"Apa ini perampokan? Harganya sangat mahal!" seru Dhea seraya memandang ponselnya.
Di sofa Adit hanya menatap datar. Kadang dia heran kenapa Dhea tidak seperti anak konglomerat lainnya dan malah terlihat seperti anak kos kekurangan uang.
"Apa pun yang kau lihat pasti kamu sebut mahal, sekali pun suda diskon 70%," ujar Adit.
"Kalau bisa yang 90% kenapa harus yang 70%?" balas Dhea, Adit hanya menggeleng pelan dan kembali menulis lirik, tapi suara Dhea begitu mengganggu.
"Bisakah kecilkan suaramu itu?" tanyanya.
Dhea hanya membalas dengan mengacung jempol dengan tangannya yang sakit. Adit hanya menatap datar dan kembali bekerja.
"Kenapa kamu jadi arwah sangat rajin? Cobalah untuk menikmati waktu yang berharga ini contoh dengan berkencan denganku," ujarnya
"Sinting," balas Adit seraya bangkit dan pergi meninggalkan Dhea yang hanya mengangkat bahu acuh.
Adit pergi ke dapur dan menyandarkan badannya ke patri seraya menggesek layar ponselnya membaca artikel-artikel tentang dirinya.