Chereads / Aku Cerai Setelah Hamil Anaknya (BL) / Chapter 8 - 8. Anak Kita?

Chapter 8 - 8. Anak Kita?

Guru yang menjadi wali murid Alfik bernama Siti Fatimah. Dia dengan senyuman ramah menyapa papa dan anak yang masuk agak terlambat ini.

"Maaf, Kami terlambat" Gugupnya, Digenggamnya erat-erat tangan si gembul.

Ibu-ibu di sana sebenarnya merasa kesal karena mereka harus menunggu satu orang lagi yang belum datang, Tapi begitu melihat wajah tampan Rizky dan Alfik, Amarah mereka kembali bersembunyi digantikan oleh senyum malu dan kagum.

Fatimah mengulas senyum, "Tidak pak, Bapak sama sekali tidak terlambat" Lalu mempersilahkan Young Hot Daddy dan anaknya yang menggemaskan masuk.

Selaku wali kelas, Fatimah memberi informasi mengenai kelas kepada orang-orang tua muridnya daripada anak-anak mereka sebab Orang dewasa lebih mengerti dan bisa mengajari anak-anak mereka daripada langsung menjelaskannya kepada anak-anak yang baru berusia 5 tahun ke bawah.

Rizky menganggukkan kepalanya tanda mengerti kemudian berbicara dengan anaknya menggunakan bahasa yang mudah di mengerti. Sebaliknya, Para wanita-wanita di sana malah asik memandangi wajah tampan Rizky. Jarang-jarang mereka menemukan Daddy tampan di sekolah ini yang mengantar anaknya ke sekolah.

Setelah urusan Rizky selesai, Dia segera pamit kepada Alfik.

"Papa kerja dulu, Nanti papa jemput kamu, Bila papa lambat kamu bisa minta sama gurumu untuk menelpon papa, Oke?" Dia pamit pada Bayinya.

"Oke papa, Hati-hati di jalan" Jawabnya dengan senyuman memperlihatkan gigi-gigi kecilnya. Rizky menganggukkan kepalanya lalu bergegas pergi, Tapi tangannya di tahan oleh Alfik.

"Kenapa?" Rizky dengan heran bertanya.

Bayi melirik papanya dengan ragu-ragu kemudian matanya tertuju pada ibu yang mencium anaknya sebelum pergi. Diam-diam si gembul ini iri pada temannya. Lalu dia menatap papanya lagi dengan bibir cemberut. Rizky tertawa geli, Dia tahu bahwa bayinya diam-diam iri pada teman-temannya yang di cium oleh ibu mereka. Dengan gemas mengangkat Alfik dan menatapnya penuh sayang.

Chup...

Kecupan mendarat di pipinya, Alfik membelalakkan matanya tidak percaya sambil menatap papanya tapi sedetik kemudian dia langsung membalas mencium bibir papanya.

"Kamu nakal, Itu papa simpan buat istri papa nanti, Gimana jadinya kalau istri papa tidak terima bila tahu bibir papa tidak perawan lagi?" Rizky pura-pura menatap sedih bayinya. Namun ekspresi kesal bayinya membuat Rizky malah tertawa lepas.

"Al tidak mau mama tili! Nanti papa tidak mau cium Al lagi!" Pekiknya kesal, Tak lupa tangan gembulnya menarik-narik kedua pipi papanya dengan wajah cemberutnya yang imut.

Rizky menghadiahi bayi gembul nakalnya dengan kecupan-kecupan di wajahnya hingga Alfik tertawa geli. Interaksi keduanya tidak luput dari pandangan orang tua anak di sana, Mereka menatap gemas papa dan anak itu, Yang satu tampan sedang yang satunya sangat imut dengan tubuh berisi.

"Ih...! Ya Tuhan, Papanya ganteng banget sih! Pasti masih muda banget itu!" Celetuk seorang wanita yang merupakan salah satu orang tua dari anak-anak di kelas.

"Pasti anak di luar nikah, Lagian remaja-remaja sekarang ini kan 'kawin' dulu baru nikah"

"Jangan main tuduh dong! Gak semua

Remaja-remaja itu kayak yang kamu omongin, Buktinya adik saya udah nikah pas lulus SMA dan udah punya anak tapi anaknya tidak sebesar anak pria tampan itu"

Rizky dengan jelas mendengar ucapan-ucapan itu namun dia tidak peduli, Sudah biasa.

"Papa pergi dulu sayang" Pamitnya kepada Alfik, Bayi itu mengangguk lalu berdadah kepada papanya yang sudah menjauh.

"Zan, Gue udah ikutin keinginan Lo, Ngomong-ngomong dia ganteng banget, Nyesel gue ketemunya baru sekarang" Ucapnya menggoda seseorang di seberang telepon.

"Lo kalo mau buta tinggal ngomong aja sama gue, anak buah gue banyak" Sarkas seseorang di telepon dengan nada sinis sekaligus cemburu.

Irfan terkekeh kecil, "Ngomong-ngomong anaknya kok mirip banget sama Lo sih?" Herannya, Tadi saat menatap sebenarnya ia terkejut melihat wajah bocah kecil itu yang sangat persis dengan wajah teman yang sedang ditelponnya ini.

"Hah?! Apa Lo bilang? Lo jangan ngaco ya, Mana mungkin anaknya mirip sama gue, Lagian dia udah nikah" Jelasnya.

