"Iya, El. Jhon yang ngirim paketan itu."
"Sialan!" Ely meninju dasboard mobil Keynan. Sesuai dugaannya. Jadi ia tidak fitnah sekarang kalau mencurigai Jhon yang menerornya.
"Awalnya gue gak tahu, tapi tadi gak sengaja gue baca chat masuk di hapa dia. Makanya gue bisa menemukan lo dan sampai sini."
Keynan merasa bersalah atas ini, ia dengan sengaja memotret bukti jika Jhon pelaku teror itu dan berniat memperlihatkan kepada Ely jika wanita itu meminta, tapi akhirnya cukup melegakan, karena Ely sama sekali tidak bertanya buktinya.
Ia membelokkan mobilnya menuju jalan pahlawan, kemudian berhenti di sebuah kafe outdoor yang berada di kiri jalan.
"Ngajak perang beneran cowok menyebalkan itu." Ely menghela napas lelah. "Oke, nanti gue akan balas dia suatu saat." Ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas setelah mengecek pesan yang masuk ke android tersebut.
"El jangan! Nanti lo dapat masalah yang lebih besar lagi gimana?"
"Iya, dan semua gara-gara lo." Ditatapnya wajah pria 0
"El, pulang, ya! Gue butuh lo. Gue udah ngerasa nyaman sama lo." Keynan menggenggam tangan Ely. "Gue janji akan berlaku adil sama lo."
Ely memikirkannya sejenak, kemudian menganggukkan kepala. "Oke, tapi gue harus ambil barang di kosan Anie, mau nganterin?"
"Gak akan jadi masalah? Maksudnya kalau teman kamu tahu kita ada hubungan gitu."
"Lo tunggunya di depan gang, di parkiran Lebahmart itu. Gue jalan sendiri ke dalam, kecuali kalau lo mau ikut sih gak apa-apa, palingan besok viral trus Jhon tambah marah, trus gue tambah diteror, terus ...."
"Iya udah, gue tunggu di depan!"
**
Demi cuan Ely kembali ke flat Keynan. Oke, belajar dari kesalahan, Ely lebih baik menghindar saja kalau Jhon datang dan memancing keributan. Ia tak sebisa mungkin tidak membuat lelaki kemayu itu naik pitam dan kembali membuat teror menyebalkan.
Jika kemarin paketan berisi kepala binatang, tak menutup kemungkinan lelaki itu akan melakukan hal yang lebih gila lagi.
Baru saja merebahkan diri di ranjang, Ely mendengar Keynan sedang ngobrol dengan seseorang. Seingatnya, hanya ada mereka berdua di sini sejak tadi. Lalu siapa yang ngobrol dengan Keynan?
Ia bangun dan merapikan rambutnya yang acak-acakan, kemudian melangkah ke pintu untuk melihat keadaan di luar.
Terlihat Jhon di sana, duduk membelakangi Keynan dan melipat tangannya di depan dada. Merajuk.
"Aku gak mau! Pokoknya sampai kapan pun, kamu harus tetap bersamaku."
"Jhon, kamu harus ...."
"Panggil apa? Jhon? Hei, sejak kapan kamu kasar? Pasti ini suruhan wanita pelakor yang gak cantik sama sekali itu. Tahu gini, aku cekik dia sampai mati sekalian."
Ely ingin menimpali kalimat Jhon, tapi diurungkannya mengingat ia baru saja keluar dari salah satu teror yang membuat hidupnya pusing setengah mati.
Kembali lagi Ely menutup pintu dan menguncinya. Bodo amat dengan Keynan, biar saja dia selesaikan sendiri masalahnya.
Lanjut nonton drakor menjadi satu-satunya pilihan untuk melepas kebosanan. Baru lima menit film di ponselnya jalan, pintu kamar diketuk dari luar, kemudian disusul teriakan Jhon dan juga caci maki dari lelaki itu.
"Keluar kamu!"
Ely beranjak dari kasur dan membukakan pintunya. "Berisik lo, kayak toa jebol."
"Gue laper! Buatin makanan!" Jhon menatapnya sinis. "Jangan seenaknya aja jadi orang, lo di sini
numpang tahu!"
