Chereads / I AM YASMIN TABITHA / Chapter 4 - Merayu Musuh

Chapter 4 - Merayu Musuh

Rangga menggunakan kesempatan emas ini untuk mencari tahu siapa nama gadis cuek yang sudah membuatnya jatuh cinta itu. Rangga berharap setelah kejadian ini, Yasmin mau membuka hati untuk Rangga. Rangga berbisik kepada Anton agar Yasmin terlebih dahulu memperkenalkan dirinya. Anton mengangguk tanda setuju dengan gagasan yang diberikan Rangga.

"Baiklah sebelum dimulai hukumannya coba perkenalkan diri kamu terlebih dahulu agar kita semua disini bisa tahu siapa kamu!" perintah Anton saat Yasmin sudah berdiri di depan kelas dengan wajah jutek.

"Perkenalkan nama saya Yasmin Tabitha. Hobi saya menulis cerita romantis. Saya hanya anak kampung yang sedang ingin menggapai cita-citanya," ucap Yasmin singkat dan Rangga tersenyum manis menatapnya dari dekat.

"Oh namanya Yasmin Tabitha," gumamnya dalam hati sambil tersenyum.

Anton sahabatnya seperti menangkap kode-kode cinta dari Rangga dan sejak saat itu Anton tahu kalau Rangga sedang jatuh cinta pada Yasmin. Sepontan Anton memberikan pertanyaan seputar masalah percintaan pada Yasmin, Rangga sangat terkejut karena itu di luar dugaannya.

"Oh nama kamu Yasmin. Oke Yasmin bye the way kamu punya pacar belum? terus tipe cowok idaman kamu kaya gimana sih?" tanya Anton lagi-lagi membuat suasana kelas gaduh karena semua mahasiswi dan mahasiswa di kelas bersorak geli.

"Belum kak. Saya belum punya pacar. Lagian ngga akan ada yang mau kak sama gembel seperti saya," jawab Yasmin sambil melirik Rangga dan berniat menyindir.

"Ah kamu cantik kok, pasti banyak laki-laki yang mau sama kamu. Memangnya gimana tipe cowok idaman kamu?" kata Anton mengulang pertanyaannya karena Rara belum menjawabnya.

"Tipe cowok? simpel kak. Yang penting setia dan mau nerima saya apa adanya."

Setelah Anton puas menanyakan banyak hal pada Yasmin. Kemudian barulah Anton memerintahkan Yasmin untuk membuat rayuan manis untuk Rangga.

"Pantesan mendung ya kak," kata Yasmin memulai rayuanya pada Rangga.

"Emang kenapa?" jawab Rangga.

"Kan mataharinya ada di hadapan saya," kata Yasmin sambil menatap Rangga.

"Cie cie lagi ... lagi!" jawab semua penghuni kelas dengan kompak karena sudah di komando Anton.

"Kamu mantan pencuri yah?" kata Yasmin melanjutkan rayuan receh ala dirinya.

"Kok tahu??" jawab Rangga.

"Ya tahu. Karena kamu sudah berhasil mencuri hati ku," jawab Yasmin sambil tersenyum dan senyumannya dibalas oleh Rangga.

Anton mematikan rekaman ponselnya yang sedari tadi asyik merekam adegan romantis Yasmin dan Rangga. Kemudian menyuruh seluruh mahasiswa memberikan tepuk tangan yang meriah kepada Yasmin, karena dia sudah berani merayu Rangga. Dia sudah berusaha mempertanggung jawabkan kesalahannya karena tidak membawa persyaratan OSPEK hari ini.

"Terimkasih Yasmin. Silahkan duduk kembali!" kata Anton.

***

Saat waktu istirahat tiba, Rangga melihat Yasmin seorang diri di dalam kelas. Dia terlihat sedang sibuk menulis di buku diarynya. Rangga tahu pasti dia tidak punya uang untuk ke kantin, jadi Rangga inisiatif untuk membelikannya sebotol air mineral dan sebungkus roti.

"Hay Yasmin. Maaf mengganggu, boleh aku duduk?" tutur Rangga dengan sopan tidak seperti biasanya.

"Silahkan kak," jawab Yasmin yang mulai luluh dengan sikap sopannya.

"Aku cuma mau kasih ini, minumlah!" kata Rangga sambil menyodorkan plastik mini market berwarna putih.

