Harraz menatap makanan di meja dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang teringat tawaran Jovan.
"Masa aku belok," gumamnya yang tanpa disengaja Hissa. Yang lebih tua melonggokkan kepala dan menatap Harraz.
Yang lebih muda memundurkan kepala, lalu menatap tidak suka ke arah Hissa.
"Belok? Berita baik. Aku bisa mengejar Kiana," ujar Hissa.
"Tidak! Siapa yang belok? Aku normal kok, Kak," elaknya.
Hissa hanya mencebikkan bibir, lalu pergi dari meja makan. Harraz memandang punggung kakaknya yang semakin menjauh.
"Ya masa aku belok, tapi Jovan keliling terus di otakku," gumamnya.
Harraz menggeleng pelan, meyakinkan dirinya bahwa masih normal. Jika Harraz pusing dengan urusan seksual makan Adit pusing mencari tahu keterlibatan kakaknya.
Laki-laki itu kini duduk bersebelahan dengan Arman dengan stick ps di masing-masing tangan.
"Kaka pasti menang lagi," ujar Arman dengan bangga, sedangkan Adit hanya mendengus.