Adel menghela napas kesal karena Kakak dan Mamanya ini sangat cerewet terhadapnya, sudah berulang kali Arka meminta Adel untuk belajar, belajar, dan belajar. Adel sendiri sampai jenuh mendengar ocehan Arka.
Sementara Rossa pun bertingkah sama dan ditambahi nasehat-nasehat yang menurut Adel tidak perlu lagi Rossa ucapkan karena ia sudah mengulanginya berkali-kali.
"Sudah belajar lagi belum, Dek?" tanya Arka yang baru saja keluar dari kamarnya dan ikut bergabung bersama Adel di meja makan.
"Sudah, Bang." Gadis itu sampai malas karena berkali-kali menjawab pertanyaan arka yang sama setiap saat.
"Adel ini Mama buatkan masakan khusus buat kamu karena mau ujian," ucap Rossa membawa sepiring ikan yang terlihat sangat menggoda selera.
Rossa memang selalu membuat lauk dari berbagai macam ikan laut jika anaknya sedang ujian karena konon katanya jika makan makanan laut bisa menambah kecerdasan, entah benar atau tidak Adel tidak peduli ia mau saja jika Mamanya masak makanan ini karena rasanya pun enak.
"Ma, aku tidak sedang ujian apakah boleh juga minta?" tanya Arka yang juga terbuai akan aroma ikan itu.
"Tidak boleh, ini khusus untuk Adel!" ucap gadis itu dengan senyum smirk di bibirnya.
"Haha, boleh, Sayang."
"Wleee, boleh tuh, kamu saja yang pelit," ucap Arka segera mencomot satu kan paling besar membuat Adel terbelalak.
"Kak Arka, nggak boleh ambil yang ini, ini buat Adel!" Adel mengambil ikan yang sudah berada di piring Kakaknya itu.
"Yaudah kamu yang itu saja, aku yang kecil tidak apa-apa, kan lumayan ini masih satu piring untukku semua," ucap Arka menaik piring ikan.
"Tidak boleh!" teriak Adel menahan piring itu.
"Hahahaha," Arka tertawa terbahak-bahak menatap Adel yang sangat ketakutan kehilangan hidangannya.
"Kalian ini cepat sarapan nanti keburu terlambat, Arka, jangan ganggu Adikmu!" ucap Rossa membuat kedua anaknya langsung menyantap makanan mereka masing-masing.
Setelah sarapan mereka berdua segera berpamitan terhadap Rossa dan berangkat, seperti biasa Arka akan mengantar Adel menuju sekolahnya terlebih dahulu sebelum ia ke kampus.
"Kamu nanti pulang cepat,'kan?" tanya Arka yang dijawab anggukan kepala oleh Adel.
"Sepertinya jam pulang kita sama, nanti aku jemput," ucap Arka yang lagi-lagi hanya dijawab anggukan kepala oleh Adel.
"Berdoa dulu sebelum mengerjakan!" ucap lagi Arka membuat Adel menghela napas malas.
"Iya, Kak bawel. Lebih baik Kak Arka segera pergi dari sini!" ucap Adel mengusir Kakaknya, namun Arka hanya tertawa melihat adiknya yang sudah sangat kesal dengan dirinya itu.
"Kak Arka!" teriak seorang gadis yang membuat Adel menutup telinganya, siapa lagi kalau bukan Lina yang berteriak memanggil Arka sekencang itu.
"Ada apa sih? Kalau kangen tuh bilang!" jawab Arka yang membuat Lina melengos seketika.
"Pede banget, ya sudah sana pergi!" jawab Lina.
"Kesal sekali saya, sudah dua kali mendapat usiran," gerutu Arka sambil memutar kemudinya membawa mobil yang ia kendarai kembali ke padatnya jalan raya.
Sementara Adel dan Lina segera berjalan menuju ruang ujian mereka, hari pertama ujian membuat seisi sekolah terlihat tenang karena kelas sepuluh dan kelas sebelas diliburkan sementara.
***
Ujian kelulusan yang mereka jalani berlangsung selama empat hari dan selama itu pula Arka selalu bersikap protektif terhadap Adel dari segoi belajar maupun dalam keputusan Adel yang memilih kampus untuknya melanjutkan kuliah.
Hari ini adalah hari terakhir ujian, Lina keluar dari ruang ujian dengan raut wajah yang sumringah begitu juga dengan Adel dan para murid lain. Akhirnya mereka akan segera lulus dari sekolah ini dan segera beranjak ke jenjang yang lebih tinggi.
"Bagaimana, Del?" tanya Lina pada Adel yang berjalan di sampingnya.
"Bagaimana apanya?" tanya Adel tidak mengerti arah percakapan sahabatnya itu.
Lina berjalan terlebih dahulu dan mendudukkan diri di taman sekolah, sebelah tangan gadis itu memberi isyarat kepada Adel agar segera menyusulnya.
