Chereads / Aku Cerai Setelah Hamil Anaknya (BL) / Chapter 10 - 10. Dia Anak Kita...

Chapter 10 - 10. Dia Anak Kita...

Tidak terasa malam tiba. Rizky dengan hati-hati masuk ke dalam rumah. Hari dia tidak membawa Alfik ke tempat kerjanya tapi menitipkannya kepada Adi di tempat penitipan anak. Padahal bayinya ingin ikut tapi Rizky tidak mengizinkannya dikarenakan Alfik akan kelelahan bila ikut dia ke Kafe.

Sebelum pulang Rizky menelepon Adi, Memintanya agar menidurkan Alfik di rumah Rizky. Jangan tanya darimana Adi masuk, Jawabannya ada pada Alfik. Bayi itu diberi kunci cadangan rumah oleh Rizky sendiri, Jadi setiap Adi membawa Alfik pulang dia tidak akan cemas soal rumah yang terkunci selama ada Alfik.

Dia mengendap-endap ke kamar mereka. Dilihatnya Alfik sudah tertidur lelap dengan boneka Panda dipelukannya. Rizky berbalik menuju dapur sebab ia merasa lapar setelah seharian bekerja.

Dibukanya kulkas dan menemukan sisa roti yang dibuatnya untuk Alfik tadi pagi. Dia mengambilnya kemudian memanaskannya di oven. Selesai dengan makanan, Ia Mendudukkan dirinya di sofa dan memutar televisi dengan volume kecil sebab takut akan membangunkan bayinya.

Piring yang dibawanya berisi 4 potong roti susu kini tinggal 2 potong lagi dan Rizky sudah bosan dengan sinetron di TV akhirnya memutuskan untuk menonton berita di jam 7 malam.

"Malam ini kami akan kedatangan tamu istimewa yaitu CEO dari perusahaan T, Zandri Sulaiman Thompson!"

Deg!

Kegiatan makannya berhenti seketika saat mendengar nama itu. Rasanya seperti mengukir kembali luka di hatinya yang mulai sembuh. Dimatikannya TV dengan lesu lalu melirik HP-nya.

"Aku tidak tahu bagaimana reaksimu nanti bila bertemu dengan anakku, Tapi yang jelas aku tidak akan membiarkan kamu menghancurkan kami lagi" Lirihnya menatap kosong ke Hp.

Dia memilih mandi air hangat sebagai pencuci otak malam ini, Karena berita tadi membuatnya sakit kepala. Tubuh tinggi dan rampingnya terasa sangat lega ketika air melewatinya. Rizky memakai sabun dengan cara pelan dan tidak buru-buru. Di sela-sela kegiatannya, Matanya berhenti di bekas operasi caesar yang menyerupai kelabang kecil sepanjang jari tengah orang dewasa.

Dirabanya bekas operasi, Ingatan tentang bagaimana dia mengandung sampai melahirkan Alfik kembali memenuhi ingatannya membuat pria itu tersenyum kecut menatap cermin di depannya.

Mengidam Rizky sangat aneh, Setiap malam dia akan tanpa sadar melihat foto pernikahannya dengan Zandri. Bila tidak melihatnya dia akan kesusahan untuk tidur. Di siang hari dia akan mengidam berupa makanan ringan yang setiap harinya harus berbeda rasa dan bentuk, Hal itu membuatnya pusing sendiri terutama Adi yang bertugas untuk membelinya.

Setiap hari Adi harus memiliki ide sendiri membelikan makanan ringan Rizky, Karena anak itu tidak akan meminta kepadanya sebab merasa tidak enak. Rizky mengalami masa mengidam aneh itu selama 4 bulan. Sudah tidak terhitung lagi jenis makanan ringan yang dimakannya dan seberapa bosannya ia harus melihat foto pernikahan mereka untuk sekedar pengantar tidur.

Dia menggosok kepalanya dengan handuk kecil keluar dari kamar mandi. Berjalan menuju kamarnya, Melihat Alfik yang masih terlelap membuatnya sedikit berhati-hati kala membuka pintu lalu masuk ke dalam.

Selesai berganti baju tidurnya, Dia segera menuju ke tempat kosong di samping Alfik dan tidak lama kemudian menyusul bayinya dalam mimpi.

Zandri membuka amplop yang diberikan oleh orang suruhannya. Dibacanya dengan seksama lembar per lembar kertas tersebut. Mulai dari tanggal lahir Rizky, Tempatnya dibesarkan, Serta dengan siapa saja dia berhubungan. Entahlah dia merasa tertarik informasi tentang Rizky. Kemudian menemukan fakta menarik yang membuatnya tersenyum kecil sekaligus licik.

"Heh! Ternyata dia belum menikah, Berarti tidak ada halangan untukku mendapatkannya" Gumannya dengan seringai.