"Sembarangan. Gue di sini istri sah Keynan Alexander. Lo yang gak ada hubungannya apa-apa dengan Keynan tuh! Sadar diri dong."
Tidak bisa menahannya lagi. Ely sudah berusaha sabar sejak tadi. Sejak ia mendengar namanya disebut dan dijelekkan. Padahal niatnya mau menghindari lelaki itu, tapi tetap saja mulutnya tidak bisa singkron dengan niat di hatinya.
"Gak mau tahu, pokoknya buatin gue makanan. Yang enak. Awas aja kalau gak enak!"
Ely menghentakkan kaki, ia mencari Keynan yang tadi sudah berjanji akan membelanya ketika ditindas oleh Jhon. Tapi malah batang upilnya saja tidak kelihatan sampai sekarang.
"Gak usah nyari pacar gue. Dia lagi ada meeting sama manager dan klien yang mau pake dia." Lelaki menyebalkan itu duduk di sofa, menyilangkan kaki dan menatap Ely. "Buruan sana buatin makanan!"
"Gak ada bahan apa-apa, emang lo mau makan apa?"
"Spaghetti."
"Hais, nyusahin banget sih lo!"
"Kenapa? Gak mau? Gue bisa aja nyiksa lo sekarang selama Keynan belum balik. Oh, atau ancaman gue kemarin kurang membuat lo takut?"
"Banci! Laki kok kelakuan kek dakjal!"
"Memang gue banci." Ia tertawa. "Dan lebih cantik juga bohai dari pada lo yang rata atas bawah."
"Dih, jijai. Ya sorry, gue wanita normal sejak lahir. Nah elo, gak jelas. Laki bukan, wanita apa lagi."
"Heh, bilang apa lo!? Nantangin? Berani lo sama gue?"
"Dahlah! Jadi lo mau makan apa? Males gue berdebat sama laki banci kek elo."
"Perasaan kuping lo masih!"
Ely mengambil jaket, lalu turun ke lantai satu untuk membeli spaghetti instan di mini market. Lama-lama ia bisa gila beneran kalau dekat dengan kaum gak jelas itu.
"Hidup gue gini amat sih!" gerutu Ely.
Dari pada di flat hanya berdua dengan Jhon, ia lebih baik pergi dan menyingkir saja. Tapi di mana Keynan? Kenapa lelaki itu tidak terlihat sama sekali saat dibutuhkan seperti ini.
Ely menyusuri rak demi rak, mencari barang yang Jhon pesan. Ia sengaja mengulur waktu agar lebih lama lagi dan tidak melihat muka pria menyebalkan tersebut.
Selain spaghetti instan, Ely juga membeli beberapa makanan ringan dan juga frozen food. Persediaan kalau lelaki itu kurang hanya dengan makan spaghetti.
Setelah membayar, ia bersiap naik ke flat lagi. Terlihat Keynan juga tengah masuk ke lobi. Lelaki itu tampak masih memakai baju yang tadi. Sepertinya memang perginya buru-buru.
"Loh, El dan mana?" tanya Keynan ketika melihat sang istri yang menenteng banyak belanjaan. Agak sedikit garing sih, sudah tahu Ely baru keluar dari minimarket, tapi masih ditanya dari mana. Basa-basi yang khas warga Indonesia banget.
Ely menghela napas panjang. "Kerjaan lo udah beres? Gue disiksa sama pacar lo yang menyebalkan itu!"
"Cuma tanda tangan kontrak iklan doang sih. Padahal tadi dia janji mau memperlakukan lo baik-baik, ternyata sama aja, ya." Keynan mengambil alih belanjaan Ely. "Sini gue aja yang bawa!"
"Jadi kenapa langsung pulang?" tanya Ely lagi. Ia mengamit lengan Keynan dan masuk ke lift bersama. "Gue gak bisa deh kalau sering ketemu sama pacar lo itu. Darah rendah gue langsung naik jadi darah tinggi."
"Ya udah nanti Jhon biar gue usir!"
"Serius? Asik! Makasih, Key! Sayang deh sama lo!"
"Heh, bilang apa tadi?"