Chereads / Gejolak Dendam / Chapter 24 - Bertemu Dengan Wildan

Chapter 24 - Bertemu Dengan Wildan

"Terima aja Van, nggak apa-apa!"

Vania pun menerima bungkusan makanan yang Tristan berikan.

"Terima kasih, Mas!"

"Iya." Balas Tristan, lalu ia kembali ke rumahnya.

Drrttt ... Drrttt ....

Ponsel milik Vania yang terletak di atas meja bergetar, Vania pun meraihnya, lalu mengangkat panggilan dari Vika tersebut.

[Assalamualaikum, Vania.]

[Iya, waalaikumsalam Vika.]

[Van, hari ini kamu sedang sibuk nggak?]

[Nggak, kenapa?]

[Ikut ketemuan yuk sama teman-teman!]

[Ketemuan dimana?]

[Di Mall, kalau kamu mau, nanti aku jemput.]

[Tapi, boleh bawa anak nggak?]

[Boleh.]

[Jam berapa, Vik?]

[Sore ini, kamu bisa?]

[Iya, bisa.]

[Ya sudah, nanti aku jemput ya.]

[Oke deh Vika.]

[Assalamaualaikum.]

[Waalaikumsalam.]

Vania menutup teleponnya. Tidak apa-apa sesekali bertemu dengan teman lama, karena Vania juga butuh hiburan. Mungkin saja pertemuan dengan teman-temannya itu bisa menghilangkan kesedihannya.

Vania membuka lemarinya, ia mencari-cari pakaian yang cocok untuk bertemu dengan teman-temannya. Sudah lama Vania tidak membeli pakaian, tidak terpikirkan sama sekali untuk memenuhi kebutuhan sandangnya, yang ia pikirkan hanya kebutuhan Arzan, anak semata wayangnya itu.

"Mama!" Panggil Arzan, lalu ia menghampiri sang mama sambil menangis.

"Kenapa?" Tanya Vania.

"Aku nggak boleh main di rumah Keanu lagi."

"Siapa yang nggak bolehin kamu main di rumah Keanu?"

"Keanu, katanya disuruh sama Mamanya nggak boleh main sama aku, tapi main sama teman yang lain boleh. Memangnya kenapa sih, Ma?"

Hati Vania kembali teriris, pedih rasanya ketika mereka saudara sepupu tapi tidak diperbolehkan main bersama. Arzan belum mengerti apa-apa, ia belum mengerti masalah Vania yang dituduh mengambil perhiasan, tapi mengapa Arzan yang dikucilkan? Arzan jadi berkecil hati karena dijauhi oleh teman-temannya.

"Mama juga nggak tau, kenapa! Kalau memang kamu nggak boleh main sama Keanu, ya sudah kamu main disini aja sama Mama."

"Tapi, teman-teman aku yang lain main disana semua."

Vania merasa kasihan dengan anaknya yang masih berusia lima tahun itu, andai saja Vania punya uang yang banyak, bisa mengajak Arzan jalan-jalan ke tempat yang Arzan suka, pastinya ia akan mengajaknya jalan-jalan untuk menghilangkan kesedihannya.

"Kamu mau ikut Mama jalan-jalan nggak? Nanti Mama mau ke Mall sama Tante Vika."

"Mau! Aku mau ikut."

"Yaudah jangan sedih! Sekarang, kita makan dulu yuk!" Ajak sang mama. Wajah Arzan pun langsung terlihat ceria saat Vania mau mengajaknya jalan-jalan.

Vania menyuapi anak semata wayangnya itu sambil ngobrol dengannya. Kasihan, Arzan merasa kesepian, hanya Vania yang bisa menghiburnya. Vania berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan mencari uang lagi untuk bisa membahagiakan Arzan.

Sudah masuk waktu ashar, Vania beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu, lalu menunaikan sholat ashar. Setelah itu ia pun bersiap-siap untuk pergi. Vania memakai dress lengan pendek dengan panjang di bawah lutut, lalu ia memoles wajahnya dengan makeup tipis-tipis, sedangkan rambutnya ia ikat ke belakang.

"Mama cantik banget!" Puji Arzan. Ia sudah lama tidak melihat Vania berdandan seperti itu.

Vania dan Arzan sudah siap, mereka sedang menunggu kedatangan Vika yang akan menjemputnya.

Tin ... Tin ...

Vika baru saja datang, ia membunyikan klakson mobilnya.

Tristan dan Yurika yang sedang duduk di teras rumahnya, melihat adanya mobil yang terparkir di rumah orang tuanya.

"Mobil siapa itu?" Tanya Yurika.