Begitu lembar bergulir dari tangannya, Dia terpaku sejenak begitu kertas berisi informasi Alfik tertera di depannya.

"Tahun kelahiran 2019, Hari Jum'at tanggal 1 Januari, Hmmm... Tanggal lahir, bulan bahkan harinya sama denganku kecuali tahun hehehe..." Kekehnya melihat satu-persatu informasi yang tertulis.

Untung saja saat ini sudah tengah malam dan para karyawannya juga telah pulang dari kantor, Bila tidak dia mungkin akan dianggap orang gila karena tertawa sendiri di ruangan kantornya.

"Nama Alfik Kurniawan, Lahir di rumah sakit S di kota N, Pasti dia sengaja merahasiakan kelahiran Alfik di rumah sakit" Gumanya kala melihat begitu minimnya informasi tentang Rizky.

Dibukanya lagi lembar selanjutnya dan seketika ia terdiam melihat foto seorang bocah yang tertempel di sana. Tiba-tiba Zandri berdiri dan pergi ke lemari kecil di dalam ruang buku yang berada di kantornya. Tidak lama kemudian kembali lagi dengan sebuah foto dan membandingkannya dengan foto bocah yang dilihatnya. Matanya melebar,

"Sangat mirip... Apakah dia anakku? Jika benar maafkan Mas Riz, maafkan Daddy Al... Aku menyesal sudah menyakiti kalian bertahun-tahun yang lalu" Lirihnya dengan mata berkaca-kaca. Diciumnya foto Alfik dengan penuh kasih sayang dan diusapnya perlahan seakan takut benda itu akan sobek.

"Kamu boleh mengutukku, Menyumpah serapahiku atau bahkan memukulku bila kita bertemu, Aku terima tapi aku akan tetap membuatmu menjadi milikku lagi tidak peduli apakah kamu bersedia atau tidak, Kali ini aku akan berusaha menebus dosa-dosaku kepadamu" Ucapnya di kesunyian malam.

Pagi-pagi sekali Zandri sudah ribut dengan kakaknya di telepon, Pasalnya sang kakak menyuruhnya untuk mengantar keponakannya ke sekolah.

"Kenapa bukan Mbak sendiri yang antar! Mbak kan tahu kalau aku sedang sibuk akhir-akhir ini! Kemarin aku sudah menjemput mereka, Mana tanggung jawabmu sebagai ibu?!" Marahnya kepada sang kakak melalui hp.

"Heh! Berani kamu sama mbak! Jangan menyinggung kalau kamu juga sama seperti apa yang kamu ucapkan barusan! Kali ini saja, tolong kamu jemput Andre sama Brian, Dan ngomong-ngomong... Anaknya si Rizky satu sekolah dengan Brian loh!" Ucapnya antusias. Namun melihat wajah adiknya sama sekali tidak berubah membuatnya bingung.

"Udah tau, Oke nanti aku antar, Dimana mereka?" Ketusnya.

"Kamu ke rumah utama, Kemarin Mbak menitipkan mereka kepada mama, Soalnya mbak ada urusan di kantor" Jelasnya.

Zandri mengumpat, "Dasar ibu tidak bertanggung jawab!" Kesalnya mengakhiri VC dengan Ayu. Persetan dengan kakaknya yang akan mengumpat disana.

Diliriknya tumpukan kertas di meja kantornya kemudian menghembuskan nafas kasar, Mengambil jasnya dan pergi. Pintu lift terbuka dan menampakkan Putri dari dalam.

Putri "Mau kemana mas?" Tanyanya.

"Mau jemput keponakanku" Jawabnya singkat lalu segera pergi meninggalkan Putri yang berdiri mematung di tempatnya.

"His! Ini pasti ulahnya si nenek lampir itu!" Putri menghentakkan sepatu hak tingginya di langi berkali-kali.

Begitu tiba, Zandri langsung memakirkan mobilnya kemudian masuk ke dalam sekolah bersama Brian karena dia telah mengantar Andre lebih dulu. Samar-samar Zandri menyipitkan matanya ketika melihat bocah berambut pirang sepertinya yang sedang duduk menunggu seseorang dengan mulut penuh dan roti di tangannya. Beda halnya dengan Brian yang menatap bahagia.

"Alfik!! Paman ayo cepat! Temanku sudah menunggu!" Pekik bocah 4 tahun itu sambil menarik paksa tangan pamannya.

Mata para wanita-wanita di sana sangat berbinar begitu melihat Zandri. Dia merupakan CEO muda yang terkenal kaya dan tampan serta dingin. Jadi tidak heran bila mereka langsung mengenali wajahnya.

"Sekarang kita punya dua papa tampan! Ya Tuhan mimpi apa aku semalam!?"

"Andai aja aku masih single, Mungkin aja aku bisa jadi istri buat Pak Zandri!!"

"Simpan saja mimpimu! Karena itu tidak akan pernah terwujud!"