"Stop Pak!" kata Yasmin menyuruh supir angkutan umum untuk menurunkannya di depan kampus negeri.
Yasmin turun dari angkutan umum dan memberikan ongkos kepada supir. Kemudian Yasmin berlari menuju ruang ujian seleksi penerima beasiswa di kampus negeri. Macetnya jalanan membuat dirinya terlambat datang, sehingga dia harus berlari dan terburu-buru menuju ruang ujian. Saat sampai parkiran kampus, Yasmin tidak sengaja menabrak cowok sombong dan emosional sehingga terjadi keributan.
BRAK!!!
"Kamu buta yah?! kalau jalan lihat-lihat dong!" teriak cowok emosional itu.
"Maaf kak, saya sedang terburu-buru karena ingin ikut ujian," jawab Yasmin.
"Oh ujian beasiswa bidik misi khusus untuk orang miskin itu? haha dasar gembel yah kamu! Pantas sih kelihatan dari pakaian yang kamu kenakan, kumuh!" ucapnya sambil tertawa terbahak meledek penampilan Yasmin.
Yasmin kesal sekali dengan perlakuan cowok tengil itu. Yasmin berjanji di dalam hati untuk tidak akan memaafkannya. Benci pada pandangan pertama pun menjalar keseluruh tubuhnya.
Pagi ini Yasmin memang memakai baju putih yang sudah usang bekas sodaranya. Yasmin benar-benar tidak punya uang untuk membeli baju putih baru untuk ujian. Jadi dia terpaksa memakainya dan sedikit pun tidak terpikir didalam benaknya jika akan terjadi hinaan seperti ini.
"Memang benar saya miskin. Tapi saya punya hati, tidak seperti kamu!" teriak Yasmin sambil meninggalkannya pergi.
"Hey tunggu! urusan kita belum selesai. jadi maksud kamu, aku tidak punya hati? Dasar tidak sopan!" teriak cowok tengil itu kepada Yasmin yang semakin lama semakin jauh dari pandangannya.
Yasmin terus berlari menuju ruang ujian seleksi beasiswa, sambil terengah-engah dia mengetuk pintu dan ijin masuk ke dalam kelas.
"Permisi Bu, maaf saya datang terlambat," ucap Yasmin pada ibu pengawas yang ada di kelas itu.
"Kamu tidak lihat sekarang sudah jam berapa? sepuluh menit lagi ujian seleksi beasiswa ini akan berakhir. Lebih baik kamu pulang saja! Ini beasiswa hanya untuk mahasiwa mahasiswi yang rajin dan disiplin."
"Jadi maksud ibu? saya tidak boleh ikut ujian? saya mohon bu beri saya kesempatan," tanya Yasmin sambil memohon.
Ibu pengawas itu menutup pintu kelas dan meninggalkan Yasmin di depan pintu. Yasmin sangat sedih sekali, semua ini karena ulah cowok tengil tadi. Kalau saja cowok itu tidak membuat keributan, pasti Yasmin bisa mengikuti ujian.
Kring ... Kring ... kring
Suara nada panggilan masuk dari ponsel Yasmin menyadarkanya dari lamunan. Dini kakak kelas Yasmin sewaktu sekolah menengah atas menelponnya.
"Halo Yasmin? kamu dimana? sudah selesai kan ujiannya?" tanya Dini melalui ponselnya.
"Saya ada di dekat parkiran kampus kak. Saya datang terlambat, jadi saya tidak diijinkan masuk kelas untuk mengikuti ujian seleksi."
"Ya ampun, saya ikut bersedih. Ayo kita bertemu! Saya tunggu di kantin kampus yah!"
"Baik kak saya akan segera kesana."
Rara menutup telponnya dan berjalan menuju kantin kampus untuk bertemu Dini.
***
Saat di kantin tidak sengaja Yasmin melihat cowok tengil yang tadi pagi mengatainya gembel. Salah seorang teman kampusnya memanggiln cowok tengil itu dari kejauhan. Dari situlah Yasmin tahu kalau cowok sombong itu bernama Rangga.
"Rangga! Woy! kamu kemana saja? Ini Lita dari minggu lalu nyariin kamu," kata teman laki-laki Rangga sambil membawa cewek cantik dan seksi menghampirinya.
"Rangga."
"Lita? ngapain kamu kesini? kita sudah tidak ada urusan lagi," ucap Rangga.