"Nggak tau tuh!"

Yurika mengira itu adalah tamu Ibu Rani atau Ayah Irwan. Vika pun keluar dari mobilnya, lalu mata Yurika menyorot tajam ke arah Vika, ia ingin sekali mengetahui siapa wanita muda itu.

"Assalamualaikum." Salam Vika.

"Waalaikumsalam." Jawab Vania.

Vika bersalaman dan cipika-cipiki pada Vania, lalu langsung mengajaknya pergi. Saat Vania dan Arzan menaiki mobil itu, Yurika dan Tristan memperhatikan mereka, 'itu siapa? Vania dan Arzan mau kemana?' Batin Tristan bertanya-tanya.

Cuaca hari ini sangat cerah, matahari masih menampakkan dirinya pada sore hari. Vika sudah mengendarai roda empatnya itu menuju ke Mall yang berada di kawasan Jakarta Selatan.

"Arzan, senang ya diajak jalan-jalan?" Tanya Vika sambil menyetir mobilnya.

"Seneng banget, karena sejak Papa meninggal, udah nggak pernah diajak jalan-jalan lagi." Jawab Arzan.

Vika merasa iba pada Arzan, ia pun senang mengajak Arzan pergi.

"Oh iya, yang nanti datang siapa aja?" Tanya Vania.

"Aku juga belum tau sih siapa-siapa aja. Semoga aja banyak, karena kangen juga kan udah lama nggak ketemu."

"Iya."

Vania juga rindu dengan teman-temannya. Semenjak memutuskan untuk menikah, ia tidak pernah sekalipun pergi dengan teman-temannya, kegiatannya hanya di rumah saja mengurus anak dan suaminya.

Akhirnya sampailah di Mall, Vania membangunkan Arzan, karena Arzan tertidur pulas, lalu ia turun dari mobil. Setelah itu Vania, Arzan dan Vika pun masuk ke dalam Mall.

Vania mengikuti langkah Vika, mereka menuju ke sebuah Resto. Setelah sampai di Resto, ternyata sudah berkumpul beberapa orang teman Vania, Vania pun bersalaman pada mereka, ada yang membawa keluarga dan ada yang tidak. Tiba-tiba Vania tersentak melihat wajah yang pernah membuat ia trauma, wajah itu tidak pernah hilang dari ingatannya, sampai kapan pun Vania selalu mengingatnya.

Vania membuang muka, ia tidak ingin memandang laki-laki itu, saat laki-laki yang bernama Wildan itu ingin bersalaman dengannya, Vania tidak menanggapinya.

'Kenapa harus ada dia disini?' Batin Vania. Karena ia merasa tidak nyaman dengan laki-laki bernama Wildan itu.

Setelah sekian lama, akhirnya Wildan Bratajaya bertemu dengan Vania, seorang cewek yang pernah di bullynya semasa sekolah dulu. Wildan terkesima dengan Vania yang sekarang sudah banyak berubah, Vania terlihat cantik dan anggun, tidak seperti jaman sekolah dasar yang kulitnya hitam, pakaiannya dekil dan rambutnya berantakan.

Wildan yang seorang youtuber dan juga pengusaha kuliner diusianya yang ke dua puluh lima ini, belum menikah, ia masih sibuk untuk terus meraih kesuksesannya.

"Van, ini anak kamu?" Tanya Miranda yang juga teman Vania.

"Iya Mir, ini anakku."

"Lho, suamimu mana, nggak ikut?"

"Suamiku udah nggak ada."

"Maksudnya cerai atau meninggal?"

"Meninggal."

"Oh ya ampun, maaf ya."

Waktu Erik meninggal, Vania memang tidak mengabarkan teman-temannya, karena mereka sudah lama lost contact.

Vania dan teman-temannya sedang makan bersama sambil berbincang, Vania baru tahu kalau yang mengundang kesini adalah Wildan dan Resto ini adalah milik Wildan yang baru saja buka.

Delicious Resto ini cukup mewah, makanannya pun beragam dan bagi Vania harganya cukup menguras kantong, tapi untungnya Wildan mengratiskan teman-temannya makan pada hari ini.

"Mama, makanannya enak, aku masih laper, boleh nambah nggak?" Ucap Arzan dengan polosnya.

"Sssstttt!"

"Mama, aku masih lapar!" Arzan tetap ingin nambah makan mie yang berwarna hijau dengan bumbu yang rasanya bisa memanjakan lidah.

"Arzan kenapa?" Tanya Vika, lalu semua mata tertuju pada Arzan.

"Masih lapar, Tante." Jawab Arzan yang membuat Vania malu.