Ingin rasanya Rizky menelan hidup-hidup pria tidak tahu malu yang berdiri di depan pintu rumahnya sepagi ini, Bahkan Rizky sendiri belum mandi.
Pria didepannya diam-diam menatap intens ke celana kolor di atas lutut dan baju kebesaran milik Rizky.
Zandri menelan ludah kasarnya, "Apakah dia tidur dengan pakaian seperti ini setelah kami bercerai? Dan apakah dia tidak sadar dengan pakaiannya sendiri?" Gumamnya dalam hati.
"Sedang apa kamu di sini? Maaf tapi aku tidak merasa telah membuat janji temu denganmu" Rizky serta merta menutup pintu dengan keras. Tapi,
"Ouch! To-tolong buka kembali pintumu, Kakiku terjepit!" Teriak menyedihkan Zandri dari luar pintu. Rizky melihat ke bawah, Benar saja sepatu Zandri memang terjepit oleh pintu.
Karena tidak ingin membayar biaya perawatan Kakinya, Rizky dengan terpaksa harus membuka lagi pintu rumahnya. Zandri tersenyum manis, Tidak memperdulikan kakinya yang sakit dia ingin melangkah masuk tapi Rubah ganas didepannya menahan pergerakannya.
"Tuan kaya, Siapa yang bilang aku mengizinkanmu untuk masuk ke rumahku? Sangat tidak sopan bagi orang sepertimu untuk tidak mengetahui adab masuk ke rumah orang" Rubah itu memandang sinis Zandri.
Zandri gugup dan bingung harus menjawab apa, "Itu... Bolehkah aku masuk? Salah satu adab masuk rumah adalah bertanya kepada tuan rumah" dia memberi senyuman yang sangat mirip dengan senyum si bayi.
Bibir kanan Rizky berkedut-kedut mendengar jawaban itu, Benar-benar pintar! Pantas saja Si gembul itu selalu mampu menjawab pertanyaannya.
"Kalau begitu maka jawabannya adalah TIDAK!" Teriaknya seraya mendorong Zandri dan hendak menutup pintu lagi tapi kali ini Zandri dengan cepat mencegah menggunakan tangan kekarnya.
"Apakah kamu lupa dengan negosiasi kita di mobil? Kamu berkata bahwa kamu tidak akan melarangku untuk bertemu dengan kalian, Dan sekarang aku tengah melakukan itu" Jawabnya buru-buru, Tenaga Rizky tidak main-main saat ini.
Pria 23 tahun itu mendengus panjang, "Baiklah... Silahkan masuk" Dia menyingkirkan tubuhnya untuk memberi jalan Zandri.
Setelah lampu hijau itu diberikan oleh Rizky, Zandri masuk untuk pertama kalinya ke dalam rumah kecil itu. Rizky segera menuntunnya ke ruang tamu dan mempersilahkannya duduk di sofa.
"Maaf bila tidak seempuk sofa di rumahmu, Tapi hanya ini yang aku miliki disini" Ujarnya dengan nada menyindir.
Zandri tersenyum kecil, "Yang penting bagiku adalah bisa duduk, tidak peduli dengan bentuknya" Balasnya merendahkan diri.
Rizky mendengar dan mengangguk-angguk kepala dengan bibir berkerut, Meremehkan.
TING!
Keduanya menoleh ke asal suara, Dapur. Rizky akhirnya sadar dengan roti yang ditinggalkannya tadi dan segera berlari ke dapur. Tidak lama kemudian dia kembali lagi dengan sepiring roti panggang yang mengepul mengeluarkan asap beserta secangkir kopi dan susu dan meletakkan semuanya di meja.
"Hah... Baiklah, Anggap saja aku sedang berbaik hati, Silahkan dinikmati" Dia mempersilahkan Zandri, lalu duduk dan meraih secangkir susu serta roti kemudian memakannya. Dia tidak mungkin membiarkan seseorang mati dirumahnya di pagi hari.
Dia melirik ragu-ragu ke roti dan kopi didepannya lalu memandang Rizky yang lahap dengan susu dan roti ditangannya, Zandri memegang perutnya yang belum diisi apapun. Dengan enggan diambilnya roti tersebut dan memakannya...
"Enak!" Puji Zandri, Sepertinya dia juga kecanduan roti buatan Rizky.
Tidak heran keponakannya yang pemilih makanan sampai meminta putranya untuk membawa roti ini ke sekolah. Benar-benar enak! Dan rasanya cocok di lidahnya.
Yang di puji tersenyum bangga di balik mulutnya yang penuh.
