Tristan melihat Vania yang sedang memasak nasi goreng untuk sarapan sang anak.
"Van, Arzan sudah siap berangkat ke sekolah?" Tanya Tristan.
"Sudah, tapi mau sarapan dulu sebentar."
"Wuiihhh enak nih sepertinya nasi goreng buatan kamu!" Celetuk Tristan, ia memang sengaja berucap seperti itu agar ditawari makan oleh Vania.
"Iya, enak dong Mas. Mas mau?" Tanya Vania.
"Boleh."
"Oke, sebentar ya!"
"Hhmmm, ditempatin di kotak nasi aja ya, untuk aku bawa ke kantor!"
"Oke, Mas!"
Vania melanjutkan memasaknya, lalu Mas Tristan kembali ke rumahnya. Di atas meja ruang makan, sudah tersedia roti dengan selai cokelat dan strawberri, juga secangkir kopi. Tristan dan Keanu menikmati sarapan buatan sang istri tersebut.
"Arzan ikut berangkat sekolah sama kita lagi, Pa?" Tanya Keanu.
"Iya, dong. Karena kan Mamanya nggak bisa mengantar, dia harus kerja disini, bantu-bantu Mama kamu!"
"Berati, Mamanya Arzan itu permbantu ya Pa?" Ucap Keanu.
"Iya, Mamanya Arzan itu pembantu!" Sahut Yurika yang sedang memasak dan mendengar percakapan suami dan anaknya itu.
"Sssttt, nggak boleh bilang begitu!" Ucap Tristan.
Vania menjadi asisten rumah tangga, hanya untuk mengisi kekosongan sebelum ia mendapatkan pekerjaan lain. Karena ia dituntut untuk segera berpenghasilan untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan Arzan, makanya pekerjaan apapun ia jalani.
Vania sudah memasukkan nasi goreng, telur mata sapi dan kerupuk ke dalam kotak makan untuk ia berikan pada Tristan. Tristan pun kembali ke rumah orang tuanya.
"Ini nasinya Mas, untuk sarapan nanti!" Ucap Vania seraya memberikannya pada Mas Tristan.
"Makasih ya!"
Parfum Mas Tristan menyeruak di hidung Vania, ia wangi sekali hari ini, lalu Vania sedikit menutup hidungnya, karena ia tidak suka dengan wanginya.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Tristan yang heran sambil menatap Vania.
"Nggak, nggak apa-apa kok!"
"Oh iya, kamu nggak ikut mengantar Arzan?" Tanya Tristan.
"Nggak, kan aku mau nyapu, ngepel dan nyuci di rumah, Mas!"
"Oh iya!"
Tristan meletakkan kotak nasinya itu ke dalam mobil, lalu ia memanggil Keanu dan juga Arzan agar secepatnya masuk ke dalam mobil. Tristan berpamitan pada Yurika, lalu Yurika mencium punggung tangannya. Yurika masih belum banyak bicara, ia masih sedikit kesal dengan sang suami.
"Hati-hati ya Sayang!" Ucap Vania pada Arzan.
"Iya, Mama." Balas Arzan seraya menempelkan punggung tangan sang mama ke hidungnya.
"Jalan dulu ya Van!" Pamit Tristan.
"Iya, hati-hati, Mas."
Tristan, Keanu dan Arzan sudah memasuki mobil, lalu Tristan melajukan kendaraannya itu menuju ke sekolah Arzan.
Vania langsung menuju ke rumah Yurika, ia melihat kakak iparnya itu sedang memasak, lalu Vania langsung mengerjakan pekerjaannya.
"Van, untuk baju-baju Mas Tristan dan baju seragam Keanu yang warna putih, jangan langsung di letakkan di mesin cuci, kamu lihat dulu dibagian lehernya suka kotor!"
"Iya, Mbak."
Vania juga sudah mengetahuinya, setiap ia mencuci pakaian, ia selalu melihat bagian-bagian yang biasanya kotor, setelah itu baru memasukkannya ke dalam masin cuci.
Setelah selesai masak, Yurika makan masakannya sendiri tanpa menawarkannya pada Vania, lalu ia sambil tertawa-tawa menatap Vania yang sedang menyapu rumahnya.
"Kamu tau nggak sih Van, teman-teman aku itu ibu-ibu sosialita semua. Jadi, aku harus selalu update fashion terbaru, kalau nggak, ya aku akan ketinggalan sama mereka."
