Pagi dari rumah sakit Zilla sangat kwatir dengan ibunya , hatinya begitu sakit tak ada perkembangan yang masih terlihat pada ibunya. Tabung oksigen yang hanya bisa membuat Suryati bernafas , datanglah Fahri setelah mandi dia baru ke ATM dan menggambil beberapa uang sedangkan Zilla hanya diam sambil menatap begitu tampanya kekasihnya.
"Ini ganti bajumu dan mandilah..agar kita menuju rumah paman Sholeh"kata Fahri dengan memberikan sebuah bungkusan.
"Lalu bagaimana dengan ibu ..siapa menjaganya"Jawab Zilla sambil mengambil bungkusan dari tangan Fahri
"Abang sudah menyuruh assiten untuk menjaga ibu,jadi tenang lah" kata Fahri. Zilla hanya mengangguk. sambil menggangkat dasternya yang kepanjangan dia masuk kamar mandi . Tidak berapa lama Zilla keluar dari kamar mandi aroma tubuhnya tercium dengan sangat wanggi, Zilla mengikat rambutnya dan memakai baju putih yang sederhana panjang dan cocok untuk tubuhnya. Fahri sambil melirik Zilla..pikiranya melayang kemana dia akan mencari tempat malam pertama menghabis waktu bersama Zilla.
"Bang...Zilla sudah siap kok abang melamun" kata Zilla.
"Kita sarapan dulu.. baru berangkat, ini ada makanan abang beli"jawab Fahri. Mereka berdua pun makan dan kemudian berangkat menuju pedesaan.
Hiruk pikuk pedesaan yang lumayan jauh membuat Zilla terdiam sambil pikiranya melayang memikirkan ibunya,sekolahnya begitu juga dengan Aisyah. Kini Zilla sudah tidak peduli dengan impian harapanya mungkin pikiranya hanya satu bila menikah dengan Fahri semua biaya rumah sakit Fahri yang membantunya karena Fahri yang menjadi suaminya . Dan itu tidak ada pilihan lain yang penting ibunya bisa sembuh dan ada harapan untuk kembali bersama ibunya.
"Zill..apakah kau yakin ini jalan menuju rumah paman Sholeh" tanya Fahri sama Zilla
"Iya... tapi kita coba dulu...barangkali paman masih disitu..soalnya kami sama ibu dulu sering disitu untuk mampir sebentar hanya...." kata Zilla terputus
"Hanya apa Zill" tanya Fahri
"Zilla dan ibu di usir oleh istri abang sholeh..karena ibu pengen pinjam uang untuk modal jualan, tapi bibi usir kami" jawab Zilla sedih.
"Kamu tenang saja..kita kesana tujuan untuk mencari wali nikah bukan untuk mencari uang..semoga allah melancarkan niat kita dan masalah ibu abang sudah pindahkan diruang VIV untuk mendapat perawatan yang cukup baik."kata Fahri melihat Zilla dengan cinta.
"Bang makasih atas semua kebaikan abang, tapi bagaimana dengan Aisyah bang...apakah ini terlaluan bang" tanya Zilla yang masih memikirkan sahabatnya.
"Sudahlah Zill ..jangankan pikirkan dia lagi...abang bosan mendegarnya dia terlalu jahat denganmu" jawab Fahri dengan hati yang tak karuan.
Fahri juga binggung , mungkin saat ini ayahnya mencari keberadaanya . Tapi dia lebih nekat dan fokus kehubunganya pada Zilla. Zilla hanya terdiam melihat Fahri cuma hatinya saat ini lagi gelisah dan dilema , mungkin dia juga tidak siap kehilangan Fahri bila menyerahkan pada Aisyah . Apalagi semakin hari wajah Fahri semakin tampan dimatanya.
Tak berapa lama Zilla dan Fahri sampai didesa itu. Banyak anak anak berlalu lalang sambil bermain dan membawa layang layang Zilla dan Fahri bertanya dan kemudian memberi tahukan alamat Sholeh . Zilla dan Sholeh menuju ketempat tersebut menyebrangi jalan setapak yang tidak jauh dari situ.