Vania mengambilkan uang untuk anak semata wayangnya yang ingin jajan.
"Ini uangnya, sana kamu jajan, setelah itu kamu bisa main di luar, jangan ganggu Mama yang sedang bekerja ya!" Pesan Vania, Arzan pun menganggukkan kepalanya, lalu ia pergi dari hadapan Vania.
Vania meraih ponsel yang ia letakkan di atas tempat tidurnya, lalu ia membukanya, ia membaca pesan dari Tristan, setelah itu Vania pun membalasnya.
[Alhamdulillah kalau Mas Tristan suka. Aku masih nyuci di rumah Mas]
Tristan yang sedang bekerja, melihat ponselnya itu bergetar, lalu ia pun mengambilnya. Ia senyum-senyum sendiri membaca pesan dari Vania, lalu ia pun membalasnya.
[Besok, masakin nasi goreng lagi, boleh? Nanti aku kasih uang untuk membeli beras dan juga telur]
[Lho, Mbak Yurika juga kan bisa memasak nasi goreng untuk Mas, kenapa harus aku?]
[Enakan buatanmu Van, dibanding buatan istriku. Aku lebih suka buatanmu]
[Oke deh, besok aku buatkan lagi]
[Oke Vania. Met bekerja ya]
[Iya, Mas]
Vania hanya takut kalau Yurika mengetahuinya, nanti akan salah sangka terhadapnya. Vania pun kembali ke rumah Yurika untuk meneruskan pekerjaannya.
"Lama banget, habis ngapain sih kamu?" Tanya Yurika saat Vania datang.
"Habis ngambil uang untuk Arzan jajan."
"Jajan terus kerjaan anak kamu itu, udah tau Mamanya nggak punya uang!" Sembur Yurika.
"Ada Mbak kalau hanya untuk jajan anak." Sahut Vania.
"Punya uang dari mana kamu? Kerja disini juga kan nggak akan saya bayar karena kamu dan anakmu sudah melakukan kesalahan yang merugikan saya!"
"Uang dari orang-orang baik, bukan dari orang-orang yang pelit." Sindir Vania. Sengaja ia menyindir Yurika karena ia pelit kepadanya.
"Kamu menyindir saya ya?"
"Kenapa Mbak merasa kalau saya sindir? Kan Mbak nggak seperti itu."
Yurika memang tidak merasa dirinya pelit, ia hanya malas berbagi pada Arzan dan Vania karena ia sangat membenci ibu dan anak itu.
Yurika beranjak ke ruang makan, ia akan menyuapi kedua anaknya makan sambil bermain di luar. Ia mengambil piring, lalu menyendokkan nasi dan sayur yang sudah ia buat.
"Keanu, Liora!" Panggil Yurika sambil berjalan keluar, lalu ia melihat sang anak yang sedang bermain di depan rumahnya.
Yurika pun menyuapi mereka berdua makan, lalu Arzan pun mendekat, ia minta untuk disuapi juga. Namun Yurika tidak mengarahkan sendok itu ke mulutnya. Arzan pun terdiam, padahal perutnya juga lapar tapi Tantenya itu malah tak peduli padanya.
"Mama, aku mau makan juga!" Pinta Arzan pada Yurika.
"Minta makan sama Mama kamu, sana!"
Akhirnya Arzan kembali masuk ke dalam rumah Yurika untuk menemui Vania.
"Mama, aku lapar, aku mau makan Ma!" Pinta Arzan pada sang mama.
"Mama belum selesai kerjanya, kamu minta sama Nenek, sana!"
Arzan pun beranjak ke rumahnya, ia masuk ke dapur, lalu melihat lauk yang terdapat di meja makan, hanya ada telur dadar. Arzan pun memanggil sang nenek untuk mengambilkannya piring dan menyendokkan nasi untuknya.
Arzan duduk di meja, sambil di temani oleh sang nenek.
"Nek, Nenek belum masak ya?" Tanya Arzan.
"Nenek hari ini lagi nggak belanja, jadi Nenek nggak masak."
"Nek, kenapa sih aku mau makan bareng sama Keanu dan Liora tapi nggak boleh sama Mama Yurika?" Tanya Arzan, ia ingin tahu penyebabnya.
"Nenek juga nggak tau kenapa." Sang nenek bingung harus menjawab apa karena ia tahu Yurika memang tidak suka pada cucunya itu.
