Chereads / Cinta Terikat Masa Lalu / Chapter 21 - Dibuat Baper

Chapter 21 - Dibuat Baper

Lina berteriak histeris saat melihat Adel masuk ke ruang kelas dengan tubuh basah kuyup,

walaupun telah dilapisi oleh jaket pinjaman dari Revan namun ia tetap terlihat basah kuyup

dan akan sulit baginya mengikuti pelajaran dalam kondisi yang seperti itu.

"Kamu kenapa, Adel?" teriak Lina segera berlari ke arah temannya itu.

"Gue nggak papa," jawab Adel, namun Lina tidak mungkin percaya begitu saja dengan

ucapan Adel.

Lina masih menuntut penjelasan kepada Adel hingga gadis itu menceritakan kejadian sesungguhnya yang baru saja ia alami. Wajah Lina berubah menjadi merah padam saat

mendengar cerita dari Adel.

Tangannya mengepal ingin sekali membalas dendam kepada Bianca saat ini juga.

"Gue akan habisi tuh anak!" ucap Lina yang langsung dicegah Adel dengan menarik lengan gadis itu yang hampir beranjak dari tempat duduknya.

"Apalagi sih, Del. Dia itu sudah keterlaluan, bagaimana jika tadi nggak ada Revan, mau jadi apa lo?" teriak Lina. Gadis itu kesulitan mengendalikan emosinya, hal ini yang membuat Adel kadang sungkan untuk bercerita kepada sahabatnya ini.

"Lo tenang dulu, Lin. Gue baik-baik saja," ucap Adel meyakinkan Lina.

"Itu Revan ngapain kesini?" tanya Lina membuat tatapan mata adel mengikuti arah tatapan sahabatnya itu.

Adel menatap seorang laki-laki yang berjalan ke arahnya, laki-laki itu meletakkan sebuah seragam olahraga tepat di hadapan Adel.

"Kamu harus ganti pakai seragam itu, agar tidak masuk angin!" Perlahan tangan Adel meraih seragam pemberian Revan dan beranjak pergi ke kamar mandi.

"Gue ikut, Del!" teriak Lina segera beranjak dan berlari menyusul Adel yang telah berjalan terlebih dahulu.

***

Pelajaran yang mereka ikuti semakin padat dan tidak ada lagi jam kosong seperti yang Lina harapkan, karena kelas dua belas sebentar lagi akan melaksanakan ujian para guru sedang mengupayakan untuk memberi kelas tambahan untuk para siswa kelas dua belas agar mereka bisa belajar dengan maksimal.

Hal ini justru membuat Lina sangat kesal karena waktunya banyak tersita di dalam sekolahan dan belajar, Adel hanya terkekeh geli saat melihat wajah suntuk Lina yang seharian tidak bisatersenyum barang sedikitpun karena padatnya pelajaran dan tugas yang menumpuk.

"Jangan pasang muka kaya gitu dong, Lin. Entar Bang Arka takut lihat lo!" ucap Adel. Saat ini mereka berdua sedang berjalan menyusuri lorong sekolah menuju parkiran.

Hari ini Lina dengan senang hati menawarkan diri untuk mengantar Adel sampai rumah, walaupun hal ini sering dilakukan oleh Lina tetap saja Adel merasa tidak enak pada

sahabatnya itu karena terlalu sering nebeng.

Arka lagi-lagi tidak bisa menjemputnya karena jam pulang mereka yang berbeda membuat Adel harus pulang sendiri.

Lina melajukan motornya dengan Adel yang membonceng dibelakangnya, tak lama motor yang mereka kendarai telah menepi ke sebuah pekarangan.

Adel mengintip rumahnya yang sepi, Arka belum pulang kuliah sementara Mamanya masih bekerja. Hal ini membuat Lina merasa leluasa berada di rumah Adel.

"Lo, laper nggak?" tanya Adel yang dijawab anggukan kepala oleh Lina.

"Kita bikin kue aja yuk!" ajak Lina bersemangat. Kedua gadis itu segera berganti pakaian dan segera menuju ke dapur, seperti biasa Lina meminjam pakaian Adel agar ia merasa nyaman saat berkutat dengan alat-alat dapur di rumah Adel.

Mereka berdua segera tenggelam dalam kegiatan yang sedang mereka lakukan, dalam hal ini Adel sangat mengandalkan Lina, walaupun gadis itu terlihat tomboy namun kemampuannya dalam memasak tidak perlu lagi diragukan.

Adel hanya sesekali membantu mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan oleh Lina selama gadis itu sedang membuat adonan.

Setelah hampir tiga puluh menit berkutat akhirnya adonan kue telah masuk ke oven dan tinggal menunggu kue itu mengembang dengan baik.