Tidak puas dengan satu, Zandri kembali mencomot roti dari piring dan memakannya dalam 4 gigitan saja. Dia terus melakukan itu hingga roti di piring kosong barulah dia berhenti dan kembali ke sifat elegannya saat meminum kopi.
Rizky terpaku di tempatnya dengan mulut penuh, setengah roti di tangan kanan dan seperempat susu di tangan lainnya. Apakah pria ini adalah jelmaan seekor babi? Mengapa dia sangat rakus!?
Mengerjap-ngerjapkan matanya sebelum berkata, "Maaf aku ingin bertanya... Apakah kamu seekor babi?" Tanyanya dengan wajah polos.
"Babi!?" Ulang Zandri tidak percaya, bisakah wajah tampan sepertinya disamakan dengan hewan gemuk dan berkaki pendek itu?!
Dia menjawab lagi, "Kenapa bertanya seperti itu? Aku hanya bernafsu dengan roti buatanmu tapi bukan berarti kau bisa menyamakanku dengan hewan berkaki pendek itu!" Ucapnya tidak terima.
"Kalau bukan babi, Apa julukan yang pantas diberikan untukmu?" Rizky bertanya lagi dengan polos.
Zandri mengusak surainya frustasi, "Terserah! Dimana Al?" Tanyanya mengalihkan perhatian Rizky dengan kepala kesana-kemari mencari bayi namun yang dicari belum juga tertangkap oleh matanya.
Sudah tidak heran lagi mengapa Zandri mengetahui nama anaknya. Rizky menghabiskan roti serta susu di tangannya secepatnya lalu mencibir, "Dia masih tidur, Lagipula siapa yang menyuruhmu datang pada jam 5 pagi?" Zandri membalas kekehan tidak berdosa.
Ketika Zandri kembali memfokuskan perhatian pada pria didepannya, Tiba-tiba dia reflek menelan ludah lagi. Rizky sepertinya sedang tidak sadar dengan posisi duduknya yang ambigu. Dia duduk dengan posisi sedikit mengangkangkan kaki, membuat celananya tertarik jauh dari pahanya hingga nyaris menampakkan seluruh paha putihnya yang mulus seperti susu.
Mata mesum itu sedang menebak-nebak apakah sekarang Rizky memakai celana dalam atau tidak?
Alis tebal Rizky menukik melihat tatapan mesum Zandri yang mengarah ke bawah. Karena penasaran dia juga ikut menunduk...
PUK!
Sebuah bantal menggelincir dari wajah Zandri. Setelahnya dia segera menatap takut Rizky yang sedang melotot tajam padanya.
"Itu... Aku bisa jelaskan!" Ucapnya panik.
"Dasar Mesum! CK!" Cibirnya. Lalu segera bangkit dan pergi menuju kamarnya meninggalkan Zandri sendirian di ruang tamu dengan ekspresi sedikit bersalah.
Tidak lama kemudian dia kembali lagi dengan handuk di pundaknya. Tanpa menghiraukan si mesum itu dia terus melangkah ke dapur. Zandri menghela nafas kasar... Sangat susah membujuk rubah ganas ini!
10 menit kemudian...
"Kamu mimisan!!" Teriak Rizky panik kala melihat hidung Zandri berdarah.
Layaknya batu, Zandri sama sekali tidak berniat mengusapnya, terus membiarkanya mengalir dari hidungnya. Fokusnya benar-benar teralihkan dengan pemandangan indah dimana Rizky keluar dari dapur dengan telanjang dada.
Puting dada Rizky tegang dan membengkak, Mungkin saat mandi digosoknya. Handuk yang digunakannya hanya menutupi bagian dari atas pusat sampai atas lutut, Kulitnya benar-benar menggoda dihiasi bercak-bercak air.
Rizky mendengus ketika menyadari arah pandangan mesum itu, Mengambil bantal lalu menampar wajah Zandri tiba-tiba. Barulah setelah itu Zandri sadar dan mengangkat kepalanya meringis menatap tatapan tajam pria didepannya.
"Puas? Atau perlu aku membuka handukku?" Tanyanya seraya membuka handuknya.
"I-iya! Ah... Maksudku tidak!" Teriaknya menggeleng-gelengkan kepalanya hendak mengulurkan tangannya menahan pergerakan pria didepannya.
PLAK!
"Jangan sentuh! Dasar bejat!" Dia menampar tangan kurang ajar itu. Zandri menarik lagi tangannya sambil mengusap-usapnya sedih.
"Papa?" Suara kecil itu membuat dua orang dewasa itu menoleh dan mendapati si bayi yang sepertinya baru saja bangun karena suara berisik keduanya.