Gawai milik Vania yang berada di atas meja bergetar, Vania pun langsung menggapainya, ternyata ada pesan dari Tristan, Vania pun membukanya.
[Van, jangan lupa besok buatkan nasi goreng untuk saya lagi ya]
[Iya, Mas. Tadi kan Mas Tristan sudah mengingatkan aku]
[Iya Van, aku takut kamu lupa. He ... He ... He ... ]
[Oke, besok aku buatkan lagi. Telurnya mau matang atau setengah matang?]
[Setengah matang aja, Van]
[Oke, Mas]
Vania meletakkan ponselnya itu di atas meja, lalu ia memeriksa tugas yang tadi Arzan kerjakan. Setelah semua tugas sudah benar, Arzan pun bersiap untuk tidur.
"Jangan lupa baca doa tidurnya ya!" Titah Vania, lalu Arzan pun melafadzkan doa mau tidur.
Tristan melihat jam pada dindingnya, jarumnya sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas menit, ia masih membacakan buku cerita pada Keanu yang belum juga tertidur pulas. Tristan pun menghentikan bacaannya, karena tiba-tiba ia teringat ucapan Arzan yang mengatakan ada seorang laki-laki yang mengirim salam untuk Vania. Tristan tidak akan membiarkan Vania sampai jatuh cinta pada laki-laki itu, karena Tristan yang ingin memiliki hati Vania.
Terdengar suara ayam berkokok pertanda datangnya pagi, Vania membuka matanya, lalu ia meraih ponsel yang ada di sebelahnya, ia melihat jam pada ponselnya tersebut. Waktu sudah menunjukkan pukul empat lebih dua puluh menit. Sebentar lagi waktu subuh akan tiba, Vania beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai mandi, ia pun membangunkan Arzan untuk melaksanakan sholat dua rakaat.
"Aku masih ngantuk, Ma!" Ucap Arzan ketika dibangunkan dengan cara ditekan hidungnya.
"Ayo sholat, Sayang!"
Vania terus saja membangunkan anak laki-lakinya itu. Ia ingin Arzan menjadi anak yang sholeh yang bisa selalu mendoakan Papa Erik. Akhirnya Arzan pun terbangun, lalu ia berwudhu ditemani sang mama, setelah itu mereka berdua melaksanakan sholat subuh.
Setelah selesai sholat subuh, Vania memulai aktivitasnya di dapur. Sesuai pesanan, Mas Tristan minta dibuatkan nasi goreng dan telur mata sapi oleh Vania. Ia pun langsung membuatkannya.
Sedangkan Yurika, ia juga sedang mengurusi Keanu yang hendak berangkat ke sekolah, mulai dari memandikannya, memakaikan bajunya, lalu Yurika juga menyiapkan sarapan berupa telur ceplok untuk anak sulungnya itu. Sedangkan untuk Tristan, Yurika membuatkan nasi goreng.
Setelah nasi gorengnya sudah matang, Yurika pun menghidangkannya di atas meja makan.
"Pa, sarapan dulu tuh!" Ucap Yurika pada Tristan. Tristan pun melihat sepiring nasi goreng sosis berserta telur yang sudah Yurika siapkan untuknya.
"Aduh Ma, Papa kalau sarapan nasi, suka sakit perut saat berada di jalan!" Ucap Tristan, berbohong.
"Sebentar!" Ucap Yurika, ia beranjak ke dapur untuk mencari kotak nasi berwarna biru yang Tristan bawa kemarin, namun tidak ada. Yurika kembali menghampiri Tristan yang sedang memakai dasi sambil bercermin di dalam kamar.
"Pa, kotak nasi berwarna biru yang kemarin Papa bawa dari kantor itu, mana?"
Tristan membalikkan badannya. "Untuk apa, Ma? Itu kan punya teman Papa."
"Mama mau memasukkan nasi goreng buatan Mama ke kotak nasi itu untuk Papa bawa ke kantor, biar Papa bisa sarapan disana!" Jelas Yurika.
"Kan udah Papa bilang, Papa takut sakit perut kalau makan nasi."
Yurika pun memandang suaminya itu, "Pa, kalau sakit perutnya di kantor kan nggak apa-apa, toh disana kan ada toilet. Papa bisa kan buang air disana?" Ucapnya.
"Tapi kan malah buang-buang waktu. Soalnya nanti Papa ada meeting sama team."
Yurika merasa sudah membuatkan sarapan untuk suaminya itu, namun ternyata sia-sia, Tristan malah tidak mau memakannya.
