Chereads / Gejolak Dendam / Chapter 23 - Bukan Vania Pelakunya

Chapter 23 - Bukan Vania Pelakunya

Yurika masih dipusingkan tentang perhiasannya yang hilang itu, sehingga hari ini ia tidak jadi pergi ke acara pernikahan temannya. Yurika masih menuduh Vania adalah orang yang mengambil perhiasan miliknya.

"Sudahlah Ma, jangan terus-terusan menuduh Vania tanpa bukti, karena Mama sama saja telah memfitnah dia." Ujar Tristan yang kesal dengan kemarahan Yurika terhadap Vania.

"Karena cuma dia yang berada di rumah kita, Pa."

Tristan sangat yakin kalau Vania tidak mungkin melakukan hal itu, karena ia sudah sangat mengenal sifat Vania yang lembut dan penyayang, jadi tidak mungkin ia melakukan sesuatu yang haram hanya demi memenuhi isi perutnya, apalagi jika ia memberi makan ke anaknya juga, menurut Tristan, itu tidak mungkin terjadi.

Yurika sedang merapikan rumahnya yang berantakan sambil terus berucap kata-kata yang tidak seharusnya ia ucapkan, ia meluapkan kekesalannya dengan terus berbicara yang buruk tentang Vania, Tristan pun tidak dapat menghentikan ucapan-ucapan yang tidak enak di dengar itu.

"Sudahlah, nanti kalau ada rejeki, Papa akan belikan lagi perhiasannya." Ucap Tristan, untuk menenangkan hati Yurika yang masih dipenuhi amarah.

"Tapi Mama tetap mau perhiasan itu ketemu. Atau minimal, Mama tau siapa pencurinya, biar sekalian Mama laporkan ke polisi."

Tristan pun bertanya-tanya dalam hati perihal orang yang mencuri perhiasan milik sang istri, namun tak ada satupun orang yang ia curigai karena memang selama ia tinggal di lingkungan itu, selalu aman dan nyaman, tidak pernah ada maling yang masuk ke rumah warga.

Dengan dituduhnya Vania sebagai pencuri perhiasan milik sang istri, membuat Tristan merasa tidak enak dengan Vania, ia takut Vania tersinggung dengan sikap Yurika, lalu Vania membenci Tristan dan keluarganya.

Memang, Vania sangat tersinggung dengan ucapan Yurika yang tadi ia dengar. Siapa yang mau disalahkan ketika bukan kita yang berbuat kesalahan tersebut? Tentunya tidak ada yang mau. Begitupun Vania, yang bukan seorang pencuri namun dituduh mencuri sampai diberhentikan dari pekerjaannya.

Vania pun dendam pada Yurika, ia ingin membuktikan pada Yurika, bahwa ia bisa mencari pekerjaan lain dan ia bisa sukses menjadi seorang single parent.

'Tenang aja, Allah maha pemberi rejeki. Aku yakin bahwa aku bisa mencari pekerjaan lain dan aku bisa sukses.' Batin Vania, ia sedang berusaha menenangkan dirinya.

Vania masih merapikan kamarnya yang berantakan itu, Arzan pun membantu sang mama merapikan kembali benda-benda yang berserakan di lantai.

"Van, benar kamu tidak tahu perihal perhiasan milik Yurika itu?" Tanya Ibu Rani, sang mertua.

"Nggak tau, Bu."

Ibu Rani pun yakin, bukan Vania pelakunya, karena ia tahu sifat menantunya yang tulus dan tidak pernah berlaku macam-macam.

Vania berusaha untuk ikhlas karena ia harus kehilangan pekerjaannya, kini ia sudah tidak diperbolehkan untuk bekerja di rumah Yurika.

Drrttt ...

Ponsel milik Vania yang ia letakkan di atas meja, bergetar. Vania pun meraih ponselnya itu. Tristan mengirim pesan padanya.

[Van, maafkan Yurika yang menuduh kamu mengambil perhiasan itu ya. Aku yakin bukan kamu pelakunya. Maafkan aku yang nggak bisa mempertahankan kamu untuk bekerja disini lagi]

[Aku sakit hati banget Mas dituduh seperti itu, tapi makasih ya Mas Tristan sudah percaya kalau aku bukan pelakunya dan memang aku tidak tahu sama sekali tentang perhiasan itu]

[Iya, aku mengerti perasaan kamu, tapi tolong jangan membenci aku dan keluarga aku ya]

Vania tidak bisa memastikan bahwa ia tidak benci kepada Yurika, karena justru dengan adanya masalah ini Vania jadi berpikiran buruk tentang Yurika, seolah stok sabar yang Vania punya dalam dirinya telah habis.

