"Gila ya kamu, gue gak mau, jadi tolong jangan paksa gue, dan kalau lu tetap maksa akan gue pecahin nih kaca mobil," ancam Airis.
"Terserah, silahkan kalau memang berani," sahut Rendy.
"Hih, kenapa sih gak nyuruh pacarmu sendiri aja? Atau kalau enggak ya selingkuhanmu gitu?" tanya Airis nampak terlihat kesal.
"Gini lo ya, gue ini sebenarnya hanya kasihan aja sama lu, daripada harus mengganti dengan uang tiga juta? Kan mendingan pura-pura aja jadi pacar gue?" lanjut ucap Rendy.
"Enak saja, ngawur lu, orang kacamata beli di pasar loak aja bilang harga tiga juta, pasti lu bohong, iyakan?" tanya Airis mempertegas.
"Dasar orang kampung, lo tau gak gue beli kacamata itu dimana?" tanya Rendy.
"Ya gak tau lah," sahut Airis.
"Denger ya, kacamata itu gue beli di Amrik, lu tahu gak Amrik? Ya jelas gak tau lah, orang seperti kamu mana mungkin tahu Amrik, denger namanya aja gak pernah." Denger itu Airis pun menatap wajah Rendy dan kemudian berkata.
"Apa katamu, Amrik? Kacamata itu dari Amrik, gak percaya gue," timpal Airis, dan kemudian nampak Rendy mengeluarkan gambar-gambar kacamata koleksinya.
"Tuh lihat!" ucap Rendy sembari melemparkan foto-foto kacamatanya itu, lalu Airis pun melihatnya, sesaat kemudian gadis itupun langsung terkejut.
"Hah! Kacamata lo harganya sampai sepuluh juta? Gila, benar-benar gila," nampak Airis terdiam sejenak.
"Iya deh, aku mau pura-pura jadi pacar lo, tapi dua minggu lagi, gak sekarang." Usai berkata begitu Airis nampak berucap dalam hati.
'Hihi ... dalam waktu itu aku pasti sudah pulang ke Bandung, mmm ... tapi aku kok gak tanggung jawab ya ...? Ah gak tau deh.'
''Hufh ...'' terdengar gadis itu mengeluarkan nafas lesunya, dan tiba-tiba saja Airis terkejut karena tiba-tiba Rendy membentak.
"Heh, kenapa diem? Jangan-jangan kamu merencanakan sesuatu ya? Awas lu kalau macam-macam!" Airis diam tidak menjawab, gadis itu terlihat menyandarkan kepalanya di jok mobil.
"Heh, lo tuli ya?" tanya Rendy setelah perkataannya tidak direspon oleh Airis.
"Tidak," jawab Airis singkat.
"O ..." lalu tiba-tiba Rendy membesarkan volume musik di mobilnya dengan cukup keras, Airis nampak melihat Rendy yang terlihat enjoy mendengarkan lagu kesukaannya.
''Kok bisa sih ada orang seperti ini? Aneh," Airis berucap lirih, dan rupanya ucapannya itu terdengar juga oleh Rendy.
"Ya adalah, namanya juga makhluk tuhan, kan pasti beda-beda," sahut Rendy sambil manggut-manggut menikmati alunan musik rock kesukaannya itu, dan Airis pun langsung terdiam.
Sementara itu adiknya si Rina nampak bingung mencari kakaknya, terlihat gadis itu clingak-clinguk seperti kebingungan, dan tidak lama kemudian datanglah cowok yang bernama Egi mengendarai sepeda motor butut.
"Hei Rina, mau gak jalan sama gue?" tanya Egi, dan nampak Rina tersenyum.
"Makasih Kak, tapi maaf aku masih mencari Kak Airis," jawab Rina.
"Alah ... gak usah dicari, dia baik-baik aja kok," sahut Egi.
"Pak Untung, aku pinjem Rina nya ya? Ayo cepat naik," ujar Egi sambil memberi isyarat dengan menggelengkan kepala.
"Enggak Kak, makasih ... ayo Pak jalan," balas Rina sambil masuk ke dalam mobil.
'Lo liat aja nanti, pasti lo bisa dapetin, lo pasti tunduk sama gue,' ucap batin Egi.
Di dalam mobil Rina nampak mengambil nafas panjang.
"Huff ... kenapa aku kok jadi deg-degan gini?" ucap Rina
"Kenapa Non?" tanya Pak Untung.
"Gak tau Pak," jawab Rina mengambang.
Sementara itu Rendy yang tengah membawa Airis ke rumahnya nampak sudah sampai, setelah menghentikan mobil Rendy menarik tangan Airis seraya berkata.
"Ayo turun," ucapnya, dan nampak Airis sedikit menolak.
"Ih ... apaan sih?"
"Ayo turun ... please deh, ayo aku ingin perkenalkan lo ke keluargaku, ayolah ...!" kembali Rendy mengajak dengan rada memaksa.
