Wanita 54 tahun itu terlihat mondar-mandir tepat di depan suaminya yang duduk di sofa ruang keluarga mereka. Dahlan sama sekali tidak peduli dengan istrinya, Lebih asik dengan koran dan secangkir kopi panas di tangannya.
Arisa berhenti, melirik suaminya yang acuh, dia mendengus sebal kemudian duduk di samping suaminya serta merampas benda penting ditangan pria itu.
Dahlan mengeluh "Ah! Apa yang kamu lakukan? Hari ini aku sedang cuti dari kantor karena lelah" Protesnya terhadap sang istri.
Arisa kesal dan menjawab, "Memang siapa yang harus disalahkan ketika aku meminta 4 tetapi kamu lebih memilih memberiku 2 anak dan semuanya tidak berguna?!"
4 pelayan yang berjaga di sana tidak berani mengangkat suara jadi mereka lebih memilih untuk menjadi patung hidup menyaksikan tuan dan nyonya mereka bertengkar lagi karena hal sepele.
"Apa kamu pikir aku tega ketika melihatmu hampir mati karena mengandung Zandri 28 tahun yang lalu? Bagaimanapun juga aku adalah suamimu dan aku tahu yang terbaik untukku dan juga untukmu" Kata bijaknya membuat hati gelisah Arisa sedikit menghilang, Dia tersenyum lagi di wajahnya yang mulai dihidupi oleh keriput.
"Aku sangat takut sekarang" Ungkap Arisa.
Dahlan melirik istrinya sebelum menjawab, "Apa itu soal anak yang Zandri sebutkan?" Dia memastikan tebakannya.
Arisa mengangguk, "Ya benar, Dulu kita pernah menghina Rizky sebagai anak yang tidak jelas, Dan sekarang kita memiliki cucu ke 3 yang dilahirkan olehnya..." Arisa menghela nafas berat sebelum melanjutkan perkataannya, "Aku takut dia tidak akan mengizinkan kita untuk bertemu dengan cucu kita, kamu tahu bahwa aku sudah lama menginginkan cucu dari anak nakal itu" Keluhnya.
"Aku tahu dan aku juga senang, Tapi kita tunggu saja kabar dari Zandri" Dahlan menenangkan istri.
"Em... Itu, Bagaimana jika kita menyuruh seseorang untuk mengambil anak itu setengah hari dan kita akan mengembalikannya setelah setengah hari?" Dia sangat bersemangat ketika mengatakan rencananya.
Dahlan terkejut, "Tidak! Kamu jangan berani-berani melakukannya, Ingat bahwa kamu juga seorang ibu, bagaimana jika yang diambil itu adalah Zandri sendiri?" Arisa diam dan dia sama sekali tidak berani untuk membayangkan ucapan suaminya.
"Bersabarlah, Suatu saat nanti kita pasti akan bertemu dengan cucu kita" Dahlan mengelus punggung istrinya dengan kasih sayang yang tulus di matanya.
Pelayan-pelayan menghela nafas lega. Biasanya akan terjadi perang dingin di rumah sebesar ini ketika dua orang tua itu berdebat.
Wajah Rizky datar saat bertanya, "Sedang apa kau disini?" Bertanya kepada seorang wanita yang duduk di meja kafe.
"Tentu saja aku ingin makan" Ketusnya, Di menatap sinis wajah tampan itu.
Pagi yang sial untuk Rizky sepanjang sejarah hidupnya. Tadi pagi dia sudah disuguhi oleh kedatangan mantan suami yang paling dibencinya. Sebelum hatinya berdamai dengan kejadian itu kini wanita yang ikut terlibat dalam masa lalunya kembali datang dihadapannya.
Dia mengangguk, "Baiklah, Anda pesan apa?" Rizky sedikit membungkukkan tubuhnya mendekat ke meja dengan buku tulis dan pulpen di tangannya.
"Salad dan jus Alpukat, Itu saja" Jawab Putri. Rizky mengangguk kemudian menulis pesanannya dan pergi. Putri melirik punggung yang menjauh itu lalu menyeringai kecil di sudut bibirnya.
Rizky kembali dengan pesanan Putri di tangannya. Ketika dia hendak membungkuk untuk meletakkan nampan di atas meja Putri dengan sengaja menendang lututnya, Mengakibatkan Rizky jatuh menghantam meja lalu sedikit terhempas ke lantai kafe.
