Ini botol ketiga yang Ely buka hanya dalam satu jam. Jadi bisa disimpulkan, dalam satu jam 1800ml air mineral masuk ke lambungnya.
Cemas. Panik. Semua perasaan tidak mengenakan bercambur jadi satu di hati.
Apa Keynan baik-baik saja? Bagaimana perkembangan kasusnya? Beribu pertanyaan yang tak bisa ia ucapkan terus saja menghantui pikiran.
[Tetap di flat. Jangan keluar kalau gue belum balik.]
Pesan terakhir dari Keynan satu jam lalu masih belum dibalasnya. Sejak kemarin, lelaki itu belum kembali ke flat. Padahal sudah lebih dari dua puluh empat jam dia pergi. Semua gara-gara Jhon. Kekasih suami Ely tersebut membuka rahasia tentang hubungan mereka ke media. Dan Keynan harus menyelesaikan itu secepatnya, sebelum semua job yang sudah dia tanda tangani dibatalkan.
Sepertinya kantung kemih mulai penuh lagi. Dengan segera Ely berlari ke kamar dan masuk kamar mandi. Jika sudah panik seperti ini, minum menjadi cara paling ampuh untuk sedikit meredakannya. Tapi efeknya bolak-balik ke toilet.
"Gue juga gak tahu kalau dia senekat itu."
Ely menajamkan telinga. Sepertinya suara Keynan. Tapi apa mungkin? Ah, sepertinya Ely mulai ngelindur.
Ponsel yang ada di atas meja ia ambil. Kemudian melangkahkan kaki keluar dari kamar.
"Loh?" Ia menunjuk tiga lelaki yang sudah ada ruang tengah.
"El!" Keynan berdiri dari sofa, dia berjalan ke arah istrinya dan langsung memeluk.
"Apa semua oke?" tanya Ely lirih.
"Semakin rumit," jawab Keynan.
Keynan melepaskan pelukan. Dia mengajak Ely duduk di sofa.
Dua lelaki di depannya adalah manager Keynan dan mantannya yang waktu itu menolong Keynan saat dia kumat traumanya.
"Kamu udah makan?" tanya mantan Keynan. Namanya Rhudy. Dia juga sama seperti suami Ely, penyuka sesama jenis. Tapi sifat dan sikapnya berbeda jauh dengan Jhon.
"Itu ada pizza. Kamu makan dulu!" Manager Keynan menunjuk ke meja sebelah pintu.
"Kenapa wajah kalian tegang?" tanya Ely lagi.
Keynan menggenggam tanganknya. Dia berkali-kali menghela napas berat.
"Di depan banyak wartawan media gosip. Kami sudah memberi tahu satpam supaya wartawan jangan sampai masuk. Rencana kami gagal total." Rhudy menjelaskan.
Ely mendengarkan dengan serius. Tangan kanan masih digenggam erat oleh Keynan. Sedangkan lelaki itu terlihat kacau.
"Surat perjanjian kalian diambil Jhon. Dan dia membocorkan kepada wartawan tentang itu," lanjutnya.
Ia memijat kening yang ikut berdenyut pusing. Bagaiman bisa surat tersebut bisa ditangan Jhon? Padahal seingatnya, sudah disimpan Keynan di brankas yang hanya dia pemegang kuncinya. Apa itu berarti Jhon mencurinya?
Masalah semakin besar, ketika Keynan belum mau keluar dan bicara dengan media. Bahkan seminggu lamanya, kami tidak keluar dari flat. Hanya manager Keynan dan Rhudy yang bolak-balik ke sini untuk melaporkan perkembangan kasusnya. Mereka berdua juga yang sering membelikan makanan untuk Ely dan Keynan.
Grup WAG kerjaan sudah ramai membahas kasus Keynan. Ely juga ikut terseret tentu saja. Karena menikah dengan Keynan dan menjadi istri pura-puranya untuk menutupi skandal hubungan sesama jenis dengan Jhon.
Sedangkan kekasih Keynan masih terlihat wira-wiri di infotainment dengan segudang pernyataanya yang membuat berita semakin hari semakin panas. Ely memantaunya dari ponsel, pun dengan Keynan.
"El, boleh pinjam pundaknya?" Keynan keluar dari kamar dengan rambut acak-acakan. Jambang di dagunya mulai tumbuh halus. Entah kapan terakhir dia bercukur.
"Sini!" Ely merentangkan kedua tangan. "Masih ada gue. Lo bisa cerita apa aja sama gue."
Keynan duduk di samping, dia menyandarkan kepalanya di pundak Ely. "Gue lemah, ya! Kek cewek," ucapnya.
