Putri bersedekap dada dan menatap marah Zandri yang duduk di depannya, Tapi dia semakin kesal lagi kala pria itu sama sekali tidak segera meminta maaf.
"Apa kamu tahu kesalahanmu?" Tanya Putri memancing reaksi lawan.
"Aku tahu, Maka dari itu ku minta maaf karena telah membuatmu menunggu selama 1 jam" Jawab Zandri tanpa minat.
Dia berpikir dulu seandainya jika Rizky yang berada di posisi Putri, Dia tidak akan marah kepadanya selambat apapun dirinya dan bahkan dia dengan senang hati akan mengabaikan janji temunya dengan Rizky.
"Kenapa kamu terlambat selama itu?! Apa kamu tidak tahu aku sangat kepanasan di sini?!" Marahnya, Dia tidak peduli dengan mata para pelayan dan pelanggan yang menatapnya. Putri menganggap dirinya sebagai nyonya yang berkuasa saat ini.
"Untuk apa kamu marah? Aku tanya, Apa aku pernah marah saat kamu lebih memilih bersama teman-temanmu daripada membantuku mengurusi kantor?" Balasnya. Putri diam, tidak bisa membalas ucapan Zandri.
"Kenapa diam? Apakah teman...ah tidak, maksudku selingkuhanmu itu penting daripada aku?" Lanjutnya menyindir.
Wanita itu terbelalak kaget, Dia tidak menyangka bahwa Zandri akan secepat ini mengetahui perselingkuhannya.
Zandri tersenyum mengejek, "Kenapa diam lagi? Ooh... Atau ucapanku barusan ada benarnya?" Ejeknya.
"Aku tidak berselingkuh! Tega sekali kamu menuduhku! Selama ini aku sangat setia dari kamu menderita karena menikah tanpa cinta sampai bercerai aku tetap setia! Memang apa bedanya dengan dirimu? Meskipun kamu telah bercerai tapi kamu masih mencarinya!" Jawab Putri mengelak.
"Ya... Itu memang benar aku masih mencarinya tapi dengan tambahan bahwa sekarang aku mencintainya, Dan aku tidak akan berani menuduhmu bila tidak memiliki bukti" Zandri dengan santai melemparkan amplop coklat ke meja.
Putri melirik Zandri dengan sedikit emosi bercampur ketakutan, Kemudian dia melihat ke meja. Diraihnya amplop tersebut dan dibukanya. Zandri menyeringai kecil di balik wajah dinginnya saat melihat wajah Putri berubah pucat pasi.
Zandri bertanya, "Apakah itu belum cukup untuk menjadi bukti? Atau... Perlukah aku panggilkan selingkuhanmu sekarang agar dia mengakui semuanya dan membuatmu malu di sini?" Ejeknya dengan wajah penuh senyum licik.
Wanita itu gemetar, Sangat takut melihat wajah Zandri sekarang. Putri mengumpati pria yang menjadi selingkuhannya. Bagaimana pria itu begitu tidak tahu malu setelah berpacaran dengannya selama 6 tahun ini? Dia bahkan dengan gampang mengakui semuanya hanya dengan imingan uang dari Zandri.
"Itu... Aku bisa jelaskan Mas, Tidak seperti yang kamu kira, Aku dipaksa dan diancam! Ya, Benar! Aku diancamnya!" Wanita itu masih berusaha menutupi jejak perselingkuhannya meskipun bukti sudah ada di dalam kertas itu.
Pria itu menggelengkan kepalanya menatap sinis Putri. Bagaimana dia bisa begitu bodoh dengan memacari hewan berwujud manusia? Tanpa menjawab pembelaan Putri dia berdiri, Tapi sebelum itu dia mengatakan hal yang akan membuat Putri menyesal seumur hidupnya.
"Mulai sekarang kita bukanlah siapa-siapa, Dan besok pagi kamu harus mengemasi barang-barangmu di kantor, Jika kamu tidak datang aku akan menyuruh satpam untuk membuangnya" Setelah itu dia pergi meninggalkan Putri sendirian.
"Mas!! Aku minta maaf!" Teriaknya tapi sayang punggung tegap pria itu sudah menjauh, hanya bunyi sepatu yang dapat didengarnya.
TING!
Dia membuka hp bersamaan dengan datangnya pelayan untuk meminta bill.
"Aku sangat malas untuk berbalik ke sana, Jadi kamu harus membayar bill nya, Tenang saja uangmu akan ku ganti" Begitulah pesan yang dikirim oleh Zandri ke Hp putri.
"Maaf Nona, Silahkan bayar bill nya, Bila uang cash bayar ke saya, Tapi bila menggunakan kartu anda harus pergi ke kasir" Kata Firman sopan dengan senyum pekerjaan. Tapi sebenarnya dia diam-diam telah mendengar perdebatan mereka secara tidak sengaja, Kini dia tengah menahan tawa agar membuat wanita itu tidak marah.
Putri mendengus, "Huh! Memangnya berapa yang harus ku bayar?" Dengan nada angkuh sembari mengeluarkan kartu hitam dari dompetnya.