"Lalu, nasi gorengnya siapa yang mau makan?" Tanya Yurika.
"Ya kamu lah yang makan!"
Yurika mengerucutkan bibirnya, ia kembali gagal diet karena harus menghabiskan makanan yang seharusnya bukan untuknya.
Vania sudah menempatkan nasi goreng buatannya itu di dalam kotak makan, namun Tristan belum mengambil kotak nasi tersebut di rumah orang tuanya itu, ia takut Yurika mengetahuinya.
Setelah Vania selesai mengurusi Arzan yang ingin berangkat ke sekolah, ia pun datang ke rumah Yurika untuk bekerja.
"Mas, itu .... " Ucap Vania pada Tristan yang sedang memakai sepatu, lalu Tristan mengedip-ngedipkan mata padanya. Vania tidak mengerti apa maksud kakak ipar laki-lakinya itu.
"Apa sih?" Tanya Yurika yang penasaran dengan ucapan Vania.
"Maksudnya Arzan kan? Arzan sudah rapi mau berangkat ke sekolah?" Ujar Tristan
Vania menganggukkan kepalanya, lalu ia langsung masuk ke dalam rumah Yurika untuk memulai pekerjaannya. Sedangkan Tristan, ia beranjak ke rumah orang tuanya untuk mengambil kotak nasi yang sudah Vania siapkan, lalu Tristan pun memanggil Arzan, karena mereka akan segera berangkat.
Tristan menyembunyikan kotak nasi tersebut di dalam jaketnya, lalu ia masukkannya ke dalam mobil. Setelah itu, Arzan dan Keanu pun masuk ke dalam mobil, lalu Tristan melajukan kendaraannya itu.
Vania sudah memulai pekerjaannya, ia sedang menyapu lantai.
"Van, dengar-dengar kamu sedang dekat dengan seorang duda yang di sebelah rumah ya?" Tanya Yurika dengan lirikan sinisnya.
Vania pun tersentak, ia memberhentikan pekerjaannya. "Siapa, Mbak?" Tanyanya.
"Itu tetangga baru. Kalau nggak salah namanya Yudha."
"Nggak, aku nggak sedang dekat sama dia." Balas Vania sambil menggelengkan kepalanya.
"Tapi berita itu sudah kemana-mana! Bahkan katanya kalian pernah ngobrol berdua ya?"
Cepat sekali fitnah merebak, Vania harus lebih berhati-hati terhadap laki-laki, karena statusnya yang seorang janda yang mudah sekali terkena fitnah sana sini.
"Pernah, tapi itupun nggak sengaja."
"Makanya jadi janda itu jangan suka dekat-dekat dengan laki-laki! Kalau ada orang yang lihat, pasti langsung disangka kamu ada hubungan sama dia!"
"Iya, Mbak. Saya akan lebih berhati-hati."
Vania pun melanjutkan pekerjaannya. Ia tidak ingin berita yang tidak benar itu malah membuatnya terus kepikiran.
Di waktu yang sama, Tristan baru saja sampai di sekolah Arzan, lalu Tristan mengantar keponakannya itu sampai di depan gerbang sekolah.
"Arzan, nih!" Ucap Tristan, ia memberikan uang lima ribu rupiah untuk Arzan, lalu Arzan langsung memasukkan uang itu ke dalam saku seragamnya.
"Terima kasih Papa." Ucap Arzan.
Ucapan Arzan itu membuat wali murid yang sedang mengantar anaknya mengira kalau Tristan adalah Papa barunya Arzan, mereka pun membicarakannya.
Arzan mencium punggung tangan Tristan, lalu ia masuk ke dalam kelasnya. Tristan pun kembali ke dalam mobil.
"Papa, kenapa Papa harus ngantar Arzan setiap hari sih?" Tanya Keanu.
"Memangnya kenapa kalau Papa mengantar Arzan juga?"
"Aku kan takut telat."
Tristan pun mengusap kepala anak sulungnya itu, "Sayang, Arzan kan Mamanya kerja di rumah kita, jadi kasian dia nggak ada yang mengantar ke sekolah."
"Kan bisa diantar sama Nenek!"
"Nenek juga kan kalau pagi sibuk, sibuk membersihkan rumah, sibuk mengurusi Kakek dan juga sibuk masak." Balas Papa Tristan.
Sebenarnya Keanu sedikit cemburu pada Arzan, karena saudara sepupunya itu mendapat perhatian juga dari Papa Tristan semenjak Papa kandungnya meninggal.