Chereads / I AM YASMIN TABITHA / Chapter 8 - Gosip

Chapter 8 - Gosip

PLAK!!!

Tamparan kuat mendarat di pipi Rangga setelah dia melepaskan pagutan mesranya. Jantung Yasmin berdegup kencang dan khawatir pada dirinya sendiri. Dia hanya sedang teringat ucapan Lita, mantan pacar Rangga yang beberapa minggu lalu memberinya peringatan. Bahwa harus berhati-hati terhadap Rangga karena dia adalah lelaki liar. Dia jadi takut kalau Rangga akan merenggut kesuciannya seperti apa yang dibilang oleh Lita.

"Aww ... sakit! kenapa kamu menampar aku? dasar wanita aneh!" keluh Rangga sambil mengelus pipinya.

"Aku tidak suka kamu mengecup bibirku! lupakan semua ini dan anggap kita tidak pernah melakukannya!" ucap Yasmin dengan muka yang memerah.

"Kenapa? tapi kita sama-sama menikmatinya."

"Jangan pernah lakukan itu lagi. Aku tidak suka. Aku benci kamu!" teriaknya sambil mengeluarkan air mata dan terus memegang bibirnya yang sudah terkena kecupan.

Amarah Yasmin redam saat Ibu Anisa sudah pulang belanja dan masuk ke dapur. Dia tidak ingin siapapun tahu apa yang telah terjadi antara dirinya dan Rangga. Dia berusaha sabar dan menganggapnya tidak terjadi apa-apa. Namun Rangga sebaliknya, dia merasa sangat bahagia karena sudah berhasil mengecup Yasmin. Dia akan selalu mengingat peristiwa ini.

"Wow dapurnya sudah bersih. Terimakasih Yasmin sudah membantu pekerjaan ibu," kata Ibu Anisa sambil melihat sekeliling dapur.

"Sama-sama Bu, dapurnya Rangga yang bersihin Bu, bukan dia," celetuk Rangga mencari gara-gara.

"Masa sih Ibu ngga percaya," jawab ibunya sambil tersenyum.

Melihat wajah Yasmin yang kesal, Ibu Anisa berusaha menenangkannya dan meminta maaf atas kelakuan anaknya yang selalu saja membuat dia emosi dan naik darah.

Sudah pukul sembilan pagi, waktunya cafe di buka. Yasmin beserta pegawai lainnya mulai menata cafe dan bekerja sesuai tugasnya masing-masing. Pelanggan satu persatu berdatangan untuk memesan sarapan pagi. Cafe ini termasuk cafe yang paling ramai pengunjung di sekitar kampus, selain tempatnya nyaman juga disediakan wifi gratis. Jadi mahasiswa penggemar online kuat berlama-lama nongkrong di cafe ini. Termasuk kedua sahabat Yasmin, Dini dan Tami, mereka suka sekali nongkrong di sini untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah.

Yasmin yang sedang sibuk mengantar pesanan kepada para pembeli, dikagetkan dengan kedatangan Tami dan Dini. Dini yang super jail menepuk punggung Yasmin sehingga membuatnya kaget. Dia pikir itu adalah Rangga, jadi dia sedikit emosi.

"PLAK!"

Dini menepuk punggung Yasmin tanpa berkata sepatah kata pun.

"Ih jangan ganggu aku lagi! mau kamu apa?" teriak Yasmin sambil menoleh kebelakang dan kaget ternyata itu bukan orang yang dia maksud.

"Ih kok galak?" kata Tami meledek.

"Emosi yah? kamu kenapa? siapa yang gangguin kamu?" ledek Dini sambil tertawa terbahak.

"Eh kalian. Maaf aku pikir kalian cowok nyebelin itu."

"Siapa?" tanya Tami.

"Rangga yah?" tanya Dini.

Yasmin mengangguk.

"Kalian mau pesan apa? dilarang numpang wifi gratis kalau tidak pesan makanan disini ya!" tegas Yasmin.

"Baiklah. Aku pesen roti bakar dan es teh manis hangat," celoteh Dini yang selalu saja suka bercanda.

"Hah? es teh manis hangat? jadi mau pesen es atau hangat?" geramnya kesal.

"Pantas ya Rangga selalu menggoda kamu, hidup jangan terlalu serius jadi gampang marah haha," kata Dini sambil tertawa.

"Senyum dong!" ledek Tami sambil menarik kedua pipi Yasmin agar tersenyum.