Firman sedikit terkejut melihat Kartu hitam itu, Sedang Putri tersenyum bangga melihat ekspresi pelayan di depannya.
"Minggir dari jalanku, Huh! Sangat menggangu!" Cibirnya menabrak Firman lalu melangkah ke arah kasir. Firman menepuk-nepuk pundaknya kasar seakan-akan Putri adalah kuman yang baru saja menyentuhnya.
Kening Aufa berkerut melihat tanda kartu di blokir, Untuk memastikan dia menggesek-gesek kartu itu berulang kali tapi seakan-akan mati kartu itu tidak bisa digunakan.
"Maaf Nona, Tapi kartu anda telah diblokir" Ucapnya.
Senyum kesombongannya hilang berganti dengan wajah kaku, Dengan cepat ia merampas kartu dan mesin gesek. Aufa tidak marah karena sifat tidak sopan wanita itu, justru dia malah asik melihat pemandangan berupa wajah panik dan ketakutan pelanggan sombong di depannya itu.
"Bagaimana? Apakah Nona akan membayar dengan cash? Totalnya 200 Rp" Desaknya. Dia sengaja memanas-manasi wanita itu.
"Tidak mungkin!" Ucap Putri tidak percaya, Bahkan tidak menjawab pertanyaan dari Aufa. Dia tiba-tiba teringat bahwa kartu hitam itu adalah pemberian dari Zandri 7 tahun yang lalu. Tidak salah lagi, Ini pasti ulah pria itu!
Wanita itu dengan malu menyimpan kartu hitamnya dan menggantinya dengan uang cash dari dompetnya. Lalu berbalik dan berjalan dengan cepat, Dia sama sekali tidak melirik orang-orang di sana.
Seperginya, Aufa, Firman dan pelayan lainnya meledak dengan tawa di ruangan itu. Bahkan beberapa pelanggan juga tertawa lepas melihat ekspresi malu wanita tadi.
"Terima kasih Kak Adi, Tadi terjadi sedikit masalah di Kafe jadi aku tidak sempat untuk menjemput Alfik" Ujarnya tidak enak hati sambil menggaruk tengkuknya.
"Tidak apa-apa, Untung saja kamu menelepon jadi aku segera mengantar pulang Alfik tanpa menunggumu dulu" Jawabnya dengan lambaian tangan menandakan ketulusannya.
"Apa dia sudah tidur?" Tanya Rizky.
Adi menggelengkan kepalanya, "Belum, Sepertinya dia sedikit marah kepadamu karena tidak menjemputnya... Lebih baik langsung saja ke kamarmu, aku akan pulang" Tunjuknya ke arah kamar Rizky.
"Kakak tidak mau minum dulu?" Tawarnya.
Tapi pria 27 tahun itu menggelengkan tangannya dan pergi dengan diantar Rizky sampai di depan pintu. Setelah menutup pintu Rizky lanjut masuk ke kamarnya. Dengan hati-hati membuka pintu kemudian berjalan mendekati ranjang.
Seperti yang dikatakan oleh Adi barusan, Alfik benar-benar marah kepada papanya. Bayi itu memang belum tidur, Tapi begitu papanya masuk dia langsung berbalik memunggungi papanya dan membungkus tubuh gembulnya dengan selimut.
Kekehan geli keluar dengan nada rendah dari mulut Rizky. Dengan hati-hati dia berjalan ke atas ranjang kemudian berbaring di tempat tidur dan berpura-pura tidak menghiraukan bayinya.
Di balik selimut alis Alfik berkerut, Kenapa papanya tidak datang untuk membujuknya? Tapi dia segera menahan dirinya untuk berbalik ke papanya karena dia yakin sebentar lagi papanya pasti akan memeluk dan memanjakannya.
10 menit kemudian...
Bayi itu merasa gerah lama-lama berada di dalam selimut, Dia bergerak-gerak gelisah dengan pelan. Sementara Rizky benar-benar menahan diri untuk tidak tertawa lepas melihat tubuh gembul yang terbungkus selimut itu sangat menderita karena kepanasan. Dia ingin melihat sampai dimana batas kemampuan bayinya ini.
"Puah!!" Baru saja Rizky membuat tantangan untuk dirinya sendiri kini bayi itu sudah tidak tahan dan keluar dari selimutnya, Dia menatap papanya dengan wajah mencebik menahan tangis.
"Kenapa? Bukannya kamu tidur?" Godanya. Pipi chubby bayinya menjadi kepiting rebus karena malu dan matanya mulai berair.
"Huhuhu...." Tangis bayi itu pecah, Papanya sangat jahat karena berani menggodanya!!
"Hahaha... Ya ampun bayi papa sangat cengeng" Ejeknya sambil mengangkat Alfik dalam pelukannya.
Begitu berada di dada papanya, Dia mulai mengendus-endus dada yang dibalut oleh kain. Rizky tersenyum teduh dan menarik bajunya ke atas kemudian menyodorkan dadanya ke mulut kecil Alfik, Mereka tertidur pulas dengan posisi itu.