Dhea pulang dengan peluh membanjiri seluruh tubuhnya serta mulut yang tak berhenti menggerutu kesal.
Dia terkena karma karena memberi nasehat pada Harraz. Hasilnya dia pulang jalan kaki dan yang lebih muda meninggalkan sepeda di pinggir jalan.
Dhea yang kepalang kesal pergi begitu saja tanpa peduli dengan Harraz yang memanggilnya, padahal laki-laki baru saja mengirim pesan pada sopir.
Tanpa tahu malu Dhea memasuki unit Adit, tapi pria itu hanya menatap datar dan lebih fokus pada ponsel.
"Kak, kamu tahu?" tanyanya.
Adit menoleh, lalu menggeleng.
"Tidak. Untuk apa aku tahu, lagipula bukan urusanku," jawabnya lalu fokus pada ponselnya lagi.
Dhea mendekat ke arah Adit, lalu duduk di sebelah laki-laki tersebut. Memandang layar ponsel yang lebih tua dengan kedua alis menyatu.
"Untuk apa kamu mencari orang terkaya di Indonesia? Aku sendiri tahu," ujar Dhea dengan wajah polosnya.
Adit menoleh dengan tatapan sulit di artikan.