"Heh! Gini-gini mata gue gak buta! Kalo Lo gak percaya Lo bisa lihat sendiri di sekolah gue atau Lo bisa suruh seseorang buat cari informasi tentang anak yang gue maksud" Jawabnya ketus, Enak saja meremehkan penglihatannya. Dia tidak peduli bila detik ini juga seseorang di telepon ini akan memerintahkan polisi untuk menutup sekolahnya.

"Oke, Awasi terus anak itu jangan sampe dia nangis gara-gara anak lain atau sekolah Lo yang jadi taruhannya" Ancamnya dari seberang telepon membuat Irfan sedikit bergidik mendengar ancaman temannya itu.

"Iya iya bawel Lo, Udah gue mau lanjut kerja" Jawabnya hendak mematikan telepon.

"Eh tunggu! Ngomong-ngomong siapa nama anak itu? Laki-laki atau perempuan?"

"Namanya ALFIK KURNIAWAN, dia laki, Dah gue mau kerja dulu bye..." Dia langsung memutuskan panggilan secara sepihak tanpa mendengar jawaban temannya dari sana.

"Sayang, Kamu siap-siap untuk meeting jam 9 nanti"

Seorang wanita cantik dengan baju kerja selutut yang sedikit ketat dengan hak tingginya berjalan menghampiri Zandri yang sibuk dengan komputernya. Zandri hanya melirik malas dengan anggukan kecil sebagai jawaban kepada wanita yang bekerja sebagai sekertarisnya itu lalu kembali dengan komputernya.

Putri mendengus sebal. Sejak pacarnya ini berpisah dengan mantan suaminya 4 tahun yang lalu, Zandri berubah total menjadi gila kerja. Dia bahkan bisa menghabiskan waktu berhari-hari di kantor tanpa pulang meskipun Putri sudah mengatur jadwal untuknya.

Penyebab sebenarnya adalah Zandri di hantui rasa bersalah kepada mantan suaminya. Ayah dan ibunya marah saat tahu dia bercerai dan lebih memilih bersama Putri, Pacarnya selama 6 tahun.

Dahlan dan Arisa menjelaskan bahwa Rizky sebenarnya adalah orang yang menyelamatkan kakeknya dari maut 3 tahun yang lalu sebelum dia dipaksa menikah dengan Rizky. Dan Dahlan murka kala mendengar cerita anak bungsunya yang mengatai Rizky murahan.

"Buta mata kamu hah?! Meski aku dan ibumu tidak suka karena dia tidak jelas asal-usulnya tapi tuduhan kamu tidak mendasar! Aku selama ini sudah menyuruh seseorang untuk memata-matai Rizky, Tapi kamu tahu apa yang papa temukan!? Tidak ada!! Dia adalah anak baik-baik, Sama sekali tidak pernah berhubungan dengan siapapun, Dia selalu menunggu kamu pulang ke rumah!" Jelas Dahlan panjang lebar. Zandri malah membeku di tempatnya, Tidak berani menatap ayahnya yang sedang marah bahkan ibunya saja tidak membelanya.

"Mas! Kamu itu kenapa sih?! 10 tahun aku pacaran denganmu, Aku sampai rela dikatai perawan tua gara-gara kamu! Tapi kamu!... Bukannya menikahi aku setelah bercerai dengan jalang itu tapi malah menjadi gila kerja!" Marahnya sambil berjalan mendekati Zandri.

Mendengar kata-kata pedas itu Zandri menoleh ke arah Putri yang kini sudah duduk berhadapan dengannya.

"Aku sibuk, tolong jangan ganggu aku, Lebih baik kamu mempersiapkan meeting sebentar lagi" Jawabnya. Kali ini dia menghentikan kegiatannya mengetik komputer dan menatap wajah kekasihnya dengan tatapan tajam.

"Kamu egois mas!" Kata Putri seraya berdiri dan pergi keluar dari ruangan itu. Zandri memijat pelipisnya. Stres dengan pekerjaan lalu bertambah lagi dengan sikap pacarnya dan kini ia harus mencari tahu kebenaran cerita tentang Rizky setelah berpisah dengannya.

Tiba-tiba saja, Dia segera mengingat kejadian 4 tahun yang lalu kala Rizky memberitahukan Zandri soal kehamilannya, Seketika mata Zandri terbuka lebar.

"Jangan-jangan... Aaah!!! Bagaimana aku bisa begitu bodoh!?" Zandri mengumpati dirinya sendiri. Dia meraih telepon lalu menghubungi seseorang.

"Halo tuan Zandri, Ada yang bisa saya bantu?" Tanya seseorang di telepon dengan nada ramah.

"Aku tidak ingin basa-basi, Carikan aku informasi tentang Rizky Kurniawan dan anaknya Alfik Kurniawan, Sebentar malam hasilnya sudah harus ada di ruang kerjaku" Dia berkata dengan nada dingin.

"Tapi... Ada banyak nama seperti itu, Tolong beritahukan saya dimana dia tinggal" Mohonnya.

Zandri mendengus dan menjawab, "Kota N" Jelasnya singkat lalu mematikan teleponnya sepihak.

"Rizky... Mas minta maaf, Kalau memang benar kamu hamil dan membesarkan anak kita, Maafkan mas bila harus mengambilmu dari istrimu" Ucapnya bertekad dalam hati.