Adel menghela napas kesal saat Lina telah meninggalkan dirinya entah kemana, sejak berangkat sekolah tadi pagi gadis itu telah meninggalkan Adel seorang diri bersama tumpukkan tugas yang sejak tadi Adel kerjakan namun tidak kunjung selesai.
Hari ini akan ada acara pelantikan anggota OSIS baru dan saat ini semua anggota OSIS sedang berkumpul bersama adik kelas yang akan mereka lantik, namun entah kemana perginya Lina. Gadis itu berjanji ingin membantu Adel mempersiapkan acara sebelum diselenggarakan namun gadis itu justru hilang entah kemana.
"Aku akan membawa ini ke tempat pelantikan!" ucap seorang laki-laki yang menyadari kesibukan Adel. Revan mencoba membantu Adel untuk membawa bendera organisasi dan beberapa barang lainnya yang nantinya akan diperlukan saat pelantikan.
"Terima kasih," jawab Adel.
Acara akan dimulai sekitar dua jam lagi dan Adel hampir selesai mempersiapkan semuanya.
"Hai, Kak, butuh bantuan?" tanya seorang gadis yang Adel kenali sebagai Adik kelas yang akan mereka lantik sebagai generasi selanjutnya.
"Baiklah, kamu bisa memberikan ini ke teman-temanmu, nanti di acara kalian akan membaca ikrar ini!" ucap Adel memberikan lembaran kertas kepada gadis itu.
"Aku akan melakukannya, adakah hal lain yang bisa kubantu?" tanyanya lagi.
"Sofi, kamu ngapain di sana? Nanti kamu dikira ikut menjadi perusak hubungan orang jika bersama Kakak itu!" teriak seorang temannya yang berada tak jauh dari tempat mereka.
Gadis yang dipanggil Sofi itu menoleh ke arah temannya dan memberi kode untuk diam, gadis itu sepertinya sangat tidak enak terhadap Adel karena ulah teman-temannya ini.
"Tidak apa-apa, lebih baik kamu kembali bersama temanmu, aku bisa melakukan ini semua sendiri kok!" ucap Adel dengan senyum di bibirnya.
"Maafkan teman-temanku, Kak!" ucap gadis itu sebelum pergi meninggalkan Adel dengan membawa lembaran kertas di tangannya.
Revan kembali membatu Adel dan mengajak gadis itu untuk segera menuju tempat pelantikan, saat mereka telah sampai di sana semua anggota telah bersiap di tempatnya masing-masing.
Dengan dipimpin guru pembina acara pelantikan berjalan dengan khidmat, Adel melihat Lina yang telah berdiri di sampingnya, gadis itu menatap Adel dengan cengiran khasnya, ingin sekali Adel menimpuk temannya itu dengan sepatu untung saja acara pelantikan suda dimulai jika belum sepatunya bisa melayang beneran menuju Lina.
Adel kembali menatap luruh ke depan dan tidak sengaja tatapan matanya bertemu dengan Revan yang telah melakukan serah terima jabatan dengan ketua OSIS angkatan selanjutnya. gadis itu segera memalingkan wajahnya namun tidak dengan Revan yang masih tetap menatap Adel.
"Adel, dilihatin tuh sama doi!" Adel segera menyikut Lina saat gadis itu mengatakan hal itu. Ia sendiri masih memiliki masalah dengan Daffa yang sampai saat ini entah apa yang harus ia lakukan, dan sekarang ia sudah dicap sebagai gadis perusak hubungan orang, lalu apa lagi yang akan menjadi tinggalannya di sekolah menengah atas selain sebutan itu, pikir Adel.
Acara pelantikan ditutup setelah ketua OSIS yang baru membaca ikrar dan diikuti oleh semua anggotanya, baru kemarin rasanya Adel melakukan hal yang sama namun saat ini dirinya telah resmi turun jabatan, telah banyak pula suka duka yang telah mereka lalui bersama.
"Del, mau pulang, 'kan? Gue anterin yuk!" ajak Lina dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Lo kelihatan mencurigakan banget tau nggak?" ucap Adel setelah menatap Lina yang sejak tadi tidak berhenti tersenyum.
