aku akan menulis kisahku dalam sebuah lagu," jawab Airis. "Lalu kamu Rendy, apa hobi dan cita-citamu?"
"Menurutku cita-cita itu gak penting, jadi kenapa mesti dikembangkan? Aku gak punya cita-cita Pak," jawab Rendy berbeda dari teman-teman sebelumnya. Melihat sikap Rendy seperti itu Airis pun berkata.
"Kamu jangan menghina gitu dong ... dan catat ya, orang yang gak punya cita-cita itu adalah orang yang gak punya pendirian.
"Ya terserah gue lah," sahut Rendy dengan entengnya. "Hidup-hidup gue kenapa mesti lo yang repot?" imbuh Rendy.
"Udah, udah, udah! Kalian itu apa-apaan sih? Dengar ya, jadi gini ... di kelas ini semua mahasiswa akan menjalani orientasi kesenian bagi yang berminat mengikuti ujian saya, dan bagi yang lulus maka akan saya ada ambil meskipun cuma lima orang, dan kemudian akan saya adakan les khusus, sekarang saya akan membagikan kertas ini."