Chereads / Donat Jamur / Chapter 20 - Suara Misterius

Chapter 20 - Suara Misterius

Ternyata teriakan itu berasal dari anak laki-laki pemilik toko ini yang sedang bermain perang sarung dengan temannya. Tapi, sayangnya dia harus merasakan pahitnya peperangan. Ya, mukanya kena slepetan sarung wadimor milik temannya itu.

"Ibu!" jerit anak itu seraya berlari menghampiri ibunya.

Dia menangis terisak-isak sambil memeluk wanita itu, sementara temannya hanya mematung karena takut dimarahi ibu dari anak yang sudah kalah perang.

Dengan segala tingkah laku anak itu, bukannya marah, ibu itu malah menasehati anaknya dengan penuh kelembutan. Tak lama, ayahnya pun datang, lalu menggantikan posisi ibunya untuk menenangkan anak itu agar sang ibu bisa fokus melayani pembeli.

Nadira yang melihat kasih sayang mereka kepada anaknya, hanya bisa terdiam sambil memandanginya. Terlihat ayahnya yang begitu sabar dan lembut, memberi pangkuan kepada anaknya dan mengusap air matanya dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

Tak sadar, air mata Nadira menetes begitu saja. Dia pun memalingkan wajahnya ke belakang dan menundukkan kepalanya sedikit, tak lain agar tidak ada orang yang melihat Nadira saat membersihkan air mata itu dari pipinya.

Dia teringat akan sosok ayah kandungnya. Tentu, sangat jauh berbeda dengan ayah anak itu. Sosok yang keras kepala dan selalu ingin dilayani layaknya raja. Seorang laki-laki yang tega menyakiti wanita yang Nadira cintai, ibunya. Terlihat bahwa Nadira sangat merindukan kasih sayang seorang ayah dalam hidupnya.

"Tadi mau beli apa, Neng?" tanya ibu tadi.

Bukannya menjawab, Nadira hanya diam saja, seakan ingatannya kosong seketika. 'Duh, tadi mau beli apa aja, ya,' batinnya dengan rasa sedikit gugup.

Untung saja, ada Hilmi di situ. Melihat Nadira yang nampaknya masih terlihat lelah, dia pun langsung membuka suaranya. Memesan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat donat.

"Oh ... udah itu aja? Ada yang lain?"

"Udah, Bu. Itu aja," jawab Hilmi sambil tersenyum ramah.

Ibu itu pun membalas keramahan Hilmi, lalu pergi mengambil bahan-bahannya yang ada di sekitar toko.

Toko sembako yang cukup besar, banyak sekali barang-barang di sini. Mulai dari jajanan, minuman, bahan perlengkapan bangunan, sayur-mayur, alat-alat tulis, dan bahan-bahan kue tentunya.

Sementara itu, Hilmi dan Nadira hanya menunggu, berdiri tepat di depan kasir. Entah apa yang ingin mereka lakukan, hanya melihat-lihat barang-barang dagangan di sekeliling.

Jauh di dalam lubuk hati Hilmi, ingin sekali rasanya menanyakan alasan Nadira. Mengapa dia sekarang menjadi diam? Ke mana senyuman sinis dan kejahilannya pergi? Ah, mungkin hatinya sedang galau. Biasalah, perempuan memang seperti itu.

Tapi, kali ini Hilmi benar-benar penasaran!

Dia pun mencoba mencairkan suasana yang sedari tadi hening. "Mbak?" sapa Hilmi.

Lamunan terselubung Nadira pun perlahan terkikis. Nadira menoleh, dijawabnya sapaan Hilmi dengan alisnya yang naik.

"Mbak gak papa?"

Nadira pun menjawab dengan heran, "Maksudnya?"

"Dari tadi Mbak diem aja. Ada masalah?"

Pertanyaan itu membuat Nadira menghembuskan napasnya dengan berat. Kepalanya pun menggeleng kecil yang menandakan bahwa Nadira tidak mempunyai masalah apapun. (Halah, sok-sokan mendem masalah, nanti stres sendiri nangeees ... wkwk, becanda gaiss)

Meskipun Hilmi sedikit meragukannya, tetapi dia tetap mengangguk kecil seakan dia percaya bahwa Nadira baik-baik saja.

Tak lama, semua barang-barang yang mereka butuhkan sudah berkumpul di atas kasir. Karena lumayan banyak, Nadira pun menyuruh Hilmi untuk menyewa mobil online yang lebih bersifat pribadi daripada menggunakan angkot, yang ditakutkan akan mengganggu penumpang lain.

Setelah mobil itu datang, Nadira langsung berjalan untuk masuk ke dalam mobil tanpa menghiraukan Hilmi.

"Mbak," panggil Hilmi hingga membuat Nadira menoleh ke arahnya. "Ini barang-barangnya dimasukin semua?"

"Iyalah, masa mau ditinggal?" jawab Nadira dengan nada judesnya dan langsung masuk ke dalam mobil.