"Gue mau ngomong serius?" ucap Lina membuat Adel mengerutkan kedua alisnya bersiap memasang telinga untuk mendengarkan perkataan Lina yang katanya serius itu.
"Gue sudah menentukan pilihan jika akan mengambil salah satu fakultas di kampus yang sama seperti Kak Arka," ucap Lina antusias.
Seketika Adel tersenyum mendengar ucapan sahabatnya itu, gadis itu memeluk Lina dengan erat seolah sangat senang mendengar kabar itu dari Lina.
"Yeayyy, semoga kita bisa masuk ke sana," tambah Adel.
Manik hazel Adel menatap siswa lain yang berjalan menuju arah berlawanan dengan arah pulang membuat gadis itu menaikan sebelah alisnya bingung, ada apa dengan para siswa itu.
"Ada apa mereka?" tanya adel pada Lina yang juga melihat teman-temannya berjalan menuju arah berlawanan.
"Ada apa?" tanya Lina menghentikan salah seorang temannya yang ia kenal.
"Ada pengumuman di mading," jawabnya membuat Lina dan Adel ikut berjalan menuju mading.
Sampai di sana mading sedang dikerumuni oleh banyak orang membuat Adel dan Lina sangat malas jika harus ikut berdesakan dengan siswa lain.
"Ada apa sih sampai rame begini?" ucap Lina.
Sementara Adel melihat teman-temannya yang tersenyum bahagia setelah melihat pengumuman di mading, karena penasaran Adel memaksakan dirinya untuk ikut mendekati mading dan membelah kerumunan yang membuatnya kesulitan untuk melangkah. Begitupun Lina yang mengikuti Adel karena ia juga tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Hah? Camping?" ucap Lina saat ia sudah berada di depan mading, sementara adel masih membaca pengumuman itu jika akan diadakan agenda akhir semester bagi anak kelas dua belas yaitu berkemah.
Kedua sudut bibir Adel tertarik ke atas saat membaca pengumuman itu, sudah lama sekali mereka tidak melakukan camping dan ini bisa menjadi salah satu cara untuk para murid melepas penat setelah ujian.
"Kita berangkat lusa," ucap Adel membuat senyum di bibirnya semakin mengembang.
"Baiklah, kita harus segera bersiap," tambah Lina, saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju parkiran motor untuk segera pulang ke rumah.
"Kamu mau ikut camping?" suara seorang laki-laki membuat Adel menoleh, gadis itu mengangguk sebagai jawaban.
"Kamu yakin baik-baik saja ikut camping?" tanyanya lagi.
"Aku baik-baik saja, memang kenapa jika aku ikut camping, Revan?" tanya balik gadis itu.
"Tidak apa-apa sih, coba minta izin dulu kepada Kakakmu dan Mamamu," ucap Revan khawatir karena Adel memiliki phobia dalam gelap dan ruang sempit, ia takut jika phobianya itu berpengaruh buruk pada diri Adel.
Adel sungguhan bertanya kepada Arka dan Mamanya perihal dirinya yang ingin ikut camping, namun jawaban arka dan Mamanya sangat membuat Adel kesal.
"Kak, Ma? Boleh ya Adel ikut," pinta Adel.
"TIDAK!" jawab Arka dan Rossa berbarengan.
Mamanya itu sangat keras kepala, sekali bilang tidak maka keputusan itu sulit untuk berubah, Adel hanya bisa menatap Rossa yang berjalan meninggalkannya dan masuk ke kamar.
"Kak Arka—"
"Tidak, Del!" jawab Arka sebelum Adel berbicara.
"Kenapa kalian melarangku, padahal sudah lama sekali aku tidak melakukan camping."
"Di sana berbahaya bagimu, kamu tidak tahu jika malam hari di dalam hutan itu sangat gelap? Kamu takut gelap, 'kan?" tanya balik Arka, sementara Adel hanya diam tak bisa menjawab karena yang diomongkan kakaknya itu memang benar.
"Dan tidak ada yang bisa Kakak percayai untuk menjagamu di sana."
"Kak, aku sudah besar dan tidak perlu lagi dijaga seperti anak kecil, lagi pula dan Lina," balas Adel.
"Bahkan akupun juga merasa khawatir pada gadis itu."
Hampir saja Adel menangis karena tidak mendapat izin dari Kakak dan juga Mamanya.
"Namun jika ada laki-laki yang bisa diandalkan, mungkin tidak apa-apa," gumam Arka.
"Tetapi siapa? Kamu sudah putus,'kan dengan Daffa? Tidak ada yang mau menjagamu lagi," tambahnya.
"A-ada mungkin satu orang," ucap Adel ragu.
Sementara Arka menaikkan sebelah alisnya dan menatap wajah Adel yang telah menyapa bersemu merah setelah mengatakan hal itu.
"Siapa? Kamu punya pacar baru lagi?" tanya Arka yang membuat adel buru-buru menggeleng.
"Lalu?"
"Re-Revan."