"Eh, gak loh. Lo tetap Alfa yang gue kenal. Lo cowok kuat."
"Tapi gue hampir nyerah, El. Semua kontrak kerjasama dibatalkan. Gue diberhentikan sementara dari agensi karena skandal ini."
"Ya udah, berarti lo disuruh istirahat dulu."
"Padahal rencananya kalau berita ini mencuat ke publik, gue tinggal nunjukin buku nikah kita, dan mengenalkan lo sebagai istri gue. Tapi ternyata semua tidak berjalan sesuai rencana."
"Apa gak ada rencana cadangan?"
"Ada. Dan tidak berguna lagi. Karena surat itu sudah diketahui media." Dia tertawa miris.
Ely menarik napas panjang. "It's oke. Gue tetep di samping lo. Kita hadapi sama-sama, ya. Lo gak sendirian kok."
Akun Instagram milik Ely dan Keynan sudah ramai diserang netizen. Banyak dari mereka yang tidak percaya jika Keynan melakukan itu. Banyak juga yang merasa kecewa dengan Keynan karena menurut mereka telah membohongi publik dengan statusnya.
Sisi baiknya, followers akun Ely naik drastis. Dari hanya ribuan, dalam satu minggu naik menjadi ratusan ribu. Benar-benar kekuatan netizen Indonesia patut diacungi jempol jika mencari berita gosip.
"Lo udah makan belum?" tanya Ely.
Keynan menggeleng.
"Tadi Rhudy beliin ayam. Gue masakin ayam asam pedas, mau?"
"Mau!" Keynan mengangkat kepalanya.
"Lo mandi dulu gih! Jangan lupa bercukur." Ely menarik kedua ujung bibir. "Meh kasepna teu leungit, meh abdi makin nya'ah"
"Artinya?"
"Cari di Google!" Ia tertawa, kemudian berdiri dari sofa, dan menuju ke dapur untuk mulai memasak. Beruntungnya Rhudy sempat membawakan dua kilo ayam tadi pagi, juga sayuran mentah dan beberapa macam buah untuk kami.
Dia masih menyusun rencana lain untuk Keynan, agar nantinya Keynan bisa kembali ke dunia modeling dan nama baiknya kembali setelah Jhon menghancurkannya sedemikian rupa.
Satu jam lamanya berkutat dengan ayam dan bumbu-bumbunya, akhirnya makanan kesukaan Keynan matang.
Dia langsung duduk manis di kursi begitu Ely membawa sepiring nasi dan ayam asam pedas. Keynan menyunggingkan senyumnya. "Gue udah bercukur," lapornya.
"Good! Anak baek!" Ia menepuk lembut pipi lelaki itu. "Udah gak usah terlalu dipikirin, semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Anggap saja ini ujian lo, siapa tahu Tuhan mau ngangkat derajat lo."
Keynan menghentikan suapannya. "Emang Tuhan itu ada?"
Mata Ely membola. "Lo gak percaya Tuhan, Al?"
Dia menggeleng. "Kalau Tuhan ada, kenapa dulu dia biarin gue dijadiin pelampiasan nafsu bajingan itu? Kenapa dia diam saja? Kenapa gak bikin mati aja orang-orang kek gitu?"
Duh, bagaimana cara jelasin sama lelaki ini? Meski Ely bukan orang yang baik dan taat beribadah, tapi setidaknya ia masih percaya keberadaan Tuhan. Masalahnya, karena malas beribadah itu, Ely jadi kesulitan untuk menjelaskan kepada Keynan tentang pertanyaan yang dia ajukan.
Keynan tertawa sinis. "Kalau Tuhan ada, kenapa dia ngasih masalah yang gak gue harapkan, seperti sekarang! Padahal kalau Dia benar ada, pasti sudah tahu pahitnya kehidupan gue semenjak kecil."
Ely menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya pelan. "Jadi, menurut lo, siapa yang ngasih nyawa? Siapa yang nyiptain manusia?"
"Ya udah takdirnya."
"Kalau mobil saja ada yang nyiptain, masa bumi, manusia, tumbuhan dan alam semesta gak ada yang nyiptain!"
Keynan diam. Dia kembali menyuapkan makanannya.
"Al, suatu kejadian yang terjadi pada diri kita itu sudah diatur oleh Tuhan, dan pasti ada hikmah yang bisa diambil dari kejadian itu. Baik kejadian buruk, atau sebaliknya."
"Lo udah cocok jadi penceramah El."
"Wo jelas!" Ia menepuk dada membanggakan diri. "Gue juga cocok kok jadi istri lo," ujar Ely sambil menutup muka.