Chereads / Aku Cerai Setelah Hamil Anaknya (BL) / Chapter 11 - 11. Bertemu Masa Lalu

Chapter 11 - 11. Bertemu Masa Lalu

Zandri menatap rindu Alfik yang sedang berbincang dengan Brian. 4 tahun dia tidak pernah mendengar kabar dari Rizky dan sekarang dia tahu bahwa Rizky melahirkan anak mereka yang sangat mirip dengannya.

Dia jadi teringat dengan kata-kata terakhir Rizky, "Karena kamu tidak mengakui ini sebagai anakmu serta menyuruhku untuk menggugurkanya... Setelah kita berpisah mari tidak mengenal satu sama lain, Bila suatu hari nanti kamu bertemu dengan seorang anak yang mirip denganmu maka jangan hiraukan kehadirannya, anggaplah bahwa anak ini mati setelah perpisahan kita!"

Ucapan Rizky itu terus membuatnya kepikiran, Dulu dia menuduh Rizky bermain dan hamil dengan pria lain. Tapi melihat Alfik secara langsung, dia sangat menyesal telah menuduh Rizky sebagai Jalang. Berdasarkan informasi yang didapatkannya dari temannya, Tidak salah lagi itu pasti putranya!

Alfik bagaikan replika Zandri namun versi mini. Terutama bagian rambutnya membuat Alfik dan Zandri bak pinang dibelah dua jika saja Alfik sudah dewasa.

"Al, Apa kamu membawa roti yang kemarin?" Dia menanyai Alfik yang sibuk mengunyah roti.

"Roti?" Guman kecil Zandri menatap heran keponakannya.

"Ah! Iya, Tentu saja Al bawa, Sebental..." Tahanya sambil merogoh tasnya, Kemudian mengeluarkan kotak berisi roti. Bayi itu mengambil satu dan memberikannya kepada Brian.

"Terima kasih Al, Oh iya hari ini aku di antar paman, Paman!" Panggilnya kepada Zandri yang berdiri 5 meter jauhnya dari mereka.

Zandri tersadar dari lamunannya ketika Brian memanggilnya. Jantungnya berdegup kencang saat langkahnya semakin dekat dengan 2 bocah itu. Alfik menghentikan kegiatannya dan mendongak menatap wajah tampan Zandri, Keduanya saling tatap menatap tanpa sadar.

Brian menaikkan sebelah alisnya menatap paman dan temannya secara bergantian sambil memakan rotinya. Dia terkejut. Awalnya dia tidak menyadari ini, Tapi setelah menatap mereka dengan seksama ia menemukan sebuah kenyataan bahwa keduanya sangat mirip!

"Paman tampan!! Sepelti papaku!" Pekikan bocah itu membuat Zandri dan Brian menatapnya.

Zandri dengan hati-hati berjalan mendekati Alfik lalu berjongkok mensejajarkan tinggi mereka.

"Memang bayi ini mirip denganku, Tapi sepertinya dia sedikit bodoh karena tidak menyadari kemiripanku dengannya" Monolognya dalam hati sambil meneliti setiap inci wajah Alfik.

"Terima kasih sayang, Nama kamu siapa?" Tangannya sedikit gemetar saat mengusap kepala putranya yang sudah 4 tahun lamanya tidak pernah bertemu.

Alfik tiba-tiba merasakan kasih sayang yang kuat dari usapan Paman tampan didepannya. Sontak tangannya terulur mengusap pipi Zandri tanpa sadar. Zandri terkesiap, Dia berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh sekarang juga.

"Namaku Alfik Paman, panggil saja Al!" Ucapnya melepaskan tangannya dari pipi Zandri. Entah kenapa dia merasa sangat nyaman saat melihat wajah paman tampan ini.

Zandri merasa kosong kala Alfik menarik tangannya kembali. Namun dia tetap tersenyum bahagia di depan bocah gembul ini.

"Apa benar papamu tampan? Mana yang lebih tampan antara dia dan paman?" Tanyanya penasaran, seperti apa Rizky sekarang pikirnya.

"Papaku sangat tampan dan tinggi!! Tapi sepeltinya paman lebih tinggi dali papaku" Bayi sedikit kecewa saat menatap Zandri dari atas ke bawah. Zandri terkekeh geli melihat tingkah bayi gembul ini.

"Oke... Paman akan mengaku kalah, Papamu pasti sangat tampan" Pujinya membuat Alfik mendongakkan kepalanya bangga.

"Papanya Alfik memang tampan, Dia tinggi, pinggangnya ramping dan tubuhnya kekar" Jawab Brian dari sebelah. Zandri melirik keponakannya dengan sedikit cemburu, Bisa-bisanya seorang bocah berusia 4 tahun mengingat bagian sensitif dari Rizky. Dan yang lebih menjengkelkan adalah bocah ini merupakan keponakannya sendiri!