"Kamu jangan begini dong! Tapi saya masih mencintai kamu, saya tidak ingin kita berpisah. Mari kita bicarakan secara baik-baik. Jangan menjauh dan menghindar seperti ini," kata Lita sambil memegang tangan kanan Rangga.
"Apa lagi yang harus dibicarakan? memangnya kamu mau berhenti menjadi penyanyi dangdut? tidak kan? kamu lebih memilih karir kamu dibanding aku?" geram Rangga sambil melepas genggaman tangan Lita.
"Ya tapi tolong dong kamu support bakat aku, kamu kan tahu dari kecil aku ingin sekali jadi penyanyi dangdut terkenal," jawab Lita berusaha menjelaskannya.
Belum juga selesai melihat adegan sepasang kekasih itu, Yasmin dikagetkan dengan suara teriakan yang memanggil namanya.
"Yasmin! Yasmin! sini! ngapain kamu diem disitu?" seru Dini memanggil lala yang sedari tadi malah asik berdiri mematung.
"Eh. KaK Dini sudah di kantin ternyata hehe," jawab Yasmin sambil berjalan menuju tempat dimana Dini duduk dan menyantap makanannya.
"Sudah dari tadi. Kamu mau pesen makan apa? biar kita ngobrol sambil makan bersama."
"Gratis kak hehe," canda Yasmin.
"Iya tenang saja gratis."
"Kal Dini tahu saja kalau saya ngga punya uang," jawab Yasmin sambil tertawa.
Kemudian Yasmin memesan makanan. Sambil menunggu pesanan datang Yasmin bercerita pada Dini tentang nasib perkuliahannya.
"Kak kayanya aku akan daftar kuliah reguler saja, aku gagal dapat beasiswa, nanti bantu aku cari kerja paruh waktu ya kak!" pinta Yasmin tanpa sungkan karena sudah menganggap Dini seperti kakak kandungnya sendiri.
"Iya kamu tenang saja! Tuh lihat! cafe deket kampus itu katanya lagi butuh pelayan. Kamu bisa coba melamar kesitu," jawab Dini sambil menunjuk cafe disebrang jalan dekat kampus.
"Serius kak? oke deh habis makan aku akan coba kesitu. Makasih yah kak selalu bantu aku, makasih juga makan gratisnya hehe," ucap Yasmin.
"Sama-sama. Semangat yah kuliahnya! kalau butuh bantuan jangan sungkan, nanti aku akan bantu."
Dini adalah kakak kelas Yasmin sewaktu sekolah. Mereka kenal karena pernah satu organisasi. Dulu mereka berdua ikut ekstrakulikuler seni musik, dari dulu mereka memang sudah akrab, sikap Dini yang selalu baik dan mau menolong membuat Rara merasa nyaman. Meski sudah lulus lebih dulu dari sekolah menengah atas, Yasmin tetap menjaga hubungannya dengan Dini.
Bahkan Yasmin meminta bantuan Dini untuk membuat impiannya bisa kuliah terwujud. Jadi Dini menyuruhnya untuk ikut seleksi ujian beasiswa bidik misi khusus mahasiswa dan mahasiswi yang tidak mampu. Sialnya, Yasmin gagal mengikuti ujian dan Yasmin tidak diberi kesempatan oleh pihak kampus untuk melakukan ujian susulan. Jadi harapannya pupus untuk mendapatkan biaya kuliah secara gratis dan Yasmin memutuskan untuk kuliah lewat jalur biasa. Sehingga dia sangat membutuhkan pekerjaan paruh waktu untuk biaya kuliahnya.
Setelah selesai bertemu dengan Dini, Yasmin mengajak Dini untuk menemaninya ke cafe untuk mencari lowongan kerja. Namun Dini tidak bisa menemaninya karena harus masuk kelas. Akhirnya Yasmin memberanikan diri untuk pergi sendiri.
"Kak mau temani aku ke cafe untuk cari informasi lowongan kerja?" tanya Yasmin pada Dini yang sedang siap-siap masuk kelas.
"Maaf yah, tapi sekarang aku harus masuk kelas dulu."
"Oh iya kak tidak apa-apa. Ya sudah kalau gitu aku akan pergi sendiri saja."
"Aku pergi dulu yah! kamu hati-hati dan good luck! bye!" teriak Dini sambil melambaikan tangannya pada Yasmin.
Teriakannya itu menjadi perhatian banyak orang dan Rangga pun melihatnya.