"Menurutmu bagaimana nanti hasilnya?" tanya Lina sedikit khawatir.

"Pasti enak seperti biasa, memang apa yang kamu khawatirkan?" tanya Adel pada Lina yang sedang mengintip kuenya di dalam oven.

"Kurasa aku tadi sedikit salah memasukkan resepnya," ucap Lina pelan.

"Tidak akan jadi masalah, pasti rasanya akan sangat enak," ucap Adel meyakinkan sahabatnya itu.

Kedua gadis itu menoleh ke arah pintu saat mereka berdua mendengar suara sebuah mobil yang memasuki pekarangan.

"Itu pasti Kak Arka," ucap Lina sangat antusias dan segera berjalan cepat menuju depan rumah.

"Hai, Abang!" teriak gadis itu saat melihat Arka keluar dari mobil.

Arka tersenyum saat melihat jika bukan Adel yang menyapanya.

"Ngapain lo ke sini?" balas laki-laki itu membuat Lina mengerucutkan bibir.

"Jangan jahat begitu kenapa, sih? Nanti nggak aku kasih kue buatanku baru tau rasa!"

BRUKK

"Akhh," pekik Lina saat ia menabrak punggung keras Arka yang tiba-tiba berhenti melangkah.

"Bang, lo mau bikin jidat gue benjol?" teriak Lina.

"Kamu bikin kue?" tanya Arka membalikkan tubuhnya agar bisa menatap Lina.

Gadis itu dapat melihat dengan jelas raut wajah antusias dari Kakak sahabatnya itu.

"Iya, tetapi aku tidak mau berbagi sama Bang Arka!" ucapan Lina membuat wajah antusias itu hilang seketika digantikan raut memelas.

"Ya ampun, Dek. Jangan begitu sama Abang, tadi cuma bercanda doang, mana kuenya? Sudah matang?" tanya Arka membuat Lina menghela napas kesal. Arka memang salah satu orang yang menjadi penggemar masakannya maka dari itu tidak heran lagi jika ia sangat antusias setelah mendengar Lina membuat kue.

"Halah, giliran ada mauya sok manis begitu," ucap Lina ketus.

"Ayolah!" ucap Arka merajuk.

"Cepat ganti baju dan bersihkan dirimu terlebih dahulu!" teriak gadis itu mengusir Arka agar segera pergi dari hadapannya.

Sementara Lina kembali ke dapur dan membantu Adel mengangkat kue yang dari dalam oven, kedua pasang manik gadis itu berbinar menatap cheese cake yang mengembang sempurna di dalam cetakan.

"Sepertinya enak banget, Lin." Adel sudah tidak sabar untuk mencicipi kue yang berada di hadapannya.

"Sabar, Adel. Topingnya belum di kasih nih," ucap Lina kesal saat Adel sudah mengarahkan pisau roti untuk memotong kue itu.

"Hahaha, sorry, Lin. Sudah laper banget nih!" jawab Adel.

Lina memberi toping susu coklat di atas kue dan menaburinya dengan meses, membuat tampilan kue itu semakin terlihat menggoda. Gadis itu mengambil alih pisau dari tangan Adel dan mulai memotong cheese cake yang sudah dibalut dengan susu coklat dan ditaburi meses itu.

"Hmt, enak !" uap Adel setelah mencomot satu potong kue yang belum selesai di potong oleh

Lina.

"Ya ampun, nih anak gak bisa sabar sebentar apa? Baru dipotong belum selesai sudah di comot duluan," gerutu Lina membuat Adel tertawa.

Adel segera berlari menuju kamar dengan membawa sepotong besar kue buatan Lina sebelum mendapat gerutuan dari sahabatnya itu lagi.

"Astaga, nggak kakak nggak adik sama saja!" kesal Lina saat melihat Arka tiba-tiba mencomot kue yang baru saja ia tata di piring.

Arka hanya tertawa terbahak-bahak melihat wajah merah padam Lina yang justru terlihat imut baginya. Tanpa sadar Arka mencubit pipi gadis itu membuat Lina terbelalak.

"Afhaa hyang khamfu lakukan?" ucap Lina tidak jelas karena pipinya ditarik oleh Arka.

"Kamu imut banget! Hahaha." Tanpa sadar ucapan Arka membuat pipi Lina bersemu merah dan menghangat.

"Eh, kok pipimu tiba-tiba hangat, kamu lagi demam?" tanya Arka langsung menyentuh kening Lina memastikan gadis itu sungguhan demam atau tidak.

Namun Lina segera menyingkirkan tangan Arka dari wajahnya karena ia sudah tidak bisa lagi jantungnya yang hampir keluar dari sarangnya.

"Makanya jangan pegang-pegang!" ucap Lina mengalihkan tatapannya.