"Kyaaa!!" Jeritnya pura-pura terkejut. Pelayan beserta pelanggan secara reflek menengok ke tempat kejadian.
Firman bergegas menghampiri Rizky di lantai dan membantunya. Dia juga tidak memperhatikan kejadian itu karena sebelumnya dia melayani pelanggan di meja yang berjauhan.
"Kamu tidak apa-apa Riz?" Sambil membantunya berdiri dari lantai. Rizky melirik pakaiannya dan membuang nafas panjang melihat baju juga celananya yang basah serta kotor.
"Maaf, Saya tidak sengaja" Putri berusaha menutupi wajah bahagianya yang hendak tertawa.
Mengangkat tangannya, "Tidak masalah, Saya akan mengganti dengan yang baru" Rizky sedang berusaha menahan diri untuk tidak menampar wajah cantik itu dengan tangannya. Dia tidak akan bodoh untuk tidak mengetahui bahwa wanita licik itu tengah berpura-pura.
"Kak, Kamu gantikan saya dulu, Saya akan pergi mengganti baju di loker" Setelahnya dia pergi. Firman melirik wanita pembuat onar itu yang juga melirik balik, dengan wajah datar Firman kemudian pergi. Seperginya mereka dia kembali tersenyum penuh kemenangan.
Begitu tiba di area ganti baju ia segera membuka loker. Karena baju yang disediakan hanya satu Rizky terpaksa menggantinya kembali dengan baju miliknya.
Setumpuk kertas di meja tidak dihiraukan kehadirannya olehnya.
Hatinya memang bersedih karena penolakan Rizky dan Alfik, Tapi Zandri bahagia karena Alfik sangat menyayangi papanya. Dia merasa sepertinya dia bisa dengan sangat mudah untuk mengambil hati anaknya, tapi untuk Rizky... Dia menghela nafas berat.
Tok... Tok...
Zandri berseru, "Masuk!" Setelahnya dia langsung bergegas rusuh dengan komputernya.
Pintu terbuka menampilkan seorang pria bersetelan kasual di tubuhnya yang tinggi. Zandri mendengus melihat senyum menggoda menjijikkan milik Sepupunya.
"Can't you stop that disgusting smile? Feel that I want to vomit right now" Sebagai setengah barat, Tentu saja bahasa Inggrisnya sangat lancar.
Tapi pria itu sama sekali tidak mendengar ucapan kakak sepupunya. Dengan santai ia melanjutkan langkahnya ke sofa yang berada tidak jauh dari meja kerja Zandri dan mendudukkan dirinya di sana.
Rafil terkekeh kecil kemudian menjawab, "Sorry bro, Tapi aku dengar kau bertemu lagi dengan mantan suamimu akhir-akhir ini" Berkata itu sambil mengangkat kakinya di atas meja.
"..."
Pasti ini adalah ulah dari Ayu! Dia berdehem kecil dan menjawab, "Itu memang benar, Jadi tujuanmu kemari hanya untuk menanyaiku soal itu?" Zandri mengangkat alisnya.
Rafil menggelengkan kepala dan wajahnya berubah serius "Tentu saja bukan, Tapi aku ingin meminta bantuanmu " ucapannya membuat Zandri sedikit terkejut.
"Ada masalah apa?" Dia penasaran.
"Itu... Em... Bisakah kau membelikan aku mobil?" Menatap ragu-ragu ke Zandri.
Zandri mengerutkan keningnya, "Kau naik apa kemari?"
"Hehehe... Itu, Aku naik taksi" Kekeh Rafil tanpa dosa.
"..."
Remaja itu dengan tergesa-gesa segera melanjutkan ucapannya, "Aku tidak diusir dari rumah!!" Teriakannya memenuhi ruangan itu. Zandri memegang pelipisnya sambil menggelengkan kepalanya.
Rafil atau nama aslinya adalah Dirafil F. Thompson merupakan anak dari paman ke 3 Zandri. Dia adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Saat ini tengah menempuh kuliah 1 tahun di jurusan Teknik Komputer.
Awalnya Fadli (adik Dahlan dan ayah Rafil) ingin mendaftarkannya di jurusan Bisnis. Namun ditolaknya mentah-mentah usul sang ayah. Dia sangat keras kepala sehingga Fadli lebih memilih untuk mengalah dan membiarkannya memilih sendiri jurusannya.
"Tidak"