Keynan mematung setelah membaca chat yang baru saja dikirimkan Ely. Jantungnya seolah tidak lagi berada di tempat seharusnya.
Apa Ely melihatnya ke sini bersama Jhon? Sepertinya iya. Dan karena itu Ely mengirim pesan yang berisi curahan hati yang tersamarkan.
Ia ke sini dengan alasan pekerjaan kepada Ely. Karena jika mengatakan yang sebenarnya, pasti wanita itu akan langsung mencegah atau bahkan mengomelinya seperti biasa.
Keynan suka Ely mengomel, yang itu berarti ia diperhatikan benar-benar oleh gadis itu. Tapi sekarang? Hatinya di ujung kebimbangan.
[Selamat bersenang-senang dengan pacar lelakimu ]
Kalimat itu terus menerus terulang di benak Keynan. Membuat kewarasannya sedikit demi sedikit berkurang. Untuk beberapa waktu setelah bertemu dan tahu masa lalunya dengan Ely, Keynan seolah memang sedikit gila. Setiap kali sendiri, selalu teringat dengan senyum dan bayangan Ely. Bahkan kini mimpi malamnya hampir dipenuhi dengan Ely dan Ely.
Jika bukan mengikis kewarasan, lalu apa? Senyuman gadis itu, gerak bibirnya, omelannya, semua membuat Keynan kecanduan. Ia merindukan semua yang ada pada diri Ely. Semuanya tanpa terkecuali.
Tapi ada Jhon yang menjadi penghalang mereka berdua.
Keynan paham, jika Jhon tidak akan melepaskan ia sampai kapanpun. Kekasihnya itu akan mempertahankannya sekuat tenaga.
Awalnya ia bangga, karena Jhon tidak pernah berlaku menyebalkan selama mereka bersama
"Hei, ada apa?" tanya Jhon setelah keraguan di hati kekasihnya. "Mereka di dalam sedang menunggu kita. Ayo!" ajak Jhon dengan gaya centil khas-nya.
Gaya yang dulu membuat Keynan merasa sempurna dan dibutuhkan. Meski ia sadar tengah berada di posisi salah, tapi tetap saja melanjutkan hubungan yang sudah tahu tidak akan berhasil. Sekuat apa pun mereka bertahan. Karena pasti semesta melarang, pun dengan orang-orang sekitar mereka.
"Gak! Aku harus pergi." Keynan menepis tangan Jhon yang sejak tadi melingkar di lengannya. Langkahnya berbalik, kemudian tanpa berpamitan dengan yang lainnya, ia pergi dari tempat itu.
Di dalam, beberapa pasangan seperti mereka sedang menunggu kedatangannya. Setiap bulan memang mereka sering mengadakan pesta seperti itu. Tertutup sih, hanya kalangan mereka saja yang tahu, tapi tetap saja, Keynan merasa tidak pantas dan mulai jijik berada di sana. Setidaknya setelah Ely datang ke dalam hidupnya dan membuat seluruh pertahanannya runtuh satu per satu.
Dulu memang ia suka dan bisa dibilang hobi dengan kegiatan rutin mereka itu. Apa lagi ia dan Jhon awalnya bertemu dan menjalin hubungan seperti sekarang juga karena perkumpulan menjijikan tersebut. Tapi ia menikmati, karena jiwanya memang mengarah ke sana.
Namun kembali lagi, sejak Ely hadir di dalam hidupnya, sedikit demi sedikit ia mulai tahu apa yang dibutuhkan selama ini.
Perhatian dan rengkuhan lawan jenis.
Itu jelas sekali terasa dampaknya baginya. Traumanya tak lagi semenakutkan dulu. Ia bisa mengatasinya bahkan hanya kurang dari tiga bulan.
"Stop! Kamu gak akan ninggalin tempat ini kalau belum selesai." Jhon meraih tangan Keynan dan kembali mengajaknya ke dalam. "Jangan lupakan, ini adalah acara yang paling kamu suka setiap bulannya. Acara yang membuat rasa cemburuku bertambah kali lipat karena mereka yang memandangmu penuh pemujaan. Dan kamu menikmati itu, Keynan. Oh ayolah!"
Jhon menangkupkan kedua tangan di depan dada, memohon pada sang kekasih agar tidak membuatnya malu, dengan meninggalkannya sendirian di acara yang dihadiri para mantan dan orang-orang yang menyebut mereka pasangan ideal.
"Itu dulu. Sorry, seperti memang dunia seperti ini bukan lagi jalanku. Memang jalan kita sudah berbeda sekarang, akuilah itu."
"Tidak bisa. Kamu tidak bisa meninggalkan aku begitu saja, kita sudah berkomitmen untuk selalu bersama, kan? Jangan lupakan tentang janji itu, janji yang kamu ucapkan di depan Menara Eiffel."
