Dhea memainkan ponselnya dengan kaki berjalan mengelilingi kamar tanpa arah hingga tanpa sadar dia menelepon nomor kakaknya dan tidak lama Tari mengangkatnya.
[Halo, ada apa?]
[Kenapa, Kak, kok telepon?]
[Kamu yang telepon. Sudah aku matikan]
Dia mengerjapkan mata pelan, lalu melempar ponsel ke atas ranjang. Setelah kejadian tadi, Dhea memutuskan kembali ke unitnya.
"Aku harus menghindar. Besok masih minggu, aku akan pulang saja, tapi Kak Tari," gumamnya.
Dhea menggembungkan pipi kanannya, seraya menatap ke langit-langit kamar. Dia ingin memejamkan mata sebentar, tapi seseorang menarik kakinya.
Dia membuka mata, lalu melirik ke bawah. Matanya seketika melotot dengan bibir sedikit terbuka.
"Bocah! Kenapa kamu di sini? Mana rumahmu?"
"Lupa. Adel enggak punya rumah," jawab anak itu.
Dhea mengangguk, lalu menarik diri duduk dia menatap Adel yang ganti menatapnya dengan kepala miring, lucu.
"Sejak kapan aku bisa lihat arwah lagi," cetus Dhea.