Adel menatap arloji di tangannya dengan malas, sesuai janji ia akan berjalan berdua dengan Daffa. Sebentar lagi ia akan dijemput oleh Daffa, namun Adel sangat risih saat kakaknya ini menatapnya dengan tajam sejak tadi seolah ia tidak mengizinkan Adel untuk pergi.
Seketika sebuah ide muncul di kepala Adel membuat gadis itu segera menoleh kepada Arka yang duduk di teras sambil menatapnya.
"Kakak gak setuju,'kan kalau aku pergi berdua dengan laki-laki?"
"Hah?" Arka tiba-tiba terbengong saat mendengar ucapan adiknya itu. Ia sama sekali tidak paham mengapa Adel bertanya seperti itu.
"Iya,'kan? Bilang saja tidak apa-apa, aku bisa kok membatalkan acara ini," ucap Adel dengan wajah antusias yang justru membuat Arka semakin terbenging.
"Aku tidak melarangmu sama sekali, hanya penasaran saja kamu ingin pergi bersama Daffa atau Revan," jawab Arka yang membuat wajah antusias Adel luntur seketika.
"Keduanya tidak menguntungkan bagiku, Kak."
Arka menaikkan sebelah alisnya mencoba mencerna apa yang Adiknya itu maksud.
"Bersama Daffa aku sudah malas bersama laki-laki itu, namun jika bersama Revan aku yakin Mama pasti tidak akan tinggal diam jika beliau tahu," jelas Adel yang membuat Arka paham akan yang dimaksud Adel, kakaknya itu pun merasa miris dengan kisah cinta Adiknya yang sangat rumit ini.
Tak lama ia menunggu sebuah motor sport hitam menepi di halaman rumah Adel, laki-laki yang ia tunggu telah sampai. Adel segera berpamitan kepada Arka dan segera berjalan mendekati Daffa.
Motor sport berwarna hitam legam itu membalaghb jalanan yang ramai, di malam minggu seperti ini banyak sekali para remaja berpasang-pasangan pergi keluar rumah. Mereka hanya sekedar berjalan-jalan, atau makan disebuah restoran, atau kumpul bersama teman-teman.
Begitu juga dengan Adel dan Daffa yang telah sampai di sebuah restoran.
"Ayo kita masuk!" ajak Daffa ingin meraih tangan Adel namun gadis itu telah berjalan terlebih dahulu sebelum Daffa meraihnya.
Drrttttt Drrttt
Adel merogoh ponselnya yang bergetar di dalam tas, gadis itu membaca pesan dari Kakaknya yang memperingatinya agar tidak pulang malam-malam.
BRUKK
"Akhhh," pekik Adel saat ia tidak sengaja menabrak seseorang.
"Ma-maafkan saya, saya tidak sengaja—"
Ucapan Adel terpotong saat melihat siapa orang yang tidak sengaja ia menabrak.
"Tidak apa-apa," jawab laki-laki itu, sementara Adel hanya mengangguk sekilas.
"Enak saja cuma minta maaf, jangan-jangan kamu sengaja menabrak pacar saya ya!" teriak seorang gadis bersuara navy membuat Adel ketika memutar bola matanya malas.
Saat ini gadis itu sangat malas berdebat dengan siapapun, ia hanya ingin kedamaian setelah semua ini selesai, namun kenyataan penderitaan seolah tidak mengizinkannya untuk pergi dan terus-terusan berada di momen yang membuat hatinya bergejolak menahan kesabaran.
"Cewek gue tidak mungkin melakukan seperti itu!" sergah Daffa membuat semua orang menoleh kepadanya.
"Wahh, kalian lagi ngedate nih? Sama aku sama Revan juga mau ngedate, ayo kita double date!" ucap Ayu setelah ia melihat Adel bersama Daffa.
"Ayo!" ucap Daffa menyetujui.
Sementara Adel dan Revan hanya menghela napas kesal melihat kelakuan pasangan mereka masing-masing.
Daffa segera menuntun Adel menuju ke sebuah meja di sudut restoran dengan empat kursi yang mengelilinginya. Daffa segera mengambil buku menu dan melihat daftar menu yang tertulis di atasnya.
"Del, kamu mau pesan apa? Seafood mau?" tanya Daffa.
"Aku—"
"Adel tidak bisa makan seafood, dia alergi!" ucap Revan ucapan Adel, sementara Daffa hanya melirik laki-laki itu sekilas dan kembali menatap daftar menu di hadapannya.
"Bagaimana dengan steak? Kamu suka,'kan, Del?" tanya lagi Daffa untuk yang kedua kali, Adel membuka mulutnya ingin menjawab pertanyaan Daffa sebelum Revan kembali bersuara.
"Steak di restoran ini dimasak setengah matang, dan Adel tidak suka daging setengah matang." Daffa menatap tajam ke arah Revan yang sejak tadi menjawab pertanyaannya untuk Adel.