"Lo jangan-jangan beneran suka sama Abang gue, Lin?" tanya Adel yang membuat senyum Lina seketika memudar.
Lina ingin sekali menyanggah ucapan Adel, namun ia tidak bisa melakukan itu karena hatinya memang benar-benar menyukai Kakak dari sahabatnya itu.
"Jangan ngomong yang aneh-aneh deh, pasti Kak Arka sudah punya cewek cantik di kampusnya," jawab Lina membuat Adel semakin yakin jika temannya ini memang menyukai Kakaknya.
"Baiklah, ayo kita pulang!" ajak Adel segera menarik tangan Lina pergi ke parkiran sekolah.
Akan tetapi langkah kaki Lina tiba-tiba terhenti membuat Adel ikut menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" tanya adel tidak mengerti.
"Lebih baik kamu selesaikan dulu masalahmu dan jangan kabur lagi, aku yakin Kak Arka juga berkata demikian!" jawab LIna membuat Adel menaikkan sebelah alisnya.
Gadis berkuncir kuda itu segera pergi meninggalkan Adel seorang diri.
"Gue tunggu di parkiran!" teriak Lina.
Pada saat itu juga Adel melihat Daffa yang telah berdiri menunggunya, gadis itu menghela napas malas. Ia sendiri tidak tahu bagaimana caranya menyelesaikan permasalahannya dengan Daffa. Karena laki-laki itu sebenarnya telah memiliki gadis lain yang akan bertunangan dengannya setelah kelulusan.
"Adel, ada yang ingin gue omongin," ucap Daffa berjalan mendekati Adel.
"Daffa, lebih baik kita udahan," balas Adel yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Daffa.
"Del, tolong beri aku kesempatan untukku sekali lagi," pinta Daffa berlutut di hadapan Adel membuat gadis itu merasa risih.
"Kamu ngapain? Berdiri, nggak?" ucap Adel merasa kesal melihat Daffa yang berlutut dan mengundang perhatian para siswa lain yang berlalu lalang di sekitar mereka.
"Engga, sebelum kamu memberiku kesempatan sekali lagi!"
Laki-laki itu bersikeras untuk mendapatkan maaf dari Adel, sementara Adel sangat enggan menatap laki-laki yang berlutut di hadapannya, ia sudah sangat lelah menjalin hubungan dengan Daffa yang sudah terikat hubungan dengan gadis lain. Adel tidak mau jika ia dikenal sebagai gadis perusak hubungan orang.
"Cepat berdiri, banyak orang yang melihat Daf!" ucap Adel hampir kehilangan kesabaran.
"Tolong, Del! Sekali lagi saja!"
"Aku tidak bisa karena kamu sudah terikat hubungan dengan gadis lain, seharusnya aku sudah sadar sejak lama jika kamu dan Bianca memang sudah hampir saatnya bertunangan, jadi benar kata orang-orang jika aku adalah perusak hubungan kalian karena memang kenyataannya seperti itu."
Adel mengutarakan unek-uneknya yang selama ini ingin dia katakan kepada Daffa, sementara laki-laki itu menggeleng dengan cepat setelah mendengar kalimat Adel.
"Bukan kamu yang melakukan itu, tetapi karena kau memang tidak suka dengan Bianca dan sampai kapanpun aku akan menolak perjodohan itu," jawab Daffa yang tidak menggoyahkan keputusan Adel sama sekali.
"Lalu jika kedua orang tuamu yang memintamu apakah kamu akan menolaknya juga?" tanya Adel, namun laki-laki dihadapannya ini hanya diam tidak menjawab ucapan gadis itu.
"Kamu akan kesulitan menolak permintaan kedua orang tuamu, 'kan? Jadi lebih baik kita berhenti di sini sebelum ada yang tersakiti!"
"Tapi, Del. Aku mohon, aku pingin kamu mau jalan sama aku sekali saja, kita belum pernah ngedate berdua,'kan sejak kita jadian? Jadi aku mohon sekali ini saja!" Laki-laki itu memohon di hadapan Adel membuat gadis itu mau tidak mau mengganggu menyetujui permintaan Daffa.