"Please, bersikaplah dewasa, Jhon. Ini bukan hanya sekedar itu, ini lebih ke menjadi lebih baik."
"Kamu berubah!"
"Semua orang pasti berubah, yang membedakan berubah ke arah yang lebih baik atau sebaliknya."
"No! Apa pun keadaanya, kamu harus tetap di sini bersamaku. Kamu gak boleh kembali ke perempuan gatal itu. Tak akan kubiarkan."
"Enough! Ely bukan perempuan gatal, dia tidak pernah memaksaku untuk melakukan hal ini." Keynan berjalan cepat ke mobilnya yang terparkir di paling ujung belakang. Teriakan Jhon tak lagi ia pedulikan. Yang ada di pikirannya sekarang hanya pulang dan meminta maaf pada Ely.
"Berhenti! Selangkah kau lagi kau maju ke depan untuk meninggalkanku, maka jangan harap hidup wanita itu akan tenang!"
Keynan tak menghiraukan. Ia masuk ke mobil dan langsung tancap gas dari sana.
Rupanya tidak hanya sampai di sana. Keynan yang mencari keberadaan Ely dan tak menemukannya di manapun mendapati flat berantakan ketika ia sampai di sana. Ely belum kembali, dan dapat dipastikan bukan gadis itu yang melakukannya.
Ia melangkah masuk ke kamar tidur, kemudian melihat sesosok tubuh rapuh tengah duduk memeluk kaki di samping ranjang.
Jhon.
"Kamu kenapa tega sama aku?" Jhon menatap Keynan nanar.
"Apa yang kau lakukan?" Nada suara Keynan sudah tidak selembut biasanya. Dua oktaf lebih tinggi. Suara tertinggi yang pernah ia teriakan untuk Jhon.
"Kamu tega sama aku. Apa istimewanya gadis itu? Hingga tega meninggalkanku sendirian dan tidak mengindahkan semua permintaan sederhanaku."
"Sederhana yang mana? Jangan lebay dan membuat suasana memanas, lebih baik kau tinggalkan tempat ini dan jangan pernah kembali!"
"Kamu mengusirku? Kamu membuangku?" Jhon berdiri, ia membuka laci meja dan mengambil sebuah cutter dari sana. "Katakan sekali lagi, Keynan! Katakan! Maka aku akan menghantui setiap hari karena perkataan menyakitkan dari mulutmu!"
Keynan mulai panik, ketika melihat darah yang mulai keluar dari pergelangan tangan Jhon akibat goresan di sana. Ia maju dan berniat merebut benda tajam itu. "Jangan gila! Itu tidak akan menyelesaikan masalah kita!" Nadanya mulai lembut.
"Memang tidak! Tapi itu bisa membuatku merasa tenang dan bahagia, karena tidak melihatmu bersama dengan wanita jalang itu. Oh, tentu saja itu bisa membuat rasa bersalahmu semakin besar, Keynan." Jhon tertawa keras. "Ini kan yang kamu inginkan? Melihatku mati dan tidak menggangu kehidupanmu lagi? Kau memang sudah berubah. Kamu jahat!"
Keynan mengambil satu baju sembarangan dari kursi, entah milik siapa. Ia melangkah tegas dan tidak memperdulikan penolakan Jhon. Cutter diambilnya, meski telapak tangannya ikut terluka.
"Jangan bersikap lembut kalau akhirnya kamu tetap meninggalkanku."
"Aku gak akan meninggalkan kamu!" Ia membalut luka itu dengan kaos yang tadi diambilnya.
"Janji!"
"Diamlah dan jangan banyak gerak. Kita harus segera membawanya ke rumah sakit untuk dijahit."
"Aku mau di sini saja." Dia memeluk Keynan. "Bersama kamu. Hanya kita berdua."
Tanpa memperdulikan rengekan kekasih lelakinya, Keynan mengambil dompet dan kunci mobil. Tangannya menyeret tangan Jhon dan keluar dari flat-nya untuk segera menuju ke rumah sakit langganannya.
Tidak sembarang rumah sakit ia datangi ketika membutuhkan bantuan, terutama Jhon. Karena privasi lebih penting dari pada segalanya. Ia tidak mau hubungan sesama jenisnya dengan Jhon menjadi konsumsi publik kalau ia ceroboh dan menggunakan jasa rumah sakit biasa.
Rumah sakit ini berkerja sama dengan agensinya, juga dengan kalangan seperti mereka. Dan memang beberapa dokter juga perawatnya satu komunitas dengan mereka.
"Kau sudah berjanji tidak akan meninggalkanku, Keynan. Kau janji itu. Dan aku pegang janji kamu sampai mati. Jadi jangan berharap kamu bisa pergi dariku."