"Apakah benar?" tanya Daffa kepada Adel dan gadis itu mengangguk perlahan, Daffa merasa kesal karena yang diucapkan Revan adalah benar. Sementara Revan memasang senyum smirk di bibirnya.
"Sayang, kamu mau pesan apa?" tanya Ayu menyerahkan menu kepada Revan.
"Aku mau pesan ayam geprek dua porsi, satu porsi pedas level 15 untukku dan porsi pedas level 30 untuk Adel," ucap Revan yang seketika mendapatkan tatapan tajam dari ketiga pasang mata yang berada di sekitarnya.
"Kamu apa-apaan sih, Sayang?" ucap Ayu dengan wajah merah padam.
"Dan minumnya aku ingin jus jeruk begitu pun Adel, dia juga suka jus jeruk," tambah Revan yangsekim membuat Daffa seolah ingin menonjok laki-laki di hadapannya ini.
"Adel—"
"Iya, aku mau pesan itu!" ucap Adel pelan, Revan adalah orang yang paling hafal dengan makanan kesukaan Adel.
Akhirnya mereka berempat memesan ayam geprek dan jus jeruk. Saat ini dua pasang sejoli ini menatap seporsi ayam geprek yang berada di hadapannya masing-masing. Adel segera mencuci tangan dan mulai menyantap makanannya begitu pula dengan Revan yang terlihat memilah sesuatu dari piringnya.
"Pasti level 30 masih kurang pedas,'kan? Nih, aku kasih ambal punyaku, sebagai gantinya kuambil brokoli milikmu," ucap Revan meletakkan sesendok sambal di piring Adel dan mengambil brokoli yang berada di sana.
"Kamu ngapain, hah?" teriak Daffa tidak bisa lagi menahan amarahnya karena perilaku Revan terhadap Adel.
"Santai, Bro! Adel saja tidak protes," ucap Revan membuat Daffa mengepalkan tangannya ingin menonjok Revan saat ini juga.
"Aku akan pergi dari sini jika kamu membuat keonaran!" ucap Adel yang menghentikan pergerakan Daffa, sementara gadis itu masih menyantap makanannya dengan tenang. Revan tersenyum menang mendengar ucapan Adel.
Akhirnya mereka makan dengan keheningan, hanya suara sendok beradu yang menjadi pengisi suara meja makan mereka.
"Aku ingin pulang," ucap Adel kepada Daffa.
"Kenapa cepat sekali, ayo kita berjalan-jalan ke tempat yang indah!" ajak Daffa namun menerima penolakan dari Adel.
"Kak Arka sudah mengirim pesan kepadaku untuk segera pulang karena hari sudah gelap." Adel menunjuk luar restoran yang diterangi oleh lampu dan bukan lagi matahari.
Daffa melirik arloji di tangannya, baru jam tujuh. Ini belum malam bagi Daffa, namun ia tidak ingin memaksa Adel karena Arka yang memintanya untuk tidak pulang larut malam.
"Baiklah, akan ku antar." Daffa ikut beranjak dari kursinya, namun Adel menggeleng. Ia tidak ingin diantar pulang oleh Daffa.
"Ayolah, Del. AKu yang sudah menjemputmu, dan paling tidak aku juga harus memastikan kamu kembali dengan selamat sampai rumah," ucap laki-laki itu tetap menerima penolakan dari Adel.
"Tidak perlu, aku ingin mampir ke suatu tempat terlebih dahulu!" ucap Adel segera melenggang pergi dari kursinya meninggalkan ketiga pasang mata yang menatap punggungnya menjauh.
"Sayang, kita mau ke mana setelah ini?" tanjab Ayu kepada Revan.
"Tidak perlu basa-basi, hutangku sudah lunas dan kita tidak punya hubungan apa-apa lagi!" ucap Revan segera beranjak dari kursinya.
"Tapi Revan, paling tidak antar aku pulang!"teriak gadis itu dengan sebelah tangannya yang menahan lengan Revan.
"Kamu bisa diantar sama Daffa, dia punya waktu senggang!" jawab Revan sembari menarik tangannya dari genggaman Ayu.
"Tolong ya, Bro! Antar mantan gue ini pulang, atau kalau kalian mau jalan-jalan terlebih dahulu silahkan!" ucap Revan pada Daffa dengan senyum mengembang di bibirnya.
Sementara Revan segera berlari keluar restoran, manik elangnya mencari sosok Adel yang kini sedang menghentikan taksi. Revan segera berlari menuju taksi itu.
"Apa yang kamu lakukan?" teriak Adel saat mendapati Revamn ikut masuk ke dalam taksi yang bisa ditumpangi.
"Jalan, Pak!" ucap Revan pada sopir taksi.