"Ya udah, lepasin!" Airis mendorong tangan Rendy yang sedari tadi memegangi lengannya itu. Dan selanjutnya mereka berdua pun masuk ke rumah.
"Kak ... kak ...?" lalu keluarlah seorang wanita keluar.
"Ada apa sih Ren ...?" ujar wanita itu.
"Nih Kak kenalin pacar aku," tutur Rendy, dan kemudian mereka berdua pun langsung berjabat tangan.
"Perkenalkan saya Donita," ucap wanita itu, dan Airis pun tersenyum sembari membalas.
"Airis Kak ... 'Ya Alloh ... aku tidak tahu apa yang akan terjadi denganku besok ...?" Lalu Donita berkata.
"Ayo silahkan duduk."
"Mana Mas Rama Kak?" tiba-tiba Rendy bertanya.
"Di dalam Ren." Lalu kemudian Rendy pun berjalan menghampiri suami Kakaknya itu.
"Mas ..." sapa Rendy dan lelaki bernama Rama itupun menoleh.
"Mas habis bertengkar lagi?" tanya Rendy penasaran.
"Susah ya kalau pernikahan tanpa cinta? Heeh ... dia menyuruhku menceraikannya dan kemudian menikahi orang lain, apa dia itu tidak bisa mencintaiku?" Rendy duduk di sampingnya dan kemudian berkata.
"Mas pernikahannya masih dua bulan, udahlah pasti Kakakku itu bisa mencintai Mas, cinta itu bisa tumbuh kapan saja kok, aku udah sangat mengenal Kakakku itu, menurutku perjodohan itu tidak masalah," tutur Rama sembari tersenyum.
"Tapi kan tidak didasari cinta Ren, apalagi dia mencintai orang lain, kalau Kakakmu Mas bawa ke Kalimantan gak papa kan Ren?" mendengar itu Rendy nampak terkejut.
"Ke Kalimantan? Aku tinggal sendirian dong?" Rendy nampak terdiam sejenak lalu melanjutkan ucapannya. "Tapi ya gak papa lah, lagian Ayah kan sering pulang juga, tapi awas lo ya jangan sampai Kak Rama selingkuh!" Rama tersenyum, lalu tiba-tiba Donita masuk.
"Ren pacarmu kok kamu tinggal sih, cepat ke sana gih." Rendy tersenyum lalu berjalan mendekati kakaknya yang masih berdiri di depan pintu dan kemudian berbisik.
"Kakak suka tidak?" Donita tersenyum dan kemudian Rendy pun langsung bergegas pergi. Lalu Donita berbalik badan dan Rama pun berseru.
"Rama menyuruh kita ke Kalimantan, kamu mau tidak?" nampak Donita hanya menatap suaminya itu sesaat dan tanpa berkata apa-apa dia melangkah pergi.
"Heeh ...!" terlihat Rama mengeluarkan nafas karena menahan kesal, lalu iapun berdiri, lalu tiba-tiba ponsel Donita berdering yang tertinggal di meja dekat vas bunga, Rama melihat dan tertera nama Andika di sana, 'Ini pasti kekasihnya,' ucapnya dalam hati dan kemudian Rama pun memberikan ponsel tersebut.
"Ini ponselmu Nit." Dan Donita pun segera meraihnya dan kemudian berlalu, kemudian Rama pun melangkah ke ruang tamu.
"Siapa ini Ren?" tanya Rama sembari tersenyum.
"Pacar aku Mas." Airis tersenyum dan Rendy pun berkata.
"Oh iya, anak mana?" tanya Rama.
"Tetangga depan," jawab Rendy sambil cengengesan.
"Serius?" tanya Rama meyakinkan, lalu tiba-tiba Donita ikut datang ke ruang tamu sambil membawa minuman.
"Kamu anaknya Mas Arif yang dari Bandung?" tanya Donita, dan Airis nampak tersenyum sambil mengangguk.
"Cantik ya? Terus kapan kenalnya dengan Rendy kok tiba-tiba sudah jadian?" cecar tanya Donita, dan lagi-lagi Airis tersenyum.
"Baru tadi pagi, gak tau tiba-tiba saja Rendy mengungkapkan cinta, lalu aku ingin tahu keluarganya setelah itu baru aku akan jawab pertanyaannya," tutur Airis, dan Rendy pun langsung melotot saat Airis berkata seperti itu, "Maka dari itu aku mengujinya dulu, apakah dia itu serius atau tidak? Karena cinta kan dibina dari dua hati yang saling memahami, walaupun tanpa cinta tapi apa salahnya mencoba untuk mencintai?" Mendengar kata-kata Airis seperti itu Donita dan Rama langsung terkejut kemudian saling menatap, lalu kembali Airis melanjutkan kata-katanya.