"Ih kalian mirip Rangga sama saja menyebalkan! ayo dong serius pesen apa, aku banyak kerjaan nih, masa harus ngelayanin kalian terus!" ucap Rara sambil siap-siap menulis pesanan.

"Baiklah. Aku pesan air mineral dan kebab," jawab Tami.

"Aku pesan es teh manis dan roti bakar," jawab Dini.

"Oke tunggu yah!"

Yasmin mencatat semua pesanan teman-temannya dan kemudian masuk ke dapur untuk memberi tahu Dinda sang koki cafe tentang beberapa list pesanan yang sudah dia tulis. Dia menunggu pesanan dibuat dan berdiri di depan kasir sambil menunggu pelanggan lainnya berdatangan. Tiba-tiba dia tidak sengaja mendengar mahasiswa tingkat atas entah dari jurusan apa berbicara tentang keburukan Tami. Namun, Yasmin berusaha menepisnya dan berpikir posirif, mungkin yang dimaksud bukan Tami teman baiknya.

"Kamu tahu tidak? kemarin saat aku nonton bioskop dengan pacarku, aku melihat Tami bergandengan dengan om-om sangat mesra."

"Tami anak jurusan ekonomi itu, adik kelas kita?"

"Iya. Ngga nyangka seleranya tua."

"Maksud kamu pacar Tami sudah tua?"

"Iya. Lebih cocok jadi ayahnya."

"Mungkin itu ayahnya bukan pacar."

"Ngga mungkin, mereka mesra bukan seperti anak dan ayahnya."

"Ih serem. Jangan-jangan Tami jadi simpanan om-om."

"Bukan om-om malah seperti kakek-kakek tua banget haha."

Mendengar kata "Tami dari jurusan ekonomi", tiba-tiba hati Yasmin jadi yakin kalau yang mereka maksud adalah memang benar Tami sahabatnya. Dia benar-benar kaget kalau Tami seperti itu. Mereka memang baru bersahabat sejak awal kuliah, jadi wajar saja kalau Yasmin belum banyak tahu tentang Tami. Dia akan mencari tahu kebenarannya sendiri, dia tidak mau percaya begitu saja dengan orang lain.

Pesanan sudah matang. Saatnya Yasmin memberikannya pada pembeli yang sudah lama menunggu. Tidak lupa juga membawa pesanan Tami dan Dini. Dalam benak hatinya, ingin sekali dia bertanya tentang pacarnya Tami, namun dia tidak berani. Dia khawatir akan menyinggung perasaan Tami, dia juga tidak mau hubungan persahabatannya rusak hanya gara-gara masalah ini. Dia yakin dengan berjalannya waktu dia akan tahu kebenarannya.

"Selamat menikmati!" ucap Yasmin sambil meletakan pesanan Tami dan Dini ke atas meja.

"Wah terimakasih pelayan cantikku," rayu Dini.

Kali ini Yasmin tidak lagi cemberut, malah tersenyum karena Dini memujinya. Setelah itu Yasmin kembali bekerja sambil mengamati Tami karena masih penasaran.

Saat sedang menikmati sarapannya, ponsel Tami berbunyi. Itu panggilan masuk dari kekasihnya. Namanya Alex, laki-laki dewasa yang sudah berumur namun belum menikah.

"Hallo sayang. Ada dimana? aku mau kasih sesuatu buat kamu. Aku kesitu yah?" terdengar suara manis dari ponsel.

"Aku ada di cafe samping kampus. Iya. Silahkan datang kesini," jawab Tami.

Beberapa menit kemudian Alex datang ke cafe dan menemui Tami. Mata Yasmin terbelalak melihatnya dari meja kasir, laki-laki dewasa itu tampan tidak seperti yang di gosipkan kakak tingkatnya tadi. Dia hendak berlari mendekati Tami agar bisa kenal dengan pacarnya, namun langkahnya terhenti saat kakak kelas itu bergosip lagi.

Kakak kelas itu makan di dalam cafe sementara Tami dan Dini ada di teras depan cafe. Yasmin pun menghentikan langkahnya untuk mendengarkan kembali gosip tentang Tami, sahabatnya itu.

"Eh teman-teman lihat itu! Kamu bilang Tami pacaran dengan kakek-kakek? Lihat laki-laki itu memberikannya bunga dan hadiah, dia laki-laki yang tampan menurutku."

"Lelaki yang kemarin nonton bioskop dengan dia bukan laki-laki itu! ternyata Tami benar-benar wanita jalang! Pacarnya tidak hanya satu."