"Itu benal! Oh iya paman, Aku punya lahasia" Seru Alfik tiba-tiba.

Zandri menaikkan kedua alisnya penasaran, "Rahasia apa?" Jawabnya.

Alfik mendekatkan mulutnya ke telinga Zandri kemudian berbisik, "Papaku yang melahilkan Al dan Al juga menyusu pada papa" Bisiknya membuat telinga Zandri merasa geli tapi tetap mendengarkan. Berikutnya matanya melebar, Dia sangat terkejut dengan ucapan terakhir anaknya.

Zandri mengangguk, "Begitu rupanya, Oke paman akan jaga rahasia kamu" Kata Zandri meyakinkan bayi gembul itu. Mereka melupakan Brian yang mati penasaran.

"Kalian berbisik apa?" Tanya Brian penasaran.

"Lahasia!" Jawab Bayi singkat. Brian mendengus sebal mendengarkannya. Kemudian melirik pamannya dan jawabannya tetap sama.

Tuut...tuut...tuut...

"Paman, Hp mu berbunyi" Celetuk Brian.

Kedua pria kecil itu menatap ke saku celana Zandri. Dia segera megambil Hp sambil berjalan sedikit jauh dari dua bocah itu.

"Halo? Apa lagi?" Tanyanya ketika wajah cantik Putri terlihat di layar HP-nya.

"Kamu kenapa belum ke kantor?!" Tanya Putri dari seberang.

"Kan aku sudah bilang kalau aku mengantar keponakanku" Jawabnya jengah.

"Alasan! Kamu pasti mencari mantan suamimu itu!" Tuduh Putri.

"Jangan sembarangan menuduhku! Mari bicara di Kafe TZ, Ada yang ingin kubicarakan denganmu, Datanglah pada jam 6 malam" Singkatnya.

"Kenapa tidak sekarang saja?!" Jawabnya marah.

Tuut!

Zandri mematikan sambungan VC nya. Dia memegang dahinya, Sedikit pusing mendengar suara Putri dari hari ke hari.

"Pasti karena nenek centil itu lagi" Guman Brian menatap pamannya. Alfik menoleh kepadanya dengan penasaran.

"Nenek Centil? Siapa itu?" Alfik bertanya.

"Pacarnya pamanku, Dia sangat jahat seperti monster, Jadi kamu harus hati-hati dengannya" Jawabnya memperingati Alfik. Bayi yang tidak mengerti itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.

"Paman! Kami akan ke kelas dulu! Jangan lupa untuk menjemputku nanti!!" Teriaknya menarik tangan Alfik menuju ke kelas mereka.

"Ah? Oh... Oke!" Jawabnya bingung. Diperhatikannya dua bocah yang berlarian itu hingga menghilang.

"Terima kasih Riz karena tidak menggugurkan anak kita, Aku janji akan menyelesaikan semuanya agar kita bisa bersama lagi" Gumanya.

Rizky tiba-tiba bersin di sela-sela bekerja. Dia menggosok hidungnya dengan tangan.

Firman "Kamu sakit?" Tanyanya khawatir.

Rizky menggelengkan kepalanya, "Tidak" Jawabnya singkat.

"Mungkin saja ada yang rindu padamu?" Tebak Beni

Rizky bengong, "Hah? Memangnya siapa orang itu?" Jawabnya penasaran.

Beni mencibir, "Ya mana aku tahu! Aku bukan cenayang" Jawabnya.

Mereka bertiga tertawa lepas. Sebelum berhenti karena Aulia menghampiri ketiganya.

"Riz, Tolong kamu antarkan pesanan Meja No. 1 ini, Hati-hatilah karena yang kudengar dia adalah pemilik sebenarnya dari kafe ini, Pak manajer saja anak buahnya" Ujarnya mengingatkan. Rizky mengangguk mengerti dengan ucapan Aulia kemudian mengambil pesanan dan membawanya.

Deg!

Jantung Rizky berdebar keras melihat punggung yang tidak bisa dilupakannya itu, Dia melanjutkan langkahnya dengan semua bantahan di otaknya. Tapi semakin dekat dia semakin gemetar tubuhnya,

"Rambut itu..." Gumanya. Ingatan menyakitkan mulai memenuhi kepalanya. Begitu tiba di depan meja, Seseorang itu berbalik ke arahnya. Mereka sama-sama terkejut saat ini.

PRANG!

Semua orang menengok terkejut ke Rizky. Dia tidak peduli lagi dengan gelas dan piring pecah di lantai akibat dirinya. Tubuhnya menggigil gemetar melihat wajah yang 4 tahun ini mulai dilupakannya.

"Rizky..." Lirihnya penuh kerinduan. Karena stress dengan Putri dia sampai lupa bahwa Rizky juga bekerja di sini.