[Wajar Mas jika aku membenci, karena aku sudah sangat sakit hati dengan ucapan Mbak Yurika]

Vania hanya seorang wanita biasa yang mempunyai rasa sabar terbatas, karena ia juga tidak pernah membalas ketika disakiti, ia lebih memilih diam dan memendam semuanya sendiri. Berbeda dengan Yurika yang terlalu berani dan bahkan terkadang sudah melampaui batas, orang banyak yang sakit hati dengan ucapan yang keluar dari lisannya itu.

Yurika sudah selesai merapikan rumahnya, lalu tiba-tiba ia merasa lapar.

"Mas, aku lapar. Pesenin makanan dong!" Pinta Yurika.

Tristan pun membuka aplikasi online, lalu ia memesankan makanan untuk sang istri agar berhenti berkicau. Tak lupa juga Tristan memesan makanan untuk Vania dan Arzan agar mereka bisa merasakan makanan enak.

Tak lama kemudian, makanan yang Tristan pesan pun datang, ia langsung menerimanya, lalu ia langsung memberikan pada istrinya yang sudah kelaparan. Karena marah-marah itu menghabiskan banyak energi.

"Lho, kamu belinya banyak banget. Ini untuk siapa?" Tanya Yurika.

"Ini untuk aku, mungkin aja nanti aku mau nambah." Jawab Tristan, berbohong. Padahal makanan itu akan ia berikan pada Vania.

Yurika melirik suaminya itu, tidak biasanya Tristan makan sebanyak itu, bahkan porsi makan Yurika lebih banyak dari pada Tristan sendiri.

"Keanu, mulai sekarang kamu jangan terlalu dekat dengan Arzan ya!" Ucap Yurika pada anak laki-lakinya itu.

"Lho memangnya kenapa?" Tanya Keanu.

"Karena mereka bukan orang baik. Mamanya Arzan sudah mencuri perhiasan Mama."

"Iya deh Ma, aku nggak akan terlalu dekat sama Arzan."

Tristan menghela nafasnya, miris sekali mendengar sang ibu yang melarang seorang anak untuk bergaul dengan saudara sepupunya sendiri, apalagi sepupunya itu adalah seorang anak yatim.

"Ma, biar bagaimanapun Keanu dan Arzan bersaudara. Jadi mereka nggak bisa menjauh." Ucap Tristan.

Mata Yurika membulat sambil memandangi suaminya itu, "memangnya siapa yang menyuruh Keanu untuk menjauhi Arzan? Aku hanya menyuruhnya untuk tidak terlalu dekat!" Tegas Yurika. Padahal Arzan hanya seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa.

Setelah selesai makan sambil berbincang, Yurika pun merasa ngantuk, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya, sambil menidurkan Liora, putri kecilnya yang masih berusia tiga tahun itu.

'Alhamdulillah Yurika sudah tertidur pulas, biarlah ia tidur, agar rumah ini hening sejenak.' Batin Tristan. Karena ia ingin merasakan ketenangan saat berada di rumahnya.

Melihat sang istri yang sudah tertidur pulas, Tristan langsung beranjak ke rumah orang tuanya.

"Vania mana, Bu?" Tanya Tristan pada sang ibu yang sedang duduk di teras rumah.

"Ada di dalam kamarnya."

Tok ... Tok ...

"Van!" Panggil Tristan.

Tristan mengetuk pintu kamar Vania, tak lama kemudian Vania pun membukakannya.

"Ada apa, Mas?"

"Van, maaf ya, maafin aku dan Yurika."

"Mas Tristan kan nggak salah, jadi nggak usah minta maaf."

Tetap saja Tristan merasa bersalah pada adik iparnya itu. Tristan tidak ingin hati Vania terluka karena ucapan Yurika yang seenaknya berbicara.

"Oh iya, nih!" Tristan memberikan bungkusan makanan yang baru saja ia beli kepada Vania.

"Jangan, Mas! Nanti Mbak Yurika marah." Ucap Vania yang tidak ingin mengambil pemberian Tristan itu.

"Nggak, aku kan cuma kasih kamu makanan!"