Aisyah dan Ahmad berpamitan dengan keluarga Salman sambil berpelukan. Wajah Paisal tampak kusut sambil membawa barang-barang kebagasi tampak Aisyah masuk dan kemudian Ahmad ayahya menyusul. Wajah Aisyah tak sebahagia ayahnya dia sedih dan melihat cincin itu hanyalah hiasan dijari manisnya bukan sesunguhnya.
Entah apa..dia terus memikirkan Zilla anday saja bukan Fahri tunanganya pasti Aisyah menggadu tentang perasaan yang dia alami. Paisal menatap kaca didepanya menatap Aisyah menghapus air matanya, ingin rasanya dia menghapus dan menggantikan Fahri diposisi hatinya tapi apalah daya Paisal menyadari dirinya bukan siapa-siapa yang layak untuk Aisyah.
*****
Bell berbunyi Zilla buru-buru keluar kelas dia juga lupa tentang urusanya dengan Dimas. Saat Zilla berjalan Dimas mencoba berlari mengejar Zilla , Ade sahabat Dimas yang badanya begitu munggil mencoba mengejar Dimas.
"Hei Dim ...tunggu" Kata Ade berlari mengejar Dimas.
"De..nanti aja...ya..aku penting.. " jawab Dimas. Sebelum Dimas sudah hampir berhasil mendekati Zilla yang sudah ada di pintu gerbang , terlihat Fahri yang sudah membawa masuk Zilla ke mobilnya. Fahri juga melihat Dimas namun dengan buru-buru membawa Zilla masuk ke mobilnya.
Zilla menatap Fahri didalam mobil sambil menatap cincin di jari manisnya. Rupanya Fahri lupa melepaskan cincin karena terburu-buru.
"Cincinya bagus bang...apakah cincin itu begitu berarti bang..sampai Zilla baru menyadari abang pakai cincin" kata Zilla dengan senyumanya. Fahri terbatuk -batuk dan Zilla memberi botol mineral pada Fahri wajah tampanya tampak berseri . Zilla tersenyum ketika Fahri melepaskam cincin itu dan menyimpan di sakunya.
"Oh ini... ini pemberian ibu.. tapi abang simpan saja.. takut Zilla berpikir yang bukan-bukan" jawab Fahri.
"Oh..tapi bang ngak apa-apa abang pakai..hmm abang tambah tampan pakai jaz kantor gitu" goda Zilla
"Abang kan selalu tampan.."jawab Fahri dengan senyuman.
"Ih..abang..kita mau kemana nih" tanya Zilla.
"Kita makan di cafe dekat halte Zill..Astafirrullah abang lupa minta izin pada ibumu tadi" kata Fahri dengan khawatir.
" Tenang bang .. Zilla udah sms ibu tadi. ngomong -ngomong kalau naik mobil dengan abang Zilla pengen cepat-cepat lulus trus menikah dengan abang" goda Zilla.
"Zill.. udah jangan goda abang nih kita udah nyampe...ayo turun " jawab Fahri dan memarkirkan mobilnya.
Zilla turun , dengan seragam abu -abu semua orang mengira mungkin kakak dan adenya yang menuju cafe tempat anak muda nongkrong .Cara sopan Fahri memperlakukan Zilla dengan sederhana tidak seperti kekasih lainya dia tenang dan berkharisma banyak wanita yang meliriknya membuat Zilla cemburu.
"Kamu mau pesan apa Zill" tanya Fahri
"Terserah abang aja" jawab Zilla cemberut.
" Oke abang pesan moccacino dan ice cream vanilla serta kue pie" jawab Fahri sambil memesan menu pada karyawan.
Zilla diam dan acuh tak acuh membuat Fahri gemas melihat Zilla ingin dia mencubit pipi yang imut itu namun dia tahan..wajah Zilla yang natural kecantikanya membuat Fahri sudah merasakan sesuatu aneh pada dirinya. Syawat yang mulai tumbuh..menggetarkan hatinya Fahri menundukan kepalanya dan mulai beristifar.
"Zill..tu makan.." kata Fahri dengan Singkat dengan wajah sudah mulai merona.
"Iya" jawab Zilla sambil makan
"Kamu kenapa Zill,..kok cuek ada apal" Tanya Fahri
"Tu...lihat cewek pada lihatan abang .. Zilla tu bukan siapa-siapa abang" Zilla mulai kesal
"Zilla itu calon masadepan abang" jawab Fahri..Fahri tau Zilla cemburu.
"cuma omong doang buktikan" kata Zilla
"Zill jangan mancing abang.. masa cium...lain muhrim Zill..nanti tunggu kita menikah"
"Bukan cium bang... apa kek cari saja " Zilla mencoba melihat keseriusan Fahri.
"Oke tunggu sini" Fahri pergi meninggalkan Zilla dan beberapa menit datang membawa kotak perhiasan dan membuka cincin emas didalamnya