Hilmi pun menggaruk kepalanya. 'Enggak ada niat buat bantuin gitu?' batin Hilmi. Kasian ya, guys ... wkwk

Dengan pasrah, mau tidak mau Hilmi menaikkan semua bahan-bahan kue itu ke dalam bagasi belakang mobil.

Karena lumayan banyak, waktu yang dibutuhkan untuk memasukkannya pun tidak singkat, apalagi jika hanya Hilmi seorang diri yang mengerjakannya. Mana supirnya diem aja lagi, wkwk.

Akhirnya, setelah perjuangan yang berat, Hilmi berhasil menyelesaikan itu semua dengan mandiri. Dengan segera dia masuk ke dalam mobil.

Bukannya mendapat pujian atas kerja kerasnya, Hilmi justru mendapat omelan dari atasannya itu.

"Lama banget sih, Mi," protes Nadira yang sudah menunggu lama di mobil.

"Ma–maaf, Mbak," jawab Hilmi pasrah seraya menundukkan pandangannya ke bawah.

Nadira menghembuskan napasnya berat dan menyandarkan tubuhnya ke belakang dengan sedikit keras.

***

"Maaf, Mas mau ngapain ya?" tegur Nadira pada seorang laki-laki berjanggut tipis tanpa kumis.

"Toko ini tutup ya, Mbak?" jawab laki-laki itu.

"Iya."

Laki-laki itu pun mengangguk paham. Nadira menanyakan ada keperluan apa padanya. Namun anehnya, dia tidak menjawab dan langsung pergi begitu saja.

"Dih, bukannya jawab. Ngeselin banget," ujar Nadira yang sedang bad mood dan langsung masuk ke dalam toko donat.

Sementara, Hilmi masih memantau gerak-gerik laki-laki yang tadi. Merasa sudah aman, dia pun menyusul Nadira masuk ke dalam.

"Sebentar ya, Mas," ucap Hilmi kepada supir mobil online di dekatnya.

Nadira yang sudah sampai dapur lebih dulu, menyuruh Jono untuk membantu Hilmi memindahkan bahan-bahan kue yang tadi sudah dibeli ke dapur.

"Jon, bantuin Hilmi angkatin bahan-bahannya sana," perintah Nadira.

"Ada oleh-oleh gak, Mbak?" gurau Jono.

Dikarenakan suasana hati Nadira sedang tidak baik, Jono pun kena sembur dengan kata-kata Nadira yang sadis dan kejam.

"Gak usah becanda. Mau jalan sekarang atau saya suruh yang lain? Biar kamu pulang aja, gak usah kerja."

Tanpa basa-basi, Jono pun mendorong Hilmi sambil ketakutan dan segera pergi ke luar untuk mengambil bahan-bahannya.

Sementara, Nadira kembali membantu di dapur dan memastikan apakah donat yang sudah dibuat mencapai target atau tidak.

Beberapa menit berlalu. Bahan-bahan yang tadi dibeli, semuanya sudah masuk ke dalam dapur dan tinggal dieksekusi. Namun, pak Bos tidak tega melihat karyawan yang sudah hampir setengah hari bekerja. Dia pun menyuruh semuanya beristirahat dan makan siang.

Ada yang membawa bekal dari rumah, dan ada juga yang membeli makanan di luar. Semuanya terlihat lega, otot-otot yang tadinya kencang, kini mulai diistirahatkan.

Ayman yang merasa sudah cukup beristirahat, kini memutuskan pergi ke dapur untuk menata bahan-bahan yang ada di sana agar mudah ketika digunakan.

Namun, ketika melewati jajaran dan tumpukan donat, Ayman merasa ada sesuatu yang mengganjal. Dia pun memeriksa kotak-kotak yang berisi donat itu.

Tidak ada masalah. Semuanya tampak baik-baik saja. Jumlah dan topping donatnya pun sepertinya sudah sesuai dengan yang diinginkan.

Tapi, insting Ayman mulai bangun. Dia merasa merinding ketika berdiam diri tanpa membuat suara. Keadaan di dalam dapur yang seharusnya hening, namun ada suara-suara mencurigakan.

Setelah dipastikan lagi, suara itu berasal dari kolong meja yang tertutup gorden berwarna kuning keemasan. Setelah didekati, jantung Ayman pun mulai berdegup. Entah karena ketakutan atau memang ada sesuatu di balik tirai itu.

Ayman memutuskan untuk membuka gordennya. Ketika hendak membukanya, beberapa kali Ayman mengurungkan tindakannya itu. Ragu dan nampak belum siap menghadapi sesuatu yang berada di sana.

Tapi, karena jiwa Ayman 'Lakik' banget. Dia pun menyerahkan semuanya kepada yang di atas. Setelah tangannya tepat memegang gorden itu, lalu dibukanya gorden itu, dan ...

Pundak Ayman sedikit terangkat, terkejut dengan apa yang dia lihat.