"Ya ampun, repot-repot sekali kak. Terimakasih. Tahu saja kalau saya lagi haus hehe saya minum ya kak?" jawaban Yasmin benar-benar membuat Rangga tersenyum bahagia.

"Kenapa kamu tidak pergi keluar bersama teman-teman?"

"Saya belum punya teman kak hehe lagian memangnya siapa yang mau berteman dengan gembel seperti saya," jawab Yasmin penuh rendah hati.

"Siapa bilang. Aku mau kok jadi teman kamu," kata Rangga menatap Yasmin penuh keseriusan.

"Serius kak???" ucap Yasmin masih tidak percaya.

Saat Yasmin sedang menunggu jawaban dari Rangga, tiba-tiba saja ada suara tepuk tangan dari depan pintu yang membuat Yasmin terkejut. Lita, mantan pacarnya Rangga datang menghampiri mereka dan berkata mengada-ngada.

"Serius kamu bilang? jangan mimpi! jangan terlalu percaya diri! Rangga itu hanya menjadikan kamu sebagai taruhan dan sekarang Rangga menang karena berhasil membuat kamu luluh," kata Lita dengan nada lantangnya.

"Ini bohong. Tolong jangan percaya! aku ngga jadikan kamu sebagai taruhan kok sumpah," kata Rangga berusaha meyakinkan hati Yasmin, namun dia tidak percaya.

"Jangan munafik kamu Rangga! aku tahu banget siapa kamu. Lagian Yasmin itu bukan tipe kamu kan? kamu kan dari dulu juga suka cewek yang seksi dan montok kaya aku gini. Terserah kamu ya mau percaya atau tidak, yang penting aku sudah kasih tahu biar kamu tidak sakit hati kedepannya," jawab Lita meyakinkan Yasmin.

"Jahat yah kamu! harusnya dari awal aku sadar. Laki-laki sombong seperti kamu tidak mungkin bisa berlaku sopan pada wanita! dan ternyata benar sekarang aku sedang dipermainkan! Aku benci kamu!!!" teriak Yasmin sambil melempar air mineral yang tutupnya terbuka ke tubuh Rangga sehingga baju Rangga basah. Kemudian dia pergi meninggalkan kelas dan pergi menuju cafe tempat dirinya bekerja. Hari ini dia memutuskan untuk tidak mengikuti kegiatan OSPEK sampai selesai.

Sampai di cafe Ibu Anisa bertanya heran, padahal belum waktunya jam kerja tapi Yasmin meminta ijin untuk bekerja lebih awal.

"Permisi bu, saya mulai kerja sekarang yah bu," Pinta Yasmin.

"Memangnya kamu tidak kuliah? katanya ada kegiatan OSPEK hari ini dan kamu akan masuk jam dua siang? sekarangkan masih jam sebelas loh."

"Memang masih OSPEK bu, tapi saya memutuskan untuk pulang karena ada seseorang yang melukai hati saya. Saya sedih sekali bu, saya pikir dia benar-benar tulus mau berteman dengan saya tapi ternyata saya hanya dijadikan sebagai bahan taruhannya saja."

"Ibu mengerti perasaan kamu. Sepertinya kamu sedang emosi. Beristirahatlah dulu di ruang belakang. Nanti kalau sudah jam 2 baru mulailah pekerjanaan kamu," saran dari Ibu Anisa pemilik cafe.

"Baik bu, saya pamit ke ruang belakang."

Ruang belakang adalah ruang istirahat khusus untuk para pelayan cafe, ruangannya tidak begitu luas hanya berukuran 2x1 meter lebih kecil dari kamar Yasmin. Namun Ruangan ini sangat bersih dan nyaman. Hanya ada kasur lantai dan kipas angin yang menempel di dinding. Di ruang ini dia menangis seorang diri, dia sangat merasa kecewa sekali. Dia merasa bahwa dirinya sangat bodoh.

"Ya Tuhan. Bodohnya aku! harusnya dari awal aku sadar diri. Aku hanya orang miskin, sementara kak Rangga adalah orang nomor satu di kampus, dia tampan, kaya dan populer. Mana mungkin dia akan tertarik dengan wanita miskin seperti diriku," keluh Yasmin sambil menangis.

Di tengah tangisannya, Yasmin tidak sengaja mendengar ada suara laki-laki yang sedang berbicara dengan Ibu Anisa. Dia mengusap air matanya dan mengintip keluar.