'Apa urusannya sama aku, aku nggak peduli!' Batin Vania sambil melirik Yurika lalu meneruskan pekerjaannya.
"Kalau model ibu seperti kamu ini, ah nggak cocok jadi Ibu-ibu sosialita, apalagi kamu cuma dasteran di rumah!"
'Oh maksudnya mau menghina aku? Terserah, kamu mau bicara apa, Mbak!' Batin Vania. Ia harus bisa membuktikan kalau ia bisa menjadi lebih dari apa yang Yurika sombongkan.
"Memangnya apa kelebihan ibu sosialita dengan ibu yang bukan sosialita?" Tanya Vania.
"Ibu sosialita itu sering berbelanja, sering kumpul sama teman-temannya, sering jalan-jalan. Pokoknya mereka dan termasuk aku itu lebih bahagia, nggak seperti kamu yang di rumah terus, dari mulai masih ada Erik, lalu sekarang Erik sudah nggak ada, masih di rumah aja! Nggak bosan?" Ejek Yurika sambil tertawa. Vania tidak menanggapinya, ia memilih untuk meneruskan pekerjaannya.
"Masih muda, tapi kampungan, nggak pernah jalan-jalan, nggak pernah ke Mall, nggak pernah tau dunia luar!" Ejek Yurika lagi.
Vania mengelus dada, 'sabar, sabar ... " Batinnya.
Di waktu yang sama, Tristan baru saja sampai di kantornya, ia langsung memasuki ruangannya, lalu membuka kotak nasi goreng pemberian Vania. Ia memakannya sebelum memulai bekerja. Nasi goreng buatan Vania ini benar-benar enak, tiap masakannya selalu cocok di lidah Tristan, pantas saja Ibu Rani selalu menyuruh menantunya ini masak, namun Vania pun tidak pernah keberatan jika memasak untuk makan kedua mertuanya. Tristan berpikir, Vania ini cocok untuk ia jadikan istri keduanya.
Tristan mengambil gawai yang ia letakkan di dalam tasnya, lalu ia membuka aplikasi berwarna hijau, ia mencari kontak Vania, lalu ia mengirim pesan padanya.
[Van, nasi goreng buatan kamu enak lho, terima kasih ya. Oh, iya kamu sedang apa sekarang?]
Vania saat ini masih membersihkan rumah kakak iparnya itu. Gawai miliknya ia letakkan di dalam kamarnya, jadi ia belum membaca pesan dari Tristan.
Tristan membuka aplikasi marketplace yang berwarna orange, lalu ia melihat-lihat pakaian wanita, ia ingin membelikan pakaian untuk Vania. Akhirnya Tristan mendapatkan pakaian yang cocok untuk Vania, dress berwarna peach cocok untuk kulitnya yang berwarna putih, lalu ia juga melihat-lihat tas wanita, ia juga akan membelikan Vania sebuah tas, karena Tristan lihat, tas yang Vania pakai selalu itu-itu saja, berbeda dengan Yurika yang banyak koleksi tasnya, setelah menemukan tas yang cocok, Tristan pun membayarnya. Setelah itu ia melihat-lihat sendal wedges, ia ingin membelikan sendal wedges untuk Vania namun ia tidak tahu ukuran kakinya, ingin mengira-ngira takut kurang pas. Akhirnya Tristan tidak jadi membelikannya sendal, hanya pakaian dan tas saja. Setelah itu Tristan pun mulai bekerja.
Arzan sudah sampai di rumah di jemput oleh sang nenek, sedangkan Keanu di jemput oleh ojek langganannya. Arzan mencari sang mama yang masih berada di rumah Keanu.
"Mama!" Panggil Arzan, lalu ia menghampiri sang mama yang sedang membilas pakaian.
"Mainnya di luar sana!" Titah Vania.
"Aku mau jajan, Ma!" Pinta Arzan.
"Sebentar, Mama masih membilas pakaian!"
Arzan kembali menangis, ia merengek minta diberikan uang. Yurika yang sedang berada di dalam kamarnya terganggu.
"Heh, kenapa kamu nangis?" Tanya Yurika dengan intonasi suara yang meninggi.
"Mau jajan!"
"Berisik tau, minta sana jajan sama Mama kamu atau minta sama Papa kamu di kuburan, sana!"
Mendengar ucapan Yurika yang sudah mulai marah, Vania menghentikan pekerjaannya, lalu ia mengajak Arzan pulang.