Dhea memaling wajah saat Daffa menatapnya tajam. Kulitnya sangat pucat, darah dibajunya masih tetap sama.
"Dengarkan kakak," ujar Daffa.
"Lupakan saja, Kak. Aku tidak bisa melupakannya," jawab Dhea.
Dia bangkit begitu saja dari sofa, tapi Daffa menghadangnya. Dhea menatap nyalang ke arah Adit, tapi pria itu sama sekali tidak takut
"Kak, minggir!" serunya.
"Duduk dan dengarkan apa yang kakakmu bilang. Apa seperti ini sikapmu?" tanyanya.
Dengan wajah masam dia kembali duduk dan Daffa melihat itu. Walau bukan dia setidaknya Adit bisa membuat adiknya menurut.
"Dengarkan kakak. Ini bukan salah Thea, ini murni kecelakaan. Entah itu kecelakaan sengaja atau tidak, tapi Thea tidak salah," jelasnya sembari berjongkok di depan Dhea.
Daffa bangkit dan berdiri di sisi Adit. Dia menarik nafas berulang kali, lalu membuangnya.
"Adit, aku sangat mencintai Thea. Kamu pasti tahu, kan? Aku mohon jaga dia," ujarnya.