Arzan makan sendiri dengan lahap walau hanya dengan telur dadar yang ibunya buatkan untuk menu nasi goreng pagi tadi. Selesai makan, Arzan pun main kembali.
Sudah jam makan siang, Tristan sedang menikmati makan siang di dalam ruangannya. Ia pun sambil membuka ponselnya, membuka aplikasi berwarna hijau. Ia mengetikkan pesan pada Vania.
[Van, sudah siang, sudah selesai kerjanya? Kamu sudah makan belum?]
Vania beranjak ke dalam kamarnya, ia pun membuka ponselnya, lalu membaca chat dari Tristan.
[Baru selesai Mas. Belum makan nih, lapar]
Vania membalas pesan dari Tristan, lalu Tristan langsung membaca dan membalasnya lagi.
[Kamu pasti belum masak ya? Mau aku belikan makanan? Nanti diantar ke rumah]
Vania beranjak ke dapur, ia melihat tudung saji yang kosong, tak ada lauk apapun.
"Ibu belum masak Van, karena pagi tadi belum belanja. Kalau kamu lapar, kamu beli lauk aja di warteg depan ya!" Ucap Ibu Rani.
"Iya, Bu. Oh iya, Arzan sudah makan belum?"
"Sudah tadi, sama telur dadar sisa tadi pagi."
Vania pun kembali ke dalam kamarnya, lalu membalas lagi pesan dari Tristan.
[Mas mau membelikan aku makanan apa?]
[Terserah kamu, maunya apa?]
Vania sedang berpikir, 'makan apa ya?' Tanyanya dalam hati.
[Ayam geprek aja, Mas]
[Oke, aku pesan ayam geprek yang terdekat ke rumah ya, lalu Arzan mau makan apa?]
[Arzan nggak usah Mas, dia sudah makan]
[Oke]
Tristan sudah mulai menunjukkan perhatian yang lebih pada Vania dan Arzan, Vania masih berpikir positif, ia berusaha menampik pikiran-pikiran buruk tentang Tristan yang menginginkan sesuatu darinya.
Tak lama kemudian, datanglah ojek online yang mengantar makanan.
"Permisi!"
Yurika pun keluar rumah untuk melihat siapa yang datang.
"Dengan Vania?" Tanya pengemudi ojek online tersebut.
Yurika memicingkan kedua matanya, "nggak ada yang namanya Vania disini, rumahnya Vania disana, bukannya disini, Bang!" Ucap Yurika.
"Oh salah ya, Bu? Maaf ya!"
"Ehh Bang, memang itu apa isinya?" Tanya Yurika yang selalu ingin tahu.
"Makanan, ayam geprek dan nasi."
"Oh."
Pengemudi ojek online itupun beranjak ke rumah sebelah, tadi Tristan salah menuliskan nomor rumahnya, makanya sang pengemudi datang ke rumahnya, bukan ke rumah orang tuanya.
"Permisi!"
Vania langsung keluar, lalu pengemudi ojek itu memberikan bungkusan makanan tersebut, Vania pun memberikan uang tip kepadanya.
"Terimakasih ya Kakak!" Ucap sang pengemudi, lalu ia tersenyum pada Vania.
'Haduh, ngapain sih senyum-senyum?' Batin Vania.
Pengemudi ojek itu pun pergi dari hadapan Vania, lalu Vania masuk ke dalam dan makan makanan tersebut.
Yurika tiba-tiba datang, lalu melihat Vania yang sedang menikmati makanannya. Vania tidak melihat ada Yurika.
"Makan khusyu banget, boro-boro nawarin!" Ketus Yurika sambil berlalu.
"Maaf, makan Mbak!" Tawar Vania.
"Kamu beli ayam dimana, Van?" Tanya Ibu Rani.
"Di depan jalan, Bu!"
"Kalau beli makanan itu, jangan cuma satu. Kamu disini kan tinggal sama Ibu, sama Bapak, beli tiga, bagi-bagi mereka!" Sembur Yurika.
Andai ini ia beli pakai uangnya sendiri, mungkin ia akan membeli untuk Ibu Rani dan Bapak Irwan, tapi ini yang beli Tristan, Vania tidak terpikir untuk meminta kepada Tristan agar membeli lebih untuk Bapak Irwan dan Ibu Rani.
"Maaf, aku lupa!" Sahut Vania.
Vania sedang makan dengan lahap, namun setelah mendengar ocehan Yurika, tiba-tiba nafsu makannya hilang. Ia pun tidak menghabiskan makanannya.