mendengus kesal saat kakaknya tidak berhenti mengoceh hingga membuat telinganya pengang.
"Ini hanya dari sambungan telepon, tapi kepalaku sudah mendidih," batinnya.
[Iya-iya. Kak, bilang pada papa aku ingin begini, oke!] Dhea langsung saja memutuskan telepon sepihak.
Gadis cantik itu menoleh ke arah Adit yang tengah tertidur di atas ranjang. Dia mendekat dan menatap wajah rupawan tersebut.
"Tampan. Milikku," gumamnya.
Dian menatap jam yang sudah menunjukkan pukul delapan. Dia beranjak pergi dari sana dan tujuannya adalah unit yang dibelinya kemarin.
Mata gadis itu membelalak saat melihat Daffa yang terlihat lemas. Dia mendekat ke arah Daffa yang tengah terduduk di lantai.
"Dhea," gumamnya seraya menggapai Dhea, tapi gagal. Mereka sudah berbeda.
"Kak, apa yang terjadi padamu?" panik Dhea, tapi Daffa malah terkekeh tampan.
"Kaka akan pergi. Jangan benci Thea, ya? Dia tidak salah